Part 3

899 135 62
                                    


Niatnya mau update WaL
Tp yg ketulis malah ini 😢🤚

WARNING: JUST FOR 17+🚫🚫



***



Bangunan bertingkat dua yang tak terurus itu masih nampak berdiri di sekitar jalanan yang jarang dilewati oleh kendaraan. Penampakannya yang kotor dan kumuh memberikan kesan horor pada siapapun yang melewatinya.

Tapi di tempat inilah seorang perempuan terlihat tengah menunjukkan amarahnya pada seseorang.

Plak!

Bug! Bug!

Suara tamparan yang disusul oleh pukulan menggema di sebuah ruangan di bangunan tersebut.

"Brengsek, kau benar-benar tidak becus Diana!"

Bug!

Sebuah pukulan kembali menyerang Diana begitu kalimat memaki itu terlontar padanya. Dengan wajah dan tubuh yang menampakkan memar, Diana berusaha berdiri. Walau kakinya gemetar karena rasa sakit yang mendera tubuhnya.

"Kau sudah hampir tiga tahun mencarinya dan sama sekali tidak ada informasi yang bisa kau dapatkan. Apa yang selama ini kau lakukan sebenarnya?!"

Diana menarik nafas, walau perutnya terasa sakit akibat pukulan yang dia dapatkan barusan.

"Aku akan berusaha lebih keras lagi." Lirih Diana dengan suara lemah.

Lawan bicara Diana masih menampakkan amarah, tangannya mengepal kuat sampai kuku-kukunya memutih.

"Aku benar-benar muak mendengarnya!" Ujarnya.

Bug!

Tubuh Diana kembali jatuh begitu perutnya mendapatkan tendangan kuat dari orang dihadapannya. Meski Diana bisa melawan, dia tidak akan melakukannya. Karena bagaimanapun juga, Diana memang bersalah.

"Cih, menyebalkan. Bahkan jika aku membunuhmu, adikku belum tentu bisa kembali." Ujarnya. Lalu menyalakan sebuah rokok untuk ia hirup. Perempuan itu mendekati Diana yang masih tergeletak di lantai dengan tubuh yang kotor karena debu yang menempel di bajunya.

"Dengar!" Perempuan itu menarik rambut panjang Diana hingga membuat gadis itu mendongak.

"Waktu kita tidak banyak, aku harus tau dimana adikku berada sebelum waktu kita habis. Jika gagal, aku tidak akan ragu untuk menjual mu pada Kevin. Kau paham?!" Ancamnya yang Diana tau bahwa itu bukanlah main-main.

"Aku mengerti Wendy." Diana mengangguk dengan lemah.

Perempuan yang Diana panggil dengan sebutan Wendy itu kini melepaskan rambutnya. Diana meringis, kini tak hanya tubuhnya yang sakit, tapi juga kepalanya. Cengkraman Wendy di rambutnya tentu saja sangat kuat.

Wendy menghela nafas lalu pergi dari sana. Meninggalkan Diana yang entah kapan punya kekuatan untuk bangun.

.

.

.

"Hei Zeline, mau menghabiskan malam ini denganku?" Robert mendekati Zeline yang masih sibuk dengan tugasnya. Pria itu tersenyum lalu merangkul pinggang Zeline.

"Maafkan aku Robert, aku sedang tidak ingin melakukannya." Tolak Zeline dengan halus. Tapi dia tetap membiarkan Robert merangkul pinggangnya.

"Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?" Robert menempelkan punggung tangannya di kening Zeline.

Zeline menggelengkan kepalanya, "tidak, aku baik-baik saja."

Mereka memang cukup dekat, karena  Robert dan Zeline adalah tetangga di gedung apartemennya dulu. Sebelum akhirnya Zeline pindah dari sana. Tapi hubungan mereka tetap baik-baik saja.

Verhetetlen (Third Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang