Bukan tidak percaya, belum waktunya untuk bercerita sepertinya lebih tepat.
🕊Enjoy it! Happy Reading🕊
Orang yang saat ini ada bersamamu tidak akan menjamin dia juga akan selalu siap mendukung apa yang akan kamu ambil. Mendengarkan apa alasanmu mengambil langkah yang seharusnya tidak kamu ambil. Kamu hanya perlu membuat mereka mengerti akan dirimu. Bukan membiarkan mereka memikirkan hal lain.
🍁🍁🍁
1 minggu sebelumnya
"Riko bisa gak sih kamu jangan nyusahin mama ? tiap mama pulang kamu selalu saja membuat mama marah? Apa kamu memang suka membuat mama marah?" Terdengar suara mama Riko yang meninggi saat berbicara pada mamanya. Di antara keduanya tidak ada yang mau mengalah. Akhirnya keduanya hanya beradu mulut.
"Ma. Bukannya Riko mau buat mama marah. Riko juga ga bermaksud buat mama marah. Mama pikir Riko hanya bisa membuat mama marah? Riko udah melakukan apa yang mama mau walau itu gak sesuai sama yang Riko mau. Kali ini mama malah marah karena hasilnya ga sesuai sama kemauan mama? RIKO BUKAN ROBOT YANG BISA MAMA ATUR SEMAU MAMA!" Suara Riko meninggi menanggapi ucapan mamanya. Ya dia bukan robot yang hanya digunakan untuk memuaskan hasrat atau keinginan mamanya.
"KAMU SUKA BANGET YA NGELAWAN SAMA MAMA?" Suara mama Riko juga ikut meninggi.
"Aku bilang kaya gini dibilang ngelawan? Apa mama gak salah bedain ngelawan dengan menyampaikan apa yang Riko rasain ma?"
"Diam kamu!"
Pipi kiri Riko memerah akibat sebuah tamparan keras menyentuh pipinya. Apa lagi jika bukan tangan dari seorang ibu yang seharusnya menjaga dan mengerti anaknya. Riko memegang pipi kirinya yang terasa panas karena tamparan mamanya.
"Terima kasih, Ma. Maaf kalau Riko ga bisa jadi apa yang mama mau," ucap Riko seraya berjalan meninggalkan mamanya di ruang tamu menuju kamarnya.
"Arghhh. Riko! Kembali kamu!"
Tidak ada tanggapan apapun dari Riko yang sedang menuju ke arah kamarnya.
Suara pintu kamar Riko terdengar keras masuk ke dalam indera pendengaran mamanya yang masih berada di ruang tamu.
"Riko! mama ga mau dengar lagi kamu bilang mau berhenti dari taekwondo. Kamu dengar itu?"
Di dalam kamar Riko hanya mengurung dirinya. Dia tidak mau diganggu oleh siapapun saat ini. Pipi kirinya masih terasa panas. Tamparan yang dilayangkan mamanya sangat keras. Tanpa sengaja tadi Riko melihat pembantu rumahnya melihat pertengkaran yang terjadi antara dirinya dengan mamanya.
"Aku bukan robot. Aku ga harus buat mama bangga sama apa yang bukan mau aku sendiri. Aku udah bertahan selama ini walau bukan kemauanku. Gapapa sih dengan ikut taekwondo tapi ga suka aja sama orang-orang di dalamnya. Apa salahnya sih nyampein apa yang aku rasain dan bilang mau berhenti aja dari taekwondo?"
Riko memegang kepalanya. Frustasi. Dia menyampaikan sesuatu yang selama ini sudah ia pendam dan selalu memikirkan tentang mamanya. Tapi itu malah berdampak buruk padanya, dia menjadi merasa tidak nyaman.
"Bodo lah sama apa yang bakal ke depannya terjadi. Kalo mama sampe ngusir aku dari rumah. Yaudah tinggal pergi. Saat ini aku cuma butuh papa. Bukan yang lain. Papa pasti bakal ngedukung apa yang aku mau dan suka."
Sebuah panggilan telpon masuk ke ponselnya.
"Hm?"
"Eh kenapa lo?"
Suara Andri terdengar di seberang telepon. Riko tidak segera menjawab pertanyaan dari Andri. Yang tertangkap oleh indera pendengaran Andri hanya suara hembusan nafas berat Riko.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US?
General FictionKata orang, pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu tidak mungkin tidak ada yang memiliki perasaan tertarik kepada lawan jenisnya. Tapi juga tidak dapat dipungkiri jika itu memang benar adanya. Tidak peduli seberapa keras mereka berusaha untuk...