14

780 84 37
                                    

Lalu lalang mobil menjadi satu titik fokus utama sekarang. Tidak peduli seberapa keras suara-suara yang berteriak memanggil namanya, sunghoon tetap melangkah mengikuti bisikan kecil yang bergema ditelinga. Namun, ada satu diantara kalimat lain yang membuat sunghoon terpaku ditempat.

"Dengan kau yang bergerak seperti itu, tidak akan membuat kedua orang tuamu hidup kembali...

... menyerahlah sunghoon"

Kenapa? Kenapa dari sekian banyaknya belati yang menusuk, selalu saja ayah dan ibunya yang disebut lebih dahulu. Ia tahu dua insan itu tidak lagi berada didalam dunia yang sama dengannya. Namun biar bagaimana juga bayang orang yang sudah pergi tidak benar-benar hilang diangan sunghoon.

Hingga seberkas cahaya menyorot seluruh pandangannya, juga disertai dengan bunyi jarum jam yang berdetak perlahan-lahan semakin cepat. Membuat sunghoon sadar, ini tidaklah nyata.

"Mimpi buruk lagi?"

Saat sunghoon mencoba membuka kelopak matanya, samar-samar ia menangkap wajah jay yang tengah menatapnya khawatir.

"Eung... aku menabrakan diri ke mobil yang sedang melaju cepat"

"Kenapa?"

"Entahlah jay, aku seperti dikendalikan oleh tubuhku sendiri untuk melalukan itu"

Jay mengusap lembut pipi sunghoon, "Jangan membuat dirimu menanggung semuanya sendirian. Jika ada sesuatu yang mengganjal dipikiranmu, kau bisa mengatakannya padaku"

'Bagaimana jika aku bilang ini karenamu. Apa kau akan jujur padaku untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi' Sunghoon tidak tahu masalah apa yang tengah jay hadapi, tapi ia yakin itu pasti suatu hal yang berat.

Tentu saja jay sedang bersikeras menyembunyikan kesedihannya, terlihat jelas dengan raut wajah putus asanya yang mulai kentara hari demi hari. Seperti tadi malam contohnya; sex kedua yang mereka lakukan bersama. Itu tidak sepenuhnya tentang menyelesaikan dendam birahi satu sama lain, karena apa? Disela kegiatan itu, sunghoon sempat mencuri pandang ke arah jay yang sesekali menjatuhkan air matanya tanpa sebab. Ini tidak seperti jay yang dikuasai oleh nafsu, ia malah lebih cenderung terlihat menumpahkan segala amarah terpendamnya.

Ada dorongan kuat untuk sunghoon mencoba mempertanyakannya pada jay, tapi sunghoon pikir ini bukan waktu yang tepat untuk membahasnya.

"You are the kindest man I know... terima kasih jay"

Bibir jay menyungging sambil menyadari sentuhan ajaib yang baru saja ia rasakan. Sebuah kecupan ringan tanpa ada lumatan-lumatan yang menjurus ke arah sana.

"And then you changed my world with just one kiss, love you park sunghoon"

"Jay sepertinya aku mendengar nenek meneriaki nama kita. Aku akan mandi duluan, kau juga sebaiknya segera mandi" sunghoon yang masih dalam keadaan tubuh hanya ditutupi oleh selimut langsung berlari kekamar mandi supaya semburat merah diwajahnya tidak terlihat oleh jay. Dia sangat malu.

--¦--

Saat jam makan siang berlangsung, sunghoon tidak mengambil langkah ke kantin. Kali ini ia memilih menggunakan sedikit waktunya untuk tidur digudang buku yang ada dikampus.

'Tidak sunghoon. Jangan tidur' bisikan hatinya melarang untuk tidur, namun matanya menolak terbuka karena kantuk berat yang tidak tertahankan.

Sampai dirasa mendapatkan kesempatan yang bagus, sunghoon akhirnya benar-benar terlelap tanpa memikirkan jadwal yang harus dikerjakan setelah ini.
.
.
.
.
.
.
.
.

I'll be back - JayhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang