Dua Puluh Empat: Tumpang Tindih

75 29 1
                                    

Penilaian telah selesai.

Kericuhan yang terjadi sepenuhnya mereda. Wajah tiap murid mungkin terlihat tenang ketika kembali ke aktivitas semula. Namun, semua tau kalau mereka sedang harap-harap cemas akan hasil penilaian yang tak kunjung muncul. Ini kali pertama hasil penilaian tidak langsung muncul.

Ketika kakinya melangkah keluar dari gedung renang, Mika langsung berhadapan dengan sosok Davin. Alih-alih kembali ke sesi latihannya, sang pemuda justru berdiri menunggu bersandar pada salah satu pilar gedung. Seolah-olah menunggu Mika.

Keberadaan Davin itu justru membuat Aya yang keluar bersamanya melengos. Beranjak pergi terlebih dahulu, sembari memegangi kepalanya yang kembali dilanda pusing. Mika pikir kondisi sepupunya yang sakit, akan membuat Davin menghampiri gadis itu penuh kekhawatiran. Sayangnya, ia meremehkan kemampuan akting dua saudara tersebut. Sebab Davin bahkan tak melirik sedikitpun pada Aya.

"Nih, minum dulu." Sebotol minuman isotonik yang masih tertutup rapat diberikan Davin. Ketika minuman itu diterima, Davin justru berjalan menuju salah satu bangku yang ada di pelataran gedung lantas duduk di sana. Mengeluarkan minuman serupa dari dalam kantung plastik yang ia dapat.

"Lo nggak balik latihan?" tanya Mika ikut mendudukkan diri di samping sang pemuda.

"Gue udah nggak mood. Kita disini aja sampai pengumuman."

Mika tak menyahut lagi, memilih membuka kantung plastik yang diletakkan Davin di antara mereka. Menemukan beberapa makanan ringan yang dibawa Davin. Ia meraih salah satu kue, lantas melirik sang pemuda yang bahkan tak protes makanannya diambil. Justru memberi tanda agar ia mengambil lebih banyak.

"Mau tebak-tebakkan nggak?" tanya Mika memecah hening di antara mereka. "Menurut lo seberapa banyak peringkat nanti berubah?"

"Banyak? Gue dengar Kak Gio dan Kia tidak bisa menjawab pertanyaan bonus secara tepat." Davin menghela napas, mengingat laporan yang diberikan dua kakak beradik itu kepada mereka. Ia lantas melirik Mika yang kini tertawa kecil. "Dih, ketawa lagi lo. Emang tebakkan lo apa?"

"Lo ketipu." Ucapan itu jelas memantik rasa penasaran dalam diri Davin. Sang pemuda membenarkan posisi duduknya, siap mendengar penjelasan Mika lebih terperinci. "Mau sebanyak apapun poin yang diberikan Golden Jayatri. Tetap tidak akan merubah peringkat nanti."

"Karena penilaian ini tujuannya untuk menyingkirkan lo? Tapi ternyata lo bisa menjawabnya?"

"Itu salah satunya."

Terdengar suara notifikasi dari aplikasi sekolah. Davin yang berinisiatif membukanya, dan benar saja nama murid yang terkena hukuman ke-38 bukanlah dari kalangan mereka yang sedang berseteru. Ia segera mengecek urutan peringkat, lantas mendapati bahwa perkataan Mika ada benarnya. "Salah satunya? Memang ada alasan lain kenapa peringkat tidak berubah?"

"Pernah nggak lo berpikir, kalau bisa saja seseorang memiliki hak terkait urutan peringkat?"

***

"Ayo, Papa udah nungguin di parkiran."

Di lorong menuju UKS, sosok Danu langsung menghadang jalan Aya. Gadis itu melirik sang guru kesiswaan sekaligus kakak tirinya itu. Mendapati bahwa sang pria telah menyandang tasnya di salah satu sisi bahu. Lantas pandangannya berganti mengamati sekeliling lorong yang menyepi.

"Farhan udah balik rapat di ruang sekretariat," ucap Danu paham akan kekhawatiran sang adik jika mereka bisa saja ketahuan. Tangannya hendak mengecek suhu badan Aya, namun diurungkannya. "Ayo, kita pulang."

Aya mengangguk, mengikuti langkah Danu menuju area parkir. Melewati jalan yang tak banyak dilewati murid-murid sebelum memasuki area parkir guru dan tamu sekolah. Menemukan sebuah mobil mewah dengan plat yang amat sangat Aya kenali. Melihat kedatangan keduanya, seorang pria keluar dari sisi supir. Membukakan pintu bagian belakang, sehingga terlihatlah sosok pria paruh baya dengan kemeja lengan pendek yang sibuk memperhatikan tablet di tangan. Sang pria lantas mengalihkan pandang, menatap datar kedua anaknya tersebut. "Masuklah, kamu tidak ingin ada yang melihat bukan?"

Hukuman Murid Ke 38Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang