• Dream of You •

112 12 2
                                    

Masih dengan wajah tersenyum, Wataru tiba-tiba saja mengajak Anzu berdiri dan pergi dari tempat tersebut. Meninggalkan keduanya, yakni (Name) dan Hokuto. "Loh, kalian akan ke mana juga? Astaga. Apa yang sebenarnya mereka pikirkan?"

Hokuto memegang kepalanya sudah lelah akan apa yang dilakukan teman-temannya dan kakak kelasnya sendiri, hingga membuatnya kini bersama (Name). "Hokuto, sebenarnya apakah kau memaksakan ikut seperti yang lainnya?"

Two of us ... Just two of us
今のままじゃ 導けない答えがあるなら
抑えても

(Name) akhirnya mengeluarkan suaranya, membuat pemilik nama mengalihkan pandangannya ke arahnya. Mengernyitkan alisnya, tidak mengerti apa maksud yang diucapkan oleh (Name) ia pun berkata, "Apa maksudmu?"

(Name) membuang wajahnya, malas dengan sifatnya yang seperti itu. "Tidak perlu dipikirkan, hanya saja aku berpikir bagaimana orang sepertimu bisa menikmatinya ...." jawab (Name) terdengar seperti lirihnya dengan nada kecil. Tidak tahu apa yang sekarang ia lakukan, Hokuto justu megelus-elus surai milik (Name).

"Bukannya ini termasuk permintaanmu? Kau yang hari itu pernah bicara akan pergi meninggalkan semuanya disini," perkataan Hokuto langsung membuat (Name) menoleh ke arahnya. "Tunggu, kapan aku bicara padamu hal seperti itu?" tanyanya kaget, ia pun juga kaget ketika Hokuto mengelus rambutnya itu.

"Sewaktu pulang bersama menjelang malam itu," ucap Hokuto menjawab pertanyaan (Name) baru saja yang sempat dilontarkan. "Tidak mungkin aku berbicara seperti itu!" bantah (Name) tidak mempercayainya. Hokuto juga sekarang terlihat sedikit aneh, atau mungkin perasaan (Name) saja yang membuat Hokuto sedikit terlihat tidak bisa ia tebak.

疼きだす情熱で
ひとしきり踊ったあと
また夢に進むだけ

Siapa juga yang paham akan hal itu? Menghela napas panjang Hokuto hanya bisa mengulas senyum pada (Name). "Perkataanku sesuai apa adanya. Memangnya ada yang salah?" tanya Hokuto dengan tangannya sudah mengambil helai bunga Sakura yang jatuh pada rambutnya.

"Salah! Kau salah besar! Kau tidak sesuai sifatmu sekarang." (Name) mulai mengatakan hal yang sama berulang kali dan hal tersebut malah semakin membuat Hokuto mengulas senyum padanya. "Kalau begitu, aku akan pergi dan lanjutkanlah mimpimu, (Name)."

Hokuto berbisik tepat ditelinga (Name), yang mendengarkan suara itu pula netranya membelalak tidak percaya. Matanya mulai berkedip-kedip perlahan cahaya memasuki indranya yang sebelumnya tiba-tiba menggelap. Disanalah sebuah suara terdengar, "Oi, (Last Name)."

Berhadapan dengan wajahnya Hokuto, dialah yang mengatakan hal itu. Lantas keduanya memundurkan wajahnya akibat kaget. Hokuto yang sontak mundur, kemudian memegang dahi milik (Name). Dia sudah bersikap normal kembali.

Two of us ... Just two of us
Two of us ... Just simply

Tetapi, bagaimana dengan (Name)? Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Kembali ke alam sadarnya. Ia sudah paham, kenapa sebelumnya Hokuto terlihat aneh. Tetapi sekarang, sepertinya cukup terasa aneh. "Kau sepertinya tidak sehat, sampai-sampai ketiduran seperti itu. Ingin pergi ke UKS?"

Hokuto menawarkan, ia tidak lagi memegang dahi (Name), melainkan (Name) sendirilah yang memegang dahinya. "Tidak! Kurasa tidak. Aku sungguh baik-baik saja!" Hokuto mencoba mengerti ucapan (Name), dan ia pun menganggukinya.

"Kalau kau merasa tidak enak bilang saja, aku akan mengantarmu ke UKS dan kau bisa beristirahat disana," ucap Hokuto lagi. Membuang wajah, tidak ingin memperlihatkan wajah merahnya itu, (Name) kemudian berkata, "Kurasa sekarang aku baik-baik saja, tidak perlu khawatir! Ya, aku baik-baik saja. Benar begitu, ahaha."

Hokuto memegang kepalanya, dengan helaan napas ringan ia pun berkacak pinggang. "Baiklah kalau itu maumu, karena ini sudah malam. Ayo pulang, aku akan mengantarmu. Nenekku bilang tidak baik membiarkan perempuan pulang sendirian larut malam." Hokuto menjelaskan hal tersebut. Sudah menjadi kebiasaannya, mungkin.

"Kata-kata yang tidak jauh berbeda, apa ini mimpi?" tanya (Name) asal. Hokuto menatap dirinya bingung, "Kau memimpikanku?" Baiklah (Name) sudah tidak memiliki tempat untuk menahannya. Merasa sangat malu, segera (Name) berlari keluar kelas sendirian tanpa mendengar kelanjutan ucapan Hokuto, "... tentang apa?"

-

End

SPRING'S SYMPHONY! Hidaka Hokuto. ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang