Kenangan pahit

5 1 0
                                    

Beberapa hal mungkin memang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi jika kamu yakin mungkin saja itu akan benar adanya jika kamu tetap meyakininya. Pahit dan berat yang kamu rasa tidak akan abadi. Kamu akan memetik buah manis dikemudian hari.

🕊Happy reading🕊

"Hari ini kita gak tersesat kaya dulu".
Suara itu kembali memecahkan keheningan diantara keduanya saat sudah duduk di tempat berkumpul. Tetapi masih mereka berdua yang sudah kembali. Teman-teman yang lain mungkin masih menikmati waktu mereka melihat binatang yang menarik perhatian mereka.

"Kamu pikir selamanya aku gak bakal bisa baca peta?"
"Hahahaha"
Sheira tertawa mendengar respon dari Riko. Tawa lepasnya membuat Riko terdiam melihat bagaimana tawa lepas Sheira mampu menghipnotisnya hingga merasa bahwa waktu seolah berhenti agar dia dapat menikmati pemandangan indah itu sedikit lebih lama. Tampak Sheira memegang perutnya menahan sakit karena terlalu banyak tertawa.

"Udah deh udah hahaha."
"Ada yang lucu ya Shei? Aku gak lagi ngelucu kok"
Sheira kembali tertawa mendengar perkataan Riko. tawa lepas itu tidak bisa Riko hilangkan dari pikirannya. dia merasa sudah lama sekali tidak melihat Sheira tertawa lepas seperti itu beberapa tahun terakhir ini. Sudah banyak yang dilaluinya. Tidak ada yang dipercayainya kecuali aku, untuk menjadi tempatnya berbagi.

🍁🍁🍁

Sheira duduk di kelas 8 smp (umur 15 tahun)

"Salahku apa sebenarnya? Mengapa aku diperlakukan dengan tidak adil seperti ini." Linangan air matanya kian membasahi pipi Sheira. Dia sedang duduk di kursi taman belakang sekolah. Sendiri. Hanya suara gemericik air mancur belakang sekolah yang menyusup ke dalam indera pendengaran Sheira dan juga suaranya sendiri saat mengeluarkan suara. Ini bukan apa yang diinginkannya. Bukan juga apa yang orang tuanya inginkan.

"Aku kembali mengingatnya. 5 tahun lalu. Saat kakek memisahkanku dengan ibu. Riko, aku ngerasa sakit banget hiks." Di tempat itu dia hanya sendiri. Tapi dia membutuhkan Riko untuk menemaninya. Sepertinya untuk kali ini dia tidak bisa mengharapkan Riko untuk menemaninya. Riko mengikuti perlombaan taekwondo mewakili sekolah. Sheira tidak mempercayai orang lain untuk berbagi cerita.

Kilasan memori yang terpendam yang sebenarnya tidak ingin diingat lagi oleh Sheira malah kembali menghantui pikirannya. Seperti tidak ingin membiarkan sheira akan hidup dengan tenang. Ingatan itu membuatnya kembali merasa terpuruk.

"Kamu harus meninggalkan anakmu jika kamu ingin anakmu baik-baik saja"

Suara rendah dan berat itu mengintimidasi Kirana-ibu Sheira- untuk segera meninggalkan anak perempuannya. Rahang tegasnya menambah kesan menakutkan di mata Sheira yang kala itu masih berumur 10 tahun. Rambut yang mulai memutih tidak membuat wajah menakutkan itu hilang dari pemiliknya. Jelas saja Sheira merasa ketakutan.

"Ayah. Sheira anakku. Apapun yang terjadi aku harus menjaga dirinya. Jika bukan aku, siapa yang akan menjaga anakku?"

"Dia sudah besar. Kau tidak perlu lagi memanjakannya. Dia hanya akan menjadi beban bagimu dan mengingatkanmu kepada laki-laki itu"

"Ayah! Sheira masih kecil. Dia masih berumur 10 tahun, bagaimana bisa ayah menyebutnya sudah besar. Bahkan dia tidak akan paham apa yang sedang kita bicarakan ayah."

"Ibu. Sudah." Sheira meremat ujung baju milik ibunya. Sheira takut melihat pertengkaran antara ibunya dan kakeknya.

"Ayah lihat! Sheira merasa ketakutan karena nada bicara ayah yang seolah menyalahkan Sheira yang masih kecil ini. Dia anakku ayah. Aku akan tetap bersama anakku."

BETWEEN US?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang