9

1.1K 116 23
                                    

"Sunghoon..."

"Sunghoon bangun"

Manik sunghoon terbuka menyesuaikan cahaya mentari yang menembus lewat gorden. Sedikit kabur pandangannya saat menetralisir rasa pening dikepala.

Sunghoon dibuat terkejut karena mendapati nampan yang diisi oleh semangkuk dakjuk atau bubur ayam dan segelas jus jeruk yang diletakkan diatas kasur.

"Makanlah" reflek sunghoon mengikuti arah suara barusan. Oh ternyata itu jay yang sedang duduk disudut ruangan.

Melihat jay sudah terlihat rapih dengan pakaian semi formalnya membuat pandangan sunghoon tidak berkutik sedikit pun.

"Kau ingin pergi?"

"Tidak."

"Sekarang pukul berapa?"

"Sembilan"

"Kau bangun lebih dulu dari ku, kenapa tidak pergi ke kampus?"

"Aku tidak mau"

Sunghoon masih tidak bergeming juga, mendengar nada bicara dan raut wajah jay yang datar menimbulkan prasangka seperti 'apa jay marah pada ku?'.

Cara akhir jay adalah melangkah mendekati sunghoon dan mendudukan diri ditepi kasur sambil mengelus punggung tangan sunghoon.

"Aku tidak ingin kau sakit..."

Nafas sunghoon tercekat, ia mengatupkan mulutnya untuk memilih tidak bersuara beberapa menit ke depan. Ya walaupun jay kini sudah terlihat melunak, sunghoon sadar persis akan perubahan sikap jay pagi ini.

"Maaf, aku hanya khawatir padamu" tangan jay beralih mengusak surai sunghoon, setiap helainya ia mainkan dengan jemari yang bergerak lembut.

"Aku tahu, kau belum mengisi perut mu dari kemarin... jadi makanlah sarapanmu" jay menggeser tubuhnya agar semakin dekat dengan sunghoon, hingga lengan keduanya sudah saling menempel.

"Mungkin memang menyakitkan saat aku tahu kau tidak balik menyukaiku-"

Di akhir kalimat jay yang menggantung, sunghoon mengerjap. Jantungnya meladu bagai detakan waktu, entah apa yang akan tertulis dikertas bayangan. Namun, jay tampak ingin memperjelas semuanya.

"Tapi tidak apa-apa" jay tertawa sedikit.

"Aku sudah tahu jawabannya, ada dua kemungkinan; pertama kau ragu dengan dirimu sendiri, kedua kau ragu padaku"

"Semua itu akan bergantung pada waktu, aku hanya perlu melihat bagaimana hubungan kita dimasa depan nanti"

"Karena apa sunghoon? aku tidak bisa melepasmu, aku ingin bisa menjagamu dengan caraku sendiri. Sejak awal bertemu, nama serta bayangan wajahmu selalu memenuhi isi kepalaku"

"Yah... terlepas dari bagaimana perasaanmu, aku tetap mencintai mu"

Seperti dihujani oleh jutaan kelopak bunga, sunghoon merasa terikat dengan semua kalimat yang dilontarkan jay barusan. Meski tidak hanya sekali atau dua kali jay menyatakannya, itu tetap akan selalu berhasil membuat pipi sunghoon memanas.

Namun, sebagian dari dirinya juga membenarkan apa yang jay katakan tadi. Tentang keraguan atas perasaan yang tidak pernah ia mengerti sampai saat ini. Kendati dirinya dan jay sudah saling menaruh hati, apa hubungan mereka nantinya hanya akan sekedar teman saja? Terlalu larut dengan pikirannya sendiri, sunghoon sampai tidak sadar kalau ia sudah menjatuhkan setetes liquid dari matanya.

"Hei... kenapa menangis?" Jay menangkup durja sunghoon dengan kedua tangannya.

"Aku disini, kau butuh apa?"

I'll be back - JayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang