Kita Bukan Osis

2 0 0
                                    

Memikirkan hal yang selalu membuat berpikir hal yang buruk merupakan hal yang sebenarnya tidak baik untuk kesehatan mental diri sendiri. Namun jika itu hal yang menyangkut orang terdekat bagaimana bisa kita mengontrolnya. Tanpa diminta pun kita selalu berusaha untuk membantu dengan sebisa mungkin apa yang dapat dilakukan.

🍁🍁🍁

"Ayah?"

"Ya?"

"Apa Sheira terlihat seperti orang yang tidak bisa dipercaya?"

"Eh! kenapa bilang seperti itu? Ayah percaya kok sama Sheira. Bunda juga percaya sama kamu. Memangnya siapa yang tidak percaya pada Sheira?"

"Riko."

Ingatannya 1 minggu lalu kembali datang mengingatkannya akan hari di mana Riko tidak mau diganggu dengan siapapun termasuk Sheira. Sheira mengalihkan fokus pandangannya ke belakang tempat Riko duduk bersama andri dan yang lainnya. Diperhatikannya dengan seksama Riko dari jarak yang tidak terlalu jauh.

"Iya, sepertinya itu sudah membuktikan semuanya. Kamu berbohong padaku," gumam Sheira.

"Hah? Apa Shei?" tanya Siska. Gumaman kecil Sheira masih tertangkap oleh pendengaran Siska.

"Hehehe gak. Ini aku keringetan banget tahu gak," ucap Sheira untuk mengganti topik pembicaraan. Sheira sedang tidak ingin menceritakan masalah ini pada siska. Setidaknya untuk saat ini, hanya dia yang boleh tahu.

Sedangkan Riko, dia masih dengan mendengarkan musiK yang mengalun indah dari earphonenya. Pikirannya masih tertuju pada pesan singkat yang beberapa waktu lalu diterimanya hampir bersamaan dengan Andri yang juga menerima peasn singkat itu.

"Tadi lihat ga burung meraknya? Sumpah gue suka banget. Cantik."

"Iyaa banget. Gue juga suka."

"Kapan-kapan gue kesini lagi bareng keluarga gue lah."

"Boleh banget tuh."

"Gue nggak ah. Takut. Tadi gue hampir dikejar orang utan."

"Lah masa? Gimana ceritanya?"

Kebisingan bukan hanya dari suara kendaraan di luar sana tapi juga di dalam bus. Mereka saling bertukar cerita atau pengalaman mereka saat di kebun binatang dan berkeliling. Tapi yang lainnya justru ada yang memilih untuk memandangi jalanan, bermain gitar dan bernyanyi. Ada pula yang menghabiskan waktu dengan tidur hingga mereka sampai di tempat makan yang mereka tuju.

"Lihat dia tidur, lebih baik lu tidur juga deh." Fira yang sedang menikmati pemandangan di luar bus harus terganggu karena ucapan Prasta.

"Diem ya lu Pras. Suka-suka gue mau tidur apa kagak." Dia bersiap untuk menjambak Prasta tapi laki-laki itu berhasil kabur ke tempat duduk di depan.

"Bisa ga sih lu ga maen kasar atau mukul gue?" tanya Prasta

"Gak. Gak bisa. Yang ada lu makin ngelunjak Pras," ucap Fira dengan menatap nyalang ke arah Prasta.

Suara yang mengisi ketenangan bus membuat suasana menjadi lebih terasa bersahabat untuk Sheira. Kesunyian adalah hal yang paling menakutkan. Seperti ada yang siap menarik dan membawanya menghilang kapan saja. Hanya saja saat ini dia tidak ingin kesunyian itu menyapa dirinya saat ini karena dia ingin menikmati waktunya bersama dengan teman-temannya.

"Baiklah anak-anak sebentar lagi kita sampai," ucap guru yang ada di bagian depan bus (di samping supir bus). Karena takutnya tidak semua murid yang akan mendengar suaranya, guru itu menggunakan pengeras suara agar semuanya mendengar informasi yang baru saja diucapkannya.

BETWEEN US?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang