12

4.9K 402 7
                                    


***

"Kamu yakin?" Ridhan bertanya untuk kesekian kalinya.

"Apa Rere pernah meragukan kemampuan yang Mas miliki?" Bukannya menjawab, Rere malah melontarkan pertanyaan pada Ridhan.

"Tapi itu semua milikmu, Re. Bagaimana bisa Mas yang mengelolanya? Setelah adik mas yanh terkutuk itu menghancurkan pernikahan kalian, bukankah terlihat konyol jika Mas mengambil alih ini?"

Meletakkan gelas kopi yang tadi di teguknya, Rere berucap, "Rere percaya sepenuhnya Mas. Bukankah dulu Mas Candra menitipkan Rere pada Mas Ridhan?"

"....."

"Dan seperti yang sejak awal Rere utarakan, semua ini Rere serahkan pada Mas Ridhan. Rere hanya butuh suasana baru dan ketenangan saja, Mas."

"Seharusnya aku tidak menyanggupi permintaan bodoh kakakmu itu. Sehingga pernikahanmu dengan anak itu tak terjadi. Sungguh aku sangat menyesali hal itu, Re." Ridhan berkata penuh penyesalan.

"Apa yang terjadi, tidak perlu disesali Mas. Saat ini Rere hanya butuh ketenangan dan biarkan luka bathin yang Rere alami ini sembuh dengan sendirinya."

"Sungguh Sigit akan menyesal seumur hidupnya, Re."

Memilih tak menanggapi ucapan Ridhan, Rere berujar, "jangan coba-coba memata-matai ya Mas, atm dan ponsel sudah Rere tinggalkan di kamar. Cukup rumah panggung ditepi pantai saja yang Rere butuhkan."

"Bagaimana mungkin kamu bisa bertahan dengan fasilitas minim itu, Re?"

***

"Apa gak bisa di cancel tiketnya, Mas?" tanya Renata untuk kesekian kalinya pada sang suami.

Menghela napas panjang, kali ini Ridhan hanya menggelengkan kepalanya perlahan. "Rere terlalu tangguh untuk hal ini."

"Kenapa harus Pulau Benan sih, Mas? Kenapa gak Solo, Magelang atau Yogja, disana kita bisa pantau Rere kan dengan kerabat-kerabat kita?"

"Pulau Benan deket lho, Mbak. Cuma sejam lebih dari Tanjungpinang." Rere yang sedari tadi bercengkerama dengan anak-anak Ridhan kini mendekat.

"Tapi kan....

"Yang, gak pake tapi-tapi lagi. Kita udah deal tentang ini." Suara tegas Ridhan menghentikan rengekan Renata.

"Kabari kalo ada apa-apa ya, Re. Kamu udah save nomor Mbak, kan?" tanya Renata yang kini merengkuh Rere ke pelukannya.

"Rere bakal cepet pulang kok, Mbak. Doakan saja yang terbaik untuk Rere, ya,"

"Kapal ferrynya udah merapat, Re. Ayo, Mas antar," ajak Ridhan.

Namun, Rere menahan tangan Ridhan yang ingin meraih tas milik Rere. "Gak perlu, Mas. Cukup sampai disini aja. Terimakasih atas bantuannya selama Rere sakit."

"Kamu ngomong apa sih, Re?" Renata memotong kalimat panjang Rere.

"Mbak, jangan bocor ya ke Mama. Bisa-bisa disusulin nanti."

"Kamu cepet kembali, Re. Anak-anak pasti merindukan kehadiranmu."

Setelah berpamitan, dengan langkah pasti Rere menuju kapal ferry yang akan membawanya ke Pulau Benan, yang menjadi tujuannya.

"Vi, Mama pergi ya. Biarkan sejenak Mama menenangkan diri. Mama janji akan kembali dengan hati yang lebih tertata, nak.

Melewati lautan lepas nan biru lalu beberapa pulau kecil terlampaui, Rere terpesona dengan pemandangan yang tersaji didepan matanya saat kapal ferry yang ditumpanginya mendarat di Pulau Benan.

"Nak kemane kak?" tanya seorang lelaki yang Rere tebak seorang tukang panggul pelabuhan.

"Rumah Mak Long," jawab Rere.

"Oh, rumah yang dah dikemas hari tu," tebak pria itu lagi. "Jom lah saye antar dekat sane, Kak. Dah lawa rumah tu Kak," celoteh pria tersebut seraya menenteng tas milik Rere biarpun sang empunya tak memberi respon.

"Jalan dekat sini memang macam ni, Kak. Ade juge rumah didarat, jalannye dah bagos pakai semen, Kak. Tapi, rumah Mak Long yang Kakak cakap tu diatas pelantar macam ni lah."

Rere terus mendengarkan ocehan pria tersebut hingga ia sampai pada sebuah rumah panggung ditepi pantai. Rumah yang cukup sederhana bagi Rere tapi terlihat sangat sejuk.

"Name saye, Jamal." ujar pria tersebut setelah meletakkan tas Rere diteras rumah.

"Panggil saya, Rere, Bang Jamal."

"Rumah saye dekat dari sini, Kak. Jarak tige rumah aje dari sini, yg warne biru laut ye, Kak Re. Kelak ade ape-ape datang aje ke rumah, ade istri dan anak kami kalau Kak Re butuh bantuan ye."

"Oh, iya Bang. Ini saya bayar berapa ya?"

"Tak payah baya lah, Kak Re. Saye ikhlas pon. Dah lah, saye permisi ye Kak. Semoge betah tinggal kat sini."


***

Hai-hai, apa kabar nih?
Maaf baru bisa up, tapi pendek nih☺️

Pulau Benan itu ada di Provinsi Kepri, ya. Dan penduduk Kepri itu sebagian besar orang Melayu.
Pelafalannya ini saya contohkan yang sebagian besar dipakai. Biasanya lain pulau/daerah bahasa melayunya lebih bervariasi.

Jangan lupa vote nya ya, makasih😘




Mantan PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang