Apa yang Dia Tahu?

6 1 0
                                    

Ada yang ingin sekali kulakukan jika suatu saat aku bertemu dengan seseorang yang benar-benar akan selalu menemani hariku hingga akhir hayatku. Menikmaati waktu bersama di sebuah rumah sederhana di desa yang menyejukkan. Ya aku menginginkannya.


Saat tiba di kebun binatang semua siswa turun dari bus dan berkumpul kembali untuk mengikuti instruksi dari guru yang juga mendampingi mereka. Kebun binatang itu ramai sekali oleh pengunjung, bahkan bisa diprediksi jika mereka sudah sampai di sini lebih dari dua jam yang lalu. menikmati waktu luang dengan pergi ke kebun binatang itu bukan menjadi pilihan yang bisa disesalkan. Benar begitu bukan?

"Anak-anak kalian bisa berkeliling kebun binatang ini tapi kalian tidak boleh berkeliling sendiri. Setidaknya bersama dengan seorang teman kalian yaa. Jika kalian sudah selesai berkeliling kebun binatang kalian bisa kembali ke sini lagi selagi menunggu yang lain juga kembali dan telah menyelesaikan acara berkelilingnya."

"Jadi bebas dengan siapa saja kan Bu?"

"Iyaa."

"Silakan kalian sudah boleh berkeliling. Ingat jangan sendirian."

Suasana kebun binatang begitu terasa asing sejak dia menginjakkan kakinya di sana. Bukan karena ia bersama orang-orang yang tidak terlalu dekat dengannya. Bukan. Tapi kenangan masa lalu yang kembali menyapa ingatannya membuatnya kembali ke kenangan itu. Karena dia ingin melupakan hari itu. Hari dimana dia menangis.

"Jangan melakukan yang tidak menyenangkan untukmu."

Suara itu tertangkap di indera pendengarannya. Suara yang sangat dia kenali. Suara yang selalu berusaha untuk menjaga dirinya. Suara dari orang yang juga selalu ada di sampingnya. Dialihkannya pandangannya yang sebelumnya kosong ke arah siempunya suara.
Tenang. Tanpa ingin memaksa. Masih dengan tenang menatap ke arah gadis itu. Si gadis juga mengalihkan pandangannya ke padanya. Yaa dia sudah tahu jika gadis itu pasti akan mengalihkan pandangannya.

"Jangan bengong juga. Sana bareng temenmu".
Riko menunjuk ke arah teman-teman Sheira dengan dagunya. Riko masih dengan santainya tetap berada di tempat. Belum ingin beranjak dari tempat yang tidak jauh dari tempat Sheira berdiri.

"Kalo bareng kamu aja boleh gak?" tanya Sheira pada Riko.
"Kenapa ga bareng temanmu saja? Kamu biasanya ga mau keliling kebun binatang bareng aku, kenapa tiba-tiba minta keliling sama aku?"

Sheira masih diam. Tidak menjawab. Ingatannya kembali membawa dirinya ke masa itu.

2 tahun lalu
"Aku ga mau keliling bareng Riko lagi. Pokoknya aku ga mau". Teriak Sheira saat sedang liburan di kebun binatang bersama keluarga Riko.
"Kenapa sayang? Sheira kan biasanya bareng-bareng sama Riko. Kenapa gak mau?" tanya ayahnya kepada Sheira.
"Sheira gak mau karena nanti Riko bawa Shei nyasar di kebun binatang kayak sebelumnya." Sheira menjawab dengan wajah cemberut.
Riko hanya memandang ke arah Sheira saat gadis kecil itu mengatakan alasannya tidak mau berkeliling dengan ditemani Riko. Yaa Riko masih mengingat kejadian itu.

5 tahun lalu (dihitung dari tahun yang sekarang)
"Riko ini jalannya udah bener gak sih? Kan kamu yang pegang petanya. Kok kita malah ga bisa balik ke tempat tadi?" tanya sheira dengan bertubi-tubi.
"Ya mana aku tau Shei. Kamu lagi nyalahin aku ya? Kan aku juga lagi usaha buat baca petanya dan balik ke tempat tadi kita pisah sama yang lain. Kamu jangan cerewet dong!"
"Ih kok malah dibilang cerewet sih? Aku takut tahu Rik."
"Ini masih siang juga. Gak ada tuh hantu yang minat buat nyulik kamu."

Sheira memberikan pukulan di lengan kiri Riko.
"Aduh! Sakit tahu Shei." Riko mengaduh kesakitan karena pukulan di lengan kirinya yang dilakukan oleh Sheira.

"Makanya jangan nakut-nakutin. Ayo cepetan, aku mau balik ke ayah sama bunda."

Menjelang sore, dua anak yang tersesat di kebun binatang belum juga dapat bertemu dengan orang tuanya. Hingga karena lelah mencari jalan sheira tidak melihat ada jalan berlubang hingga membuatnya terjatuh.

" Aww!"
Sheira meringis kesakitan. Mendengar itu Riko duduk berjongkok untuk menyamakan posisinya dengan Sheira yang jatuh terduduk.

