⠀⠀་ 𐀔 𝅄 𝐑𝐎𝐔𝐕𝐈𝐑 𝐔𝐍𝐄 𝐕𝐈𝐄𝐈𝐋𝐋𝐄 𝐇𝐈𝐒𝐓𝐎𝐈𝐑𝐄 𑁍 ࣪˖ 𓂃

47 4 0
                                    

Kali ini sang takdir mengambil buku yang telah lama disimpan sehingga tampak usang dan perlahan buku usang itu terbuka dengan sendirinya menampilkan tulisan demi tulisan, coretan demi coretan.

Sang takdir membuka kembali cerita yang telah Sang Langit dan Sang Matahari simpan dengan rapat. Selamat datang di Jogjakarta pada tanggal 24 Juni tahun 1980 dimana kedua insan bertemu untuk pertama kalinya dibawah derasnya guyuran hujan yang mengguyur kota.

Seorang pemuda berjongkok ditengah derasnya hujan ia membiarkan dirinya terkena oleh air hujan ia tidak peduli lagi. Tidak peduli dia sakit nantinya, sejak awal dunia memang tidak menyukainya kan.

"Dunia memang sekejam itu, hari ini adalah ulang tahun saya, kenapa dunia memberikan hadiah yang paling menyakitkan? memgambil orang orang yang saya cintai?" Tanya pemuda itu pada dirinya sendiri, Aditya Arsena.

Arsena mendongak kala merasakan tidak ada lagi air hujan yang mengenai dirinya, dan ia menemukan seorang pemuda dengan payung hitam ditangannya, Rasalas Kalintang.

"Jangan hujan-hujanan kamu bisa sakit nantinya, mari saya temanin untuk berteduh dulu," Kata Lintang kepada Arsena kala itu.

Arsena dan Lintang menyusuri jalanan kota Jogjakarta untuk mencari tempat teduh lalu mereka berhenti didepan sebuah cafe, Lintang meminta Arsena untuk duduk kala dirinya memesan minuman hangat untuk menghangatkan badan mereka berdua.

"Maaf kalau saya terkesan lancang, tapi kenapa kamu hujan hujanan?" Tanya Lintang penasaran, Arsena menatap Lintang sekilas lalu menghela nafasnya "Tidak apa apa saya tidak masalah, hari ini saya berulang tahun, ah itu tidak penting, saya kehilangan kedua orang tua saya hari ini—" Arsena menjeda ucapannya.

Ia menatap keluar cafe dengan pandangan sendu "Saya berpikir semesta tidak menyukai saya bukankah begitu? semesta selalu merebut apa yang saya cintai," Kata Arsena sambil terkekeh pelan.

Lintang mengusap rambut Arsena yang basah karena air hujan lalu tersenyum "Saya paham bagaimana rasanya kehilangan orang yang dicintai, saya rasa semesta tidak membencimu. Semesta memang kadang sebercanda itu saya akui, tapi percayalah semesta sedang menyiapkan skenario terbaik untukmu, jadi jangan pernah berpikir semesta membencimu. Tersenyumlah"

Arsena tersenyum kecil mendengar perkataan Lintang ia kemudian mengangguk "Sepertinya kita belum berkenalan ya, saya Aditya Arsena kalau kamu sendiri?" Tanya Arsena sambil mengulurkan tangannya.

Lintang menjabat tangan Arsena "Salam kenal Arsena saya Rasalas Kalintang kamu bisa panggil saya Lintang"

Pada ulang tahun Arsena ia kehilangan kedua orang tuanya namun ia mendapatkan hadiah terbaik yang pernah ia terima, Rasalas Kalintang.

Lembar itu terus berlanjut hingga 8 Desember 1988 dimana mereka telah beranjak dewasa, Sang Matahari berumur 25 dan Sang Langit berumur 26. Lembar ini adalah lembar terakhir dari buku usang tersebut.

Arsena tersenyum senang kala melihat tanggal yang tertera di kalendar 8 Desember 1988. Hari ini adalah ulang tahun kekasihnya, Kalintang.

Arsena segera bersiap sia untuk pergi kerumah Lintang ia harus mengucapkan selamat ulang tahun lalu mulai menjalankan kegiatan yang selama ini mereka lakukan, berjalan menyusuri kota Jogjakarta.

Lintang membuka pintunya kala melihat Arsena berada didepan pintunya. Ia terkejut kala Arsena langsung menabrakkan dirinya dan memeluk dirinya dengan erat. Lintang terkekeh gemas lalu membalas pelukkan Arsena.

"Lintang selamat ulang tahun, saya beruntung bisa bertemu denganmu dan bahkan memilikimu sampai saat ini, Lintang saya selalu berdoa akan kesehatan dan kebahagiaanmu, kiranya kebahagiaan mengikutimu selalu ya. Saya mencintaimu sangat"

Lintang tersenyum lalu menangkup pipi milik Arsena dan menyatukan kedua dahi mereka "Aditya Arsena, terima kasih banyak telah hadir dikehidupan saya, kamu adalah hadiah terbaik yang pernah saya dapatkan. Saya juga sangat mencintaimu"

Arsena mengecup bibir Lintang sekilas yang membuat Lintang tersenyum tipis "Arsena saya tidak bisa jalan jalan bersama kamu hari ini. Tidak masalah? saya harus pergi ke Bandung, mama saya sedang sakit"

Arsena mengangguk "Pergilah, sampaikan salam saya untuk beliau, semoga beliau cepat sembuh ya Lintang" Lintang tersenyum lalu mencuri satu kecupan lagi dari bibir Arsena "Terima kasih ya Arsena, saya pergi dulu boleh?"

Arsena mengangguk "Hati-hati dijalan kalau begitu. Saya menantikan kabar darimu ya!" Lintang mengangguk lalu tersenyum lebar kearah Arsena.

Nyatanya Lintang tidak pernah kembali lagi sejak hari itu. Ia pergi meninggalkan Arsena dan kota Jogjakarta dengan kenangan. Arsena memang menyayangi Lintang namun Tuhan lebih sayang kepada Lintang daripada Arsena.

Pesawat yang ditumpangi oleh Lintang jatuh karena kehilangan kontak, tidak ada satu orangpun yang selamat termasuk Rasalas Kalintang. Arsena kembali menyuarakan kekesalannya kepada semesta, menyuarakan kebenciannya terhadap sang semesta. Karena semesta mengambil orang yang ia cintai untuk kesekian kalinya.

Buku itu kembali tertutup dan kembali kepada pemiliknya, cinta itu tidak harus memiliki namun mengikhlaskan. Sekeras apapun yang manusia lakukan untuk mendapatkan cintanya tapi apabila Tuhan tidak mengizinkan kita bisa apa?

          
⠀⠀⠀⠀   Rouvir Une Vieille Histoire Selesai
⠀⠀
⠀⠀
Character Unlocked

1. Aditya Arsena

 Aditya Arsena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2. Rasalas Kalintang

 Rasalas Kalintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Enffulgence, 2021

Ciel et Soleil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang