• Visible Feeling •

112 13 0
                                    

Mendengar seseorang memanggil namanya, gadis yang dipanggil (Name) itu menoleh ke sumber suara. Mendapati sosok laki-laki bersurai oranye terang yang pendek, namun sedikit kusam, melambaikan tangannya ke arah gadis itu.

"Hm? Oh, hoo Subaru. Ada apa?" Sebelumnya (Name) terdiam hingga akhirnya merespon panggilan tadi. "Kau baik-baik saja? Kau terlihat tidak sehat! Tunggu, bukannya kemarin (Name) dengan Hokke pulang bersama, terus kemarin juga cuacanya cukup gelap bahkan hingga hujan. Jangan bilang ---"

"Tidak-tidak! Tidak seperti apa yang kau pikirkan, Subaru. Ck!" Sepertinya Subaru memahami ekspresi (Name), selain teman sekalasnya. Subaru juga yang pertama kali mengajak (Name) berkenalan dengannya, walaupun diakhir meminta uang koin miliknya. "Ya ..., ku pikir (Name) dan Hokke main hujan-hujanan kemarin malam!"

Two of us ... Just two of us
あの頃なら 欲しいものは近くにあったと

"Hah?" Mengernyit bingung dengan ucapan Subaru selanjutnya. Membuat gadis itu tidak bisa tenang dan sesekali memijat pelipisnya. "Oh, oh! Begitu, ya ... kurasa ada benarnya juga. Tapi, ralat bukan main hujan-hujanan, tapi memang kena hujan benaran!" sambung (Name) setelahnya.

Seakan malam itu bukanlah hal yang buruk, tetapi gadis itu lumayan tenang akan kehadiran sosok yang menemaninya dimalam gelap dalam kondisi hujan seperti itu. Bahkan jika itu memang benar teejadi, pastinya akan sangat memalukan apabila terulang kembali kejadian hari itu. (Name) cukup menyadari akan keberadaan dirinya dikala itu dia jadi tidak menjadi lebih terpuruk, walaupun ekspresinya tetap seolah-olah layaknya menyimpan beban berat dalam pikirannya.

Memang benar masa lalu pahit itu terlihat seperti dikembalikan sekaligus diputar ulang dalam sebuah memori yang dahulunya hilang bagaikan lenyap ditelan bumi. Kejadian dulu yang sepertinya pernah dilupakan oleh (Name) akhirnya terbuka. Kepingan memori yang kurun waktu akan menyatu dalam rangkaian kata-kata maupun ingatan mendalam. Karenanya, hal itu sudah seperti bagian dari ekspresinya.

抑えても
疼きだす情熱で
また夢に進むだけ

"Wah ~ sayang sekali, padahal aku juga ingin bersama dengan (Name) ...." Kalimat tersebut lolos dari mulut Subaru, membuat (Name) yang mendengarnya pun cukup bingung. "Kau mau apa bersamaku?" (Name) mengernyitkan alisnya bingung. Terkadang, Subaru juga menempatkan kata-kata yang cukup tidak dimengerti, namun bisa menjadi arti yang cukup sedih baginya.

Dilihat dari ekspresinya. "Ya ... Mungkin hanya akan terjadi dalam mimpi saja, ya ahaha!" Subaru tertawa seolah-olah dia sudah seperti biasanya. Dan disaat itu pula seorang laki-laki datang menghampiri keduanya.

"Oh, Hokke! Kau datang terlambat, tidak biasanya." Subaru menatap ke arah sosok lelaki yang ia panggil Hokke itu, adalah sosok laki-laki yang baru saja datang dan berjalan ke arah mereka berdua. "Oh, Hokuto. Terima kasih untuk semalam, ... dan lupakan saja kejadian yang memalukan itu. Sampai nanti."

もう譲れない もう渡さない
破滅を選ぶなら くい止めるだけ
沈黙で 遮るつもりか

(Name) berbicara demikian, langsung pergi menghindari Hokuto yang tidak lain adalah Hokke --- panggilan dari Subaru. "Aku datang terlambat? Aku sudah datang sedari tadi, tetapi baru masuk kelas akibat (Last Name) yang kemarin baru menyelesaikan tugasnya itu, merepotkan sekali." Menghela napas perlahan.

"Oi, apa-apaan itu? Hah, memangnya itu begitu memalukan sampai-sampai dia harus menghindariku seperti itu?" Yang sebelumnya tidak terima, berakhir dengan bergumam. Namun, sayangnya Subaru mendengarkan hal itu.

"Apa yang terjadi dengan kalian semalam? (Name), ya ... Dia kan sudah sedari dulu sifatnya seperti itu. Sulit didekati, walaupun dia sebenarnya baik sekali. Ahaha," ucap Subaru, sambil merangkul leher Hokuto.

蔑む眼差しで 何を想う
つまらない話は 終りだ

"Kurasa sepertinya itu lebih terkesan mirip denganku. Semalam? Tidak ada hal penting, hanya menagih tugas (Last Name) saja. Ya, walaupun akhirnya pulang bersama tidak masalah juga sepertinya ...." Hokuto menjelaskan dengan nada pelan diakhir.

"Hee, membosankan." Hokuto menatap Subaru dengan ekspresi bingung. Subaru mulai melepaskan rangkulan tangannya ke leher Hokuto, dan mulai melanjutkan perkataannya, "Kalau hal itu sepertimu Hokke, bagaimana dengan karakter (Name) menurutmu?"

Hokuto mendongak, dan kembali menarik napas panjang. Lalu, menatap Subaru lagi. "Ya, dia cukup menyebalkan diawal tapi sekaligus menyenangkan diakhir. Kurasa seperti itu," sahut Hokuto, dengan kepala menunduk.

"Hoo, ternyata kalian berdua lebih akrab dari dugaanku selama ini!" Hokuto kembali menatap ke arah Subaru. "Maksudmu, Akehoshi?" Sambil menyengir, Akehoshi yang tidak lain adalah nama marganya Subaru, yakni Akehoshi Subaru terus menjawabnya, "Kalian sudah seperti teman dekat!"

"Eh sebentar ... atau mungkin layaknya pasangan, ya?"

-

To be continued

SPRING'S SYMPHONY! Hidaka Hokuto. ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang