Februari, 2015
Saat itu telah memasuki pertengahan bulan Februari kala seseorang datang menyambangi ruang 12 MIPA 2 yang menjadi kelasku 6 bulan belakangan ini. Ketika itu kelas sedang kosong karena para guru sedang ada rapat di ruang lab 3. Sosok yang baru saja masuk ke dalam kelasku tidak memakai seragam, ia hanya memakai jaket kulit berwarna hitam dengan sebuah beannie hat warna navy yang menutupi kepala bagian atasnya. Bagai tidak mempunyai rasa malu, seseorang itu memasuki kelas dengan wajah penuh percaya diri.
"Di sini ada yang namanya Nisaka Bestari, gak? Saya gak sengaja nemuin kartu pelajarnya di ruang lab fisika!"
Di bangku paling belakang, aku dibuat tersentak mendengar teriakannya. Dan seperti baru saja melakukan tindak kriminal yang menyebabkan terbunuhnya ratusan korban jiwa, seluruh pasang mata menatap tajam kearahku dengan kompak. Membuat manusia berjaket kulit itu berjalan pelan mendekatiku sesuai dengan arah pandang anak-anak di dalam kelas ini. "Simpan kata terimakasihnya dulu, saya lagi buru-buru ngurusin ijazah. Lain kali jangan ceroboh!"
Belum sempat aku meraih kartu pelajar di tangannya, gadis itu telah berlalu keluar lebih dulu seraya melempar benda pipih itu di atas meja. Sedangkan aku yang masih belum memahami keadaan, hanya bisa mengerjapkan kelopak mata. 3 tahun bersekolah di sini, wajah gadis itu tampak asing bagiku; bahkan aku merasa tidak pernah melihatnya di kawasan sekolah.
"Dia ... siapa?"
"Lah, lo gak kenal? Dia Kak Gistara, njir! Alumni tahun kemarin, angkatannya Kak Jeno! Gila, keren banget dia masuk ke sini pake jaket padahal yang lain pake kemeja rapi." Racauan Yuna selaku teman semejaku terdengar kurang jelas karena ramainya keadaan kelas sesaat didatangi oleh gadis berjaket kulit tadi. Aku hanya meringis ngeri mendengarnya, apanya yang keren dengan menggunakan jaket kulit ke dalam sekolah? Itu namanya tidak sopan, kan?
Setelah kejadian tidak jelas itu, aku tidak berharap untuk bertemu dengan Gistara lagi. Dan sesuai apa yang aku harapkan, Tuhan mengabulkan segalanya. Sampai ketika aku lulus dari jenjang SMA, manusia minim rasa malu itu benar-benar tidak menampakkan diri lagi. Namun siapa sangka jika aku dan dia kembali bertemu di dalam sebuah kampus yang sama? Dan lebih parahnya lagi, Gistara ternyata mengenaliku walaupun pertemuan yang terjadi diantara kita terbilang singkat. Bagian paling konyolnya, gadis itu memintaku membayar kebaikannya beberapa bulan lalu dengan sebuah hubungan pertemanan.
Ah, semesta selalu saja suka bermain-main.
°°°Mei, 2016
Dulu, aku sama sekali tidak percaya dengan kalimat kalau jodoh gak bakal kemana. Tetapi semenjak kota Jogja mempertemukanku dengan Gistara, perkataan itu membuatku percaya. Bukan aku yang menemukan dia dan bukan dia yang menemukanku, tetapi kita saling menemukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Retisalya; NingSelle [Completed]
FanfikceKisahnya bahkan baru saja dimulai, tetapi hujan yang jatuh di bulan Oktober kali ini telah mengakhiri segalanya. Salah satunya tentang Gistara dan beribu-ribu harapan yang tidak akan pernah diwujudkan oleh semesta. Lalu di ujung kesendirian, akulah...