"Gak papa? Sini aku lihat dulu."
Riko berusaha untuk melihat keadaan kaki Sheira yang terluka. Ya. Terdapat luka kecil di lututnya. Tapi itu berhasil membuat Sheira menangis menahan sakit. Ya lebih tepatnya juga karena ketakutan karena tidak kunjung bertemu dengan orang tuanya.

"Aku mau ketemu sama ayah sama bunda. Sakit."
Sheira menangis sejadi-jadinya. Dia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Riko.
"Ssssttt. Udahh Shei. Jangan nangis dong. Ayoo cari om sama bunda. Jangan nangis ya. Ayoo kita cari bareng!"
"Gak. Aku gak mau jalan lagi bareng kamu. Yang ada malah makin gak bisa ketemu sama ayah dan bunda."
Ya sheira masih menangis. Tidak mau berhenti. Riko yang masih di sana tidak tau harus melakukan apa. Sheira menangis tapi dia juga tidak tau harus bagaimana. Dan cerobohnya mereka sama sama tidak membawa ponsel untuk menghubungi orang tua mereka. Hingga petugas keamanan yang berkeliling karena mendapat laporan jika ada dua orang anak yang tidak dapat ditemukan oleh orang tuanya.

"Adekk.. Ini kenapa?" tanya petugas keamanan itu.
"Sheira jatuh pak karena gak kelihatan kalo ada lubang ini dan sampai sekarang belum berhenti menangis," jawab Riko.
"Sebentar. Ini namanya Sheira dan kamu Riko?"
Riko mengangguk, mengiyakan.
"Bagaimana bapak bisa tahu nama kami?"
"Orang tua kalian sedang mencari kalian. Ayoo bapak antar ke orang tua kalian. Sheira berhenti nangis yaa. Bisa jalan sendiri kan?"
"Bisa," jawab Sheira.
Setelahnya petugas itu benar-benar mengantar Sheira dan Riko bertemu dengan orang tua mereka. Sheira berjalan dengan tertatih-tatih dan menahan perih karena luka di lututnya. Dia juga tidak mengeluarkan kata apapun setelahnya selama perjalanan.

"Ayah, aku ga mau lagi keliling kebun binatang bareng Riko. Riko ga bisa baca peta. Aku ga mau tersesat lagi." Kata-kata itu terlontarkan dari bibir Sheira saat sudah bertemu dengan orang tuanya. Riko hanya diam karena juga merasa bersalah karena dia tidak bisa membawa Sheira kembali ke tempat mereka berpisah dengan para orang tua.

Setelah kejadian itu mereka tidak merencanakan liburan ke kebun binatang lagi. Karena sheira tidak menginginkannya.

Sheira masih terdiam. Ingatan itu kembali lagi. Rasa bersalahnya tiba-tiba muncul ke permukaan. Itu sudah 3 tahun yang lalu tapi Riko masih Mengingatnya.
"Kenapa diem aja?"
"Itu udah bertahun-tahun yang lalu. Sekarang kamu udah bisa baca peta kan? Gak usah bawa-bawa kejadian yang udah lewat deh. Toh kamu juga sendirian, bu guru bilang kita gak boleh sendirian kalo mau keliling."
"Cerewet bgt sih hari ini? Aku duluan"
Riko beranjak dari tempat berdirinya, hendak berkeliling. Sheira berlari kecil menyusul Riko yang melangkah dengan kaki panjangnya.

Mereka berdua menikmati suasana kebun binatang versi mereka masing-masing. Tapi tetap berkeliling bersama. Sheira yang sudah mendapat berpuluh-puluh potret hewan yang dia lihat, sedangkan Riko hanya melihat dan mengamati hewan yang membuatnya berpikir lebih keras tapi juga tidak tahu apa yang dipikirkannya.

"Capek. Ayo balik ke tempat kumpul" Ajak Sheira setelah lelah berkeliling kebun binatang.
"Hmm." Riko hanya berdeham sebagai jawaban.

"Riko."
"Hm?"
"Kamu tau? Suatu saat kalo aku bisa ketemu dengan orang yang mencintaiku dan mau dengan segenap hidupnya menemaniku hingga ajal menjemput, aku pengen menghabiskan waktu itu di tempat yang tenang dan dengan udara yang sejuk."
"Kamu pengen kaya gitu?"
"Ya. Sangat."
"Kamu mau aku yang jadi orang itu?"
"Nggak dong."

Riko kembali tidak bersuara.

"Kamu bisa lakukan apapun yang kamu mau dan inginkan," ucap Riko.
Sheira mengalihkan pandangannya ke arah Riko yang berada di sebelahnya.

"Kamu juga bisa kok. Jangan menahan apapun sendirian." Riko menatap ke arah Sheira. Diam. Keduanya diam.







Btw, pernah gak sih kalian tuh tanpa sadar selalu nyiksa diri sendiri? Mendam atau melepas keinginan terbesar kalian mungkin.
Walau kalian lelah, tetap semangat ya. Kalian sudah melakukan yang terbaik semampu kalian.

Jetta🕊


BETWEEN US?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang