Peluh keringat membasahi tubuhnya, napasnya terengah-engah. Langkah kaki yang bergerak cepat tanpa henti dan tidak hati-hati membuat gadis berparas cantik itu tersandung ditepi jurang.
Napas Hiera terhenti sesaat kala maniknya memandang horor ke arah bawah sana. "Hah."
Suara kepakkan sayap membuat Hiera mengalihkan pandangan, dia mencari asal suara tersebut. "Jangan bilang itu siluman?"
Kata orang di dunianya dulu, ketika malam hutan akan terasa menyeramkan. Ada banyak makhluk kasat mata atau hewan-hewan buas lainnya. Namun di sini lebih menyeramkan, banyak siluman dan hal lain yang tidak bisa dipikirkan dengan akal sehat.
Semuanya masih membingungkan. Hiera frustrasi memikirkan ini. Otaknya benar-benar tidak berjalan. "Argh!!!" Hiera menjerit mengguncangkan keheningan hutan ini. Suara-suara hewan bermunculan membuat pendengaran Hiera berdenging-denging. Pening di kepala dan matanya berkunang-kunang membuat gadis itu tidak sadar. Tubuh Hiera melayang dari ketinggian jurang dan memejamkan mata kala rasa lelah datang.
Disisa-sisa kesadaran, Hiera merasakan tubuhnya semakin melayang, bukan ke bawah, melainkan ke atas, dibawa terbang dalam dekapan makhluk berbulu halus. Hiera bisa melihat meskipun samar, dia makhluk yang terlihat indah dibanding dengan makhluk yang pertama kali dia membuka mata.
Makhluk yang membawa Hiera dengan lembut, membawanya terbang melewati pepohonan yang menjulang tinggi. Kemudian mendarat dengan sempurna tepat di depan istana bercorak tengkorak. Hitam dan cokelat yang mendominasi istana tersebut. Terlihat seram jika dilihat dari luar.
"Iffin! Kau membawa dia kemari lagi?"
Iffin melirik sekilas. "Memangnya kenapa, Olf?"
Olf mendengus mendengarnya. "Dia manusia biasa. Tempat ini tidak cocok untuknya." Olf berjalan bersisian dengan Iffin. "Kenapa kau selalu membawa manusia itu di saat tidak sadar?" Olf mengingat ketika Iffin tiba-tiba datang dan membawa manusia itu ke dalam istana. Ketika manusia itu siuman tanpa ada yang menyadari, manusia itu langsung pergi begitu saja. Kemudian sekarang, Iffin membawanya lagi ke dalam istana.
Iffin berhenti melangkah. Dia menunduk menatap manusia dalam gendongannya. "Kau benar, kita harus membuangnya."
Olf membulatkan mata mendengar balasan yang tidak terduga dari pimpinan hutan Belantara ini. Membuangnya? Itu terdengar kejam.
Olf yang sekarang merubah wujud menjadi manusia bersimpuh di hadapan sang pimpinan. "Biarkan aku yang membawanya, Iffin." Meskipun Iffin seorang pimpinan. Tapi, Iffin tidak menyuruh mereka untuk bersikap hormat. Lagi pula, mereka sama-sama hidup di hutan Belantara sejak diciptakan. Hanya saja, Iffin yang pertama kali diciptakan oleh penyihir-penyihir hitam.
Ya, mereka semua diciptakan oleh seorang penyihir hitam ratusan tahun lalu, di mana penyihir tersebut mempunyai kedendaman yang mendalam terhadap penyihir putih sehingga menciptakan siluman-siluman yang mengerikan untuk membalas dendam.
Namun, semua itu gagal, balas dendamnya tidak terbalaskan. Lalu penyihir putih yang memiliki kemurnian hati, merubah siluman-siluman tersebut menjadi lebih baik dan menghilangkan semua keburukannya, kecuali untuk membunuh penyihir yang berbuat jahat. Namun tidak menutup kemungkinan, siluman-siluman tersebut akan bertindak kasar terhadap manusia.
Iffin menyerahkan manusia itu ke dalam gendongan Olf. "Pergilah, kau harus kembali sebelum fajar."
Olf mendekap erat sosok manusia yang menyerupai dewi kecantikan itu. Sangat-sangat cantik. "Tapi bagaimana dengan pakaiannya?"
"Tidak usah memikirkan pakaiannya. Bawa saja pergi." Setelah mengucapkan itu Iffin menghilang dalam sekejap menyisakan asap membuat Olf terbatuk pelan.
Olf menatap lama sosok dalam gendongannya, sebelum akhirnya menghilang membawa manusia itu ke salah satu wilayah, kemudian meletakkan manusia itu di atas jerami yang ditumpuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain In Wonderland [on going]
FantasíaHiera tidak percaya atas apa yang menimpanya. Bukannya pergi ke alam baka setelah insiden kecelakaan pesawat. Namun, Hiera justru terbangun di tempat asing. Pada saat membuka mata, pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah manusia setengah bi...