• Still Notice •

72 10 0
                                    

Begitulah pada akhirnya, mereka bertujuh berkumpul di tempat itu. Tentu saja bertujuh, bukan berenam maupun berlima. Mereka semuanya memutuskan Hanami, sebelum waktunya kunjung berakhir. Disela-sela itulah, mereka terlihat berpencar.

Akehoshi yang sudah melarikan diri kesana kemari, menyaksikan pohon Bunga Sakura yang beberapa helainya sudah menyentuh tanah. Berserakan disana-sini tertiup oleh sang angin. Keindahan terpancarkan karenanya, dan disusul dengan Yuuki diikuti dengan Wataru tersisalah Mao dan Anzu, bersama (Name) dengan Hokuto di tempat itu.

美しく 無器用なやり方で
この夢を築いてきた

Hokuto terlihat duduk dengan tangannya memegang cangkir berisi teh hijau. Pandangannya begitu damai, dan ulasan senyum merekah pada wajahnya lembut. (Name) melihat hal itu entah kenapa, sudut bibirnya ikut tertarik. Anzu yang berada disana bersama Mao, sudah terlihat sangat sibuk.

Sepertinya kedua pekerja keras itu, tidak akan pernag terlepas dari namanya tugas yang diberikan. Menatap heran keduanya, Hokuto mulai bersuara, "Jika kalian berdua cukup sibuk, kenapa memaksakan diri untuk ikut saran Akehoshi dan Yuuki?"

Mao dan Anzu saling menatap, Anzu pun menggelengkan kepalanya cepat, sedangkan Mao terlihat mengusap-usap leher belakangnya. "Bisa dijadikan sarana untuk tampilan unit," sahut Anzu, menjawab pertanyaan Hokuto. Menatap bingung dan kemudian batuk pelan, terlihat menyadarinya.

俺だけが知ってる 深い祈りのような
切ない嘆きのような
交ざりあうフィロソフィー

"Hah, baiklah. Yang lainnya pasti akan menunggu kejadian itu hingga akhirnya tiba." Anzu hanya mengangguki kalimat tersebut, yang dibalas Hokuto. "Bagaimana, ya? Hanya saja Makoto bicara padaku sewaktu hari itu terlihat ingin sekali, mengumpulkan kita bersama."

Memegang dagunya, Hokuto mulai mengangguk memahami ucapan Mao. "Ya, memang itu juga sarannya Yuuki. Sepertinya saat ini dia cukup kewalahan dengan Akehoshi yang sudah mengajaknya keliling itu, dan Hibiki-buchou yang tidak tahu ke mana---"

"Oya, Hokuto-kun ternyata sedang mencariku?" Suara itu terdengar berbisik ditelinga Hokuto, yang membuatnya langsung menjauh menyadari keberadaan suaranya. Sontak akibat suara itu, Hokuto pun menjauh dari suara tersebut.

Muncul dalam keramaian, disambut oleh merpati putih dan mawar bertebaran. Sosok lelaki biru muda itu, tampil dengan keanekaragaman budaya akan ciri khasnya. Senyuman khasnya, dan tangannya menunjuk ke arah mereka berempat di tempat itu, sekarang menjadi pusat perhatian akan kegiatan yang diperbuatnya.

You and My dream
Two of us ... Just two of us
同じ痛み 浮かび上がる ふたつの残像

"Apa-apaan itu? Kenapa tiba-tiba?!" Dengan ucapan tidak jelas, Hokuto melayangkan ucapannya setengah kaget dengan kehadiran lelaki itu, yang sekarang tidak tahu di mana posisinya. Tetapi, pada akhirnya mereka yang menatap hal tersebut kini kembali menjalankan aktivitasnya lagi.

"Fufufu ~ kau yang mencariku, kenapa dirimu yang kaget seperti itu, Hokuto-kun?" Selain Mao yang menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan Hokuto tanpa sadar, Hibiki Wataru --- lelaki yang baru saja datang dengan pertunjukan sampingan yang cukup megah akan keanekaragaman ciri khasnya, menutup mulutnya.

"Ohoho ~ sepertinya, bisa terlihat bahwa aku sudah mengacaukan pesta kalian, sayang sekali ya." Hokuto sadar apa yang sudah ia lakukan, dan sepertinya dia masih bingung dengan apa yang dipikirkan oleh yang lainnya. Kenapa memasang wajah seperti itu? Apa ada sesuatu yang ia sudah lewatkan? Mao melirik-lirik ke arah dibelakang Wataru.

あの日から
俺たちは夢という
サディスティック抱いて ここにいる

"Hibiki-senpai, apa kau melihat Subaru dan Makoto? Kurasa tadi kalian bertiga pergi bersama. Kenapa sekarang tidak bersama lagi?" Wataru menoleh ke sumber suara, kemudian mengulas senyum.

"Mereka berdua yah ~ tidak berada jauh dari tempat ini," balasnya, menjawab pertanyaan dari Mao. "Ah, begitu ya? Baiklah," sahut Mao, yang semulanya duduk disamping Anzu kini mengambil posisi berdiri. "Kau ingin menyusul mereka, Isara?" tanya Hokuto kepadanya.

Ia menganggukinya, "Ya. Mereka mungkin akan kehilangan arah pulang, jika Subaru keasikan dan Makoto juga akan kesulitan." Hokuto terlihat mengerti dan ia pun berkata, "Baiklah, kurasa memang akan ada waktunya Akehoshi membuat Yuuki kesulitan."

Mao mengulas senyum khasnya, dan melambaikan tangannya kepada mereka yang sudah mulai menjauh dari pandangannya. Mao yang sudah menghilang dari pandangan mereka, Wataru pun mengambil alih suasana dengan memanggil Anzu.

Memecah keheningan akan kepergian Mao sebelumnya. Padahal hanya untuk mencari kedua temannya, tetapi sekarang seperti membisu. "Anzu-san." Gadis yang dipanggil akhirnya menoleh setelah sibuk dengan pekerjaannya. "Hibiki-senpai?"

-

To be continued

SPRING'S SYMPHONY! Hidaka Hokuto. ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang