Chapter 17

2.7K 366 5
                                    

"Thanks ya Jen," kata Karina saat sudah sampai di depan rumahnya itu.

Baru saja Karina ingin membuka pintu mobil, tiba-tiba Jeno memanggilnya hingga membuat ia menghentikan aktivitasnya.

"Rin," panggil Jeno.

"Hm?" sahut Karina sembari menengok ke arah Jeno.

Jeno mengambil sesuatu dari kantung celananya. "Nih, sesuai perjanjian." Ia mengeluarkan kartu pelajar Karina dari dalam saku celananya.

Karina yang melihat kartu pelajar ya itu segera mengambilnya dari tangan Jeno. Ia tersenyum, akhirnya kartu pelajarnya itu kembali juga ke tangannya.

"Huft! Akhirnya."

"Yaudah deh, gue masuk dulu ya. Makasih Jen, awas aja kalo lo ngambil kartu pelajar gue lagi!" lanjut Karina.

"Iya cantik."

Karina keluar dari mobil Jeno. Jeno membuka jendelanya untuk melihat Karina yang masih berdiri di sana. Karina memang sengaja menunggu Jeno pergi, tapi kenapa Jeno belum pergi juga?

Jeno sedikit memajukan dagunya, artinya ia menyuruh Karina untuk masuk terlebih dahulu. Tapi sepertinya Karina salah mengartikannya.

Karina mengangkat alisnya heran, ia tak mengerti maksud Jeno. Ia menganggkat tangan kanannya lalu melambaikan tangannya ke arah Jeno dengan kikuk.

Jeno yang melihatnya pun tertawa, ia gemas melihat tingkah Karina yang menurutnya gemas ini.

"Hahaha! Maksud gue lo masuk duluan aja Rin."

"O-oh, yaudah. Hati-hati," ucap Karina lalu berjalan cepat masuk ke dalam rumahnya, ia malu.

Setelah melihat Karina masuk ke dalam rumahnya, Jeno segera menjalankan mobilnya menuju kediamannya itu.

Sedangkang di dalam kamar, Karina menutup wajahnya dengan tas yang ia bawa tadi.

"Arrgh! Gue kira tadi Jeno suruh gue dadah, malu banget!"

Ah yasudahlah, daripada ia memikirkan itu, lebih baik ia bersih-bersih lalu istirahat. Satu detik kemudian ia melihat kartu pelajar yang ada di tangannya itu. Ia tersenyum.

"Kalo tau hari ini gue bakal jalan sama Jeno, harusnya gue sama dia gak perlu sampe battle pelajaran dan basket segala. Hahaha, tapi seru juga." Karina bergumam sambil tersenyum.

Setelah bersih-bersih, Karina melihat motifikasi dari ponselnya. Baru saja ia ingin menekan pesan dari Gibran, tiba-tiba saja Giselle meneleponnya. Ralat, videocall maksudnya.

"Hm?" kata Karina sambil mengangkatnya.

"Aaaa! Karina oh my god please! Tadi itu seru banget! Lo tau gak sih tadi tuh Haikal sweet banget!"

Karina hanya mendengarkan Giselle sambil mengecilkan volume ponselnya, suara Giselle sangat kencang dari sebrang sana.

Sepanjang videocall Karina hanya mendengarkan Giselle sambil sesekali tersenyum, tidak pernah ia melihat sahabatnya sebahagia ini.

"Iya deh iya, yang lagi bucin bucin nya," goda Karina.

"Yee! Nanti lo jadian sama Jeno juga gitu, wle!"

"Dih, lo yang bucin mah lo aja," balas Karina.

"Awas lo ya Rin! Gue yakin lo pasti lebih daripada gue. Ngomong-ngomong, gue mandi dulu ya."

"Ih jorok belom mandi, udah sono mandi!"

"Iya iya bye bye babe!"

Karina melambaikan tangannya ke kamera. Setelah Giselle mengakhiri videocall itu, tiba-tiba saja Gibran meneleponnya.

180 DEGREES : Jeno X KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang