Enam: Sekutu

191 68 6
                                    

"Apa maksudnya ini?"

Seruan penuh tanda tanya ini, membuat kehebohan yang mengisi ruang musik 2 terhenti. Mika menatap tak paham Davin, Gio, dan dua perempuan asing di depannya ini. E-mail kemarin menyuruhnya datang kesini jika ingin tau lebih lanjut tentang SMA Jayatri. Namun, kenapa ia justru dikumpulkan dengan orang-orang ini? Apalagi ketika mereka terlihat sudah tau banyak hal tentangnya.

"Tenang Mika, duduk saja. Ada banyak hal yang harus kami jelaskan padamu," ujar Gio menenangkan. Menjadi orang pertama yang memecah hening. "Segala pertanyaan yang berada di otakmu sekarang, kami bisa menjawabnya sekarang. Namun, sebelum itu biar kami yang berbicara lebih dulu."

Mika nampak ragu sesaat, sebelum menurut. Mendudukkan diri di sebuah kursi dekat papan tulis. Sedikit jauh dari keempat orang tadi yang berkumpul di dekat piano tua. "Sebelum itu kita perkenalan dulu ya. Saya Gio, dari kelas 12 Mia 1. Ya sesuai pertemuan pertama kita dulu, saya ketua osis SMA Jayatri."

"Gue Nitha, kelas 12 Mia 3. Mungkin di antara yang lain, lo akan jarang bertemu gue di sekolah. Tapi kalau di acara televisi, lo akan menemukan gue dimana-mana," ujar Nitha yang langsung memperkenalkan diri tepat setelah Gio berbicara. Gaya bicaranya yang santai dan percaya diri, membuat Mika dapat menduga kalau kakak kelasnya yang ini adalah seorang artis.

"Aku Zaskia. Panggil Kia aja, Kak. Aku dari kelas 10 Mia 4. Kebetulan aku juga adik Kak Gio." Kini giliran satu-satunya perempuan yang berjilbab di ruangan ini berbicara. Mika pikir gadis ini akan teramat kaku dan pendiam sepertinya penilaiannya salah. Sebab sekarang Kia sudah bertos heboh dengan Gio yang hanya pasrah mengikuti sang adik.

"Lo udah kenal gue kan? Jadi nggak usah perkenalan lagi."

Ucapan penuh nada malas dari Davin itu langsung disambut seruan tak terima. Kia bahkan berkali-kali mengejek Davin memuaskan, ataupun Nitha yang sudah melayangkan tatapan mengejek. Membuat pemuda yang datang terakhir itu menghembuskan napas sekeras-kerasnya, menunjukkan bahwa ia kesal.

"Oke, gue Davin. Dari kelas 11 Mia 1, sudahkan? Bisa kita mulai pembicaraan sekarang?" tanya Davin dengan sebuah senyuman yang dibuat-buat. Membuat Kia dan Nitha terkekeh melihatnya lantas mengacungkan jempol. Setuju untuk menyudahi sesi perkenalan mereka.

"Penilaian peringkat yang masuk ke akun mu bukan dari pihak sekolah. Melainkan dari kami." Gio menjadi orang pertama yang berbicara, setelah memastikan temannya yang lain mulai tenang. "Singkatnya kamu bisa lolos dari hukuman karena kami juga."

"Gue nggak paham," balas Mika langsung tak ingin bertele-tele. Kerutan di dahinya semakin dalam.

Tak butuh waktu lama hingga Kia mengeluarkan ponselnya, lantas menunjukkan sebuah e-mail . Isinya kurang lebih sama dengan apa yang diterimanya tempo hari, hanya ada satu perbedaan. Alamat e-mail yang mengirimkan pesan itu. Jika punyanya dikirimkan dengan akhiran co.id maka yang dimiliki Kia berakhiran com.

"Ini adalah e-mail sekolah yang sebenarnya. Yang hari itu kakak terima adalah e-mail palsunya." Tau bahwa Mika akan langsung membombardir dengan berbagai pertanyaan, Kia buru-buru menambahkan. "Semuanya palsu, kecuali poin yang kakak terima. Poin itulah yang menyelamatkan Kakak dari hukuman. Mungkin kakak tidak sadar, tapi di aplikasi sekolah ada pilihan peringkat. Di sana, kakak bisa mengecek sendiri peringkat dan poin yang dimiliki."

Buru-buru Mika mengambil ponsel yang tersimpan di saku almamater. Membuat pilihan peringkat yang tersembunyi di balik pilihan lainnya yang tak pernah ia buka.

ARLINA MIKA

Peringkat: 37

Poin: 200

Hukuman Murid Ke 38Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang