Matahari mendongak kala merasakan air mengenai tubuhnya, ah ternyata siang ini hujan deras mengguyur kota Jogja. Matahari bukannya berlari untuk mencari tempat teduh ia hanya berjalan sambil sesekali melompat kecil.
Ia tidak tahu mengapa ia merasa senang sangat hujan turun, seolah olah ia adalah orang yang paling bahagia ketika hujan turun, dia merasa dia pernah melalui kejadian penting saat hujan namun ia tidak bisa mengingatnya sama sekali. Abu-abu.
Seorang pemuda memayungi dirinya dan juga Matahari, agar terhindar dari tetesan air yang turun dari langit. Matahari mendongak dan menemukan wajah pelanggannya semalam, Kalangit Sagara.
"Jangan hujan-hujanan kamu bisa sakit nantinya, ayo berteduh lebih dulu" Kata Langit, yang membuat Matahari mematung. Ia seperti merasakan deja vu lagi lagi ia melihat sekelebat bayangan dimana seorang pemuda berambut hitam memayungi seorang pemuda berambut blonde dengan payung hitam.
"Lintang?" Gumam Matahari dengan bingung, walaupun samar Langit masih bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Matahari, diam diam ia tersenyum kecil ini artinya Matahari mulai mengingat dirinya kan.
Matahari tersadar dari lamunannya lalu menatap Langit "Ah maaf, saya malah ngelamun. Ayo cari tempat untuk berteduh" Langit dan Matahari mulai berjalan menuju koridor kampus untuk berteduh
"Sepertinya kita belum berkenalan ya, Saya Matahari Kalingga kalau kamu sendiri?" Tanya Matahari yang membuat Langit tersenyum kecil lalu menatap Matahari.
"Salam kenal Arsena, saya Kalangit Sagara kamu bisa panggil Langit" Kata Langit dengan sengaja mengubah nama Matahari menjadi Arsena. Matahari mengerutkan dahinya Arsena? Arsena siapa? ia seperti pernah mendengar nama itu tapi dimana Matahari lupa.
"Tapi Langit, nama saya Matahari Kalingga bukan Arsena, bahkan tidak ada unsur Arsena pada nama saya," Protes Matahari kepada Langit. Sedangkan Langit hanya tertawa lalu menganggukkan kepalanya.
"Maaf ya, saya teringat seorang pemuda berambut blonde bernama Aditya Arsena kalau sedang hujan" Matahari mematung mendengar sebuah nama yang benar benar tidak asing diindera pendengarannya Aditya Arsena.
"Awan kira kira kembaranmu kapan mengingat Lintang?" Tanya seorang pemuda jakung, Nakala Bagaskara. Pemuda disebelahnya berdecak pelan "Namaku sekarang Arjuandra Arbintang bukan Aryawan Sabiru"
Nakala hanya terkekeh pelan "Aku lebih suka memanggilmu dengan nama Awan daripada Bintang, lagipula kamu sama saja suka memanggilku dengan nama Aksa" Bintang terdiam ia kalah telak apabila sudah berdebat dengan Nakala.
"Aku tidak yakin, tapi aku merasa Matahari akan mengingat Langit tidak lama lagi," Kata Bintang sambil melihat kearah luar. Menatap air air hujan yang turun dengan deras mengguyur kota Jogjakarta.
"Bukankah ini salah satu memori dimana Arsena mendapatkan hadiah terbaiknya Awan?" Tanya Nakala yang membuat Bintang menoleh lalu mengangguk sambil tersenyum kemudian ia mengenggam tangan Nakala erat.
"Iya benar, 24 Juni 1980 hujan turun dengan deras memgguyur kota Jogjakarta dan Arsena mendapatkan hadiah terbaiknya, Rasalas Kalintang"
Matahari mengerjapkan matanya beberapa kali yang membuat Langit didepannya mencubit pipi Matahari gemas yang membuat si empunya menatap Langit sinis "Kalangit Sagara ini sakit," Kata Matahari dengan ketus.
Langit hanya terkekeh ringan lalu mengusak rambut Matahari "Lagian kamunya lucu, saya mana kuat Matahari, jangan keseringan gemes gemes ya," Kata Langit yang membuat kedua pipi milik Matahari memerah bahkan jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Euphoria jatuh cinta itu manis sangat manis, Matahari ingin merasakan hal itu terus menerus, rasanya sangat manis.
"Matahari nanti setelah kelas mau ikut saya kesebuah tempat?" Tanya Langit yang membuat Matahari menatap Langit dengan penasaran "Mau kemana Langit?" Tanya Matahari
Langit tersenyum "Kesuatu tempat yang saya pastikan kamu menyukainnya Matahari Kalingga"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀Pluie à Yogyakarta Selesai
⠀⠀
⠀⠀
⠀⠀
©Enffulgence, 2021
![](https://img.wattpad.com/cover/275180477-288-k555317.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciel et Soleil
Historia Corta⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Buku kosong nan bersih siap untuk ditulis berbagai kisah yang nanti akan diceritakan, banyak kanvas baru yang siap ditumpahkan berbagai macam warna membentuk sebuah gambar yang akan ia perliha...