• Travel Planning •

94 14 0
                                    

Mendengar ucapan dari Subaru, membuat sang pendengar kaget. "Itu tidak mungkin. Terlalu awal, jika disebut teman. Mulai kenalan saja itu kemarin. Padahal, masuk sekolah sudah setahun lalu. Ya ..., kurang lebih seperti itu." Sambil memegang kepalanya, perlahan-lahan ia mengambil napas.

"Ya, kan siapa tahu! Kalau benar terjadi pasti akan ada masalah yang terjadi," potong Subaru melanjutkan kalimatnya yang sebelumnya. Waktu ternyata selalu berjalan begitu cepat, dan tanpa sadar akhirnya pun terdengar bel masuk. Pembelajaran pun berlangsung, membuat para siswanya segera mengerjakan tugas maupun mendengarkan penjelasan yang diberikan.

終わっていないぜ これは始まりだ
じゃあ行くよ タイムリミットだ

Walau tidak terasa sama sekali akan pembelajaran, melainkan latihan. Pandangan (Name) terfokus pada luar jendela, musim semi kan berakhir tidak lama lagi. Banyak bunga Sakura yang kini berjatuhan diatas tanah, semakin dilihat semakin ingin mengambilnya dan juga berada dibawahnya. Namun sayang, ia bisa saja pergi sendiri ke sana, tetapi di tempat yang biasanya pastinya akan selalu ramai dengan pasangan yang berkencan.

Bukannya tidak ingin segera mengunjungi tempat di mana bunga Sakura masih pada pohonnya. Waktu telah berlalu dan hari di mana kepergian pun akan datang, itulah akhir dari keberadaan (Name) di Kota ini. Tetapi, ia ingin sekali merasakan pergi bersama dan berkumpul bersama, sayangnya tidak ada satupun keluarganya yang mengerti dirinya ataupun mengerti perasaannya.

Selain sungkan bicara, (Name) lebih tidak ingin mengungkapkan sesuatu yang merupakan keinginan. Katanya akan sangat merepotkan apabila dikatakan dan akhirnya terkabulkan. "Kau ingin pergi Hanami, (Name)-chan?"

Melirik ke sumber suara ternyata seorang gadis, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Anzu. Selain (Name), Anzu juga merupakan siswi di sekolah ini. Membuat keduanya menjadi akrab akan suatu kejadian. "Entahlah, aku tidak bisa memikirkannya."

まるで 触れ合って別れる季節のように
Autumn to Winter

Memiringkan kepalanya, Anzu mencoba memahami ucapan (Name). "Tidak perlu dikhawatirkan, abaikan saja kalimat itu. Memikirkan tentang Hanami, membuatku akan mengingat sesuatu ---"

"Oh! (Last Name)-chan, ingin pergi Hanami?" Sebuah ucapan memotong ucapan gadis itu. Membuat pemilik suara yang merasa dipotong ucapannya menoleh ke arah seseorang yang memotong ucapannya. "Makoto-kun?"

"Oh, Makoto 'kah? Ku pikir siapa." Berkata demikian, (Name) membuang wajahnya tidak peduli ke arah lain. Dengan tangan menopang dagu sambil menatap ke arah luar jendela, ia tidak berbicara lagi. "A-aha, maafkan aku. Kebetulan sekali jika kalian ingin pergi Hanami. Lagipula, sudah lama aku tidak berpergian akhir-akhir ini. Kalau ingin, mungkin kita bisa mengajak yang lainnya untuk ikut bersama."

Memegang dagunya, Anzu saat ini terlihat seperti orang yang sedang berpikir. "Ku pikir ada bagusnya. Tetapi, bukannya akan membuat masa latihan kalian berkurang?" tanya Anzu. Makoto yang mendengar hal itu, hanya bisa tertawa pelan. "Mungkin tidak akan menjadi masalah besar ...."

"Kalian ingin pergi Hanami, woah!" Tiba-tiba saja sebuah suara menyeletuk. Disana berada Subaru yang terlihat antusias ketika menanggapi hal ini. "A-akehoshi-kun! Ahaha - ya, kurang lebih seperti itu. Tetapi, masalah latihan kita mungkin akan tertunda karena hal itu. Apa tidak masalah?"

Two of us ... Just two of us
純粋なら 残酷にもなれると気づいた

Seperti orang yang berpikir, lalu setelahnya Subaru menatap seorang lelaki disana. "Hokke! Hokke! Bagaimana kalau kita pergi Hanami bersama?" tanya Subaru, dan hal itu membuat pemilik nama panggilan darinya menoleh ke arahnya. "Tidak masalah jika tidak menganggu waktu latihan unit, tetapi memangnya kapan kalian merencanakan hal ini? Tidak biasanya."

"Baru saja," sahut Anzu cepat. Menoleh ke arah Anzu, Makoto dan juga (Name), selain sebelumnya melirik ke arah Subaru yang berada disampingnya. "Begitu ya? Terserah kalian saja, kalau begitu. Oh, apakah bersama-sama itu kita semua termasuk Isara?"

"A-aha! Aku lupa bicara hal itu kepada Isara-kun." Langsung saja Makoto terlihat segera melesat ke kelas sebelah dikarenakan mereka anggota Trickstar berada di kelas yang sama namun hanya Isara --- salah satu member unit Trickstar --- yang berbeda kelas dengan mereka bertiga.

"Tunggu, bukannya baru tadi diputuskan ya?" Anzu, Hokuto, maupun Subaru melirik Makoto yang sudah menghilang dari kelas ke kelas sebelah hanya sekedar akan bicara tentang Hanami yang baru saja diputuskan. "Tampaknya, Yuuki yang paling bersemangat kali ini."

"Hokke, juga harus semangat! Pasanglah ekspresi bahagia," kata Subaru, menyarankan padahal sudah selalu dikatakan, tetapi Hokuto adalah Hokuto mau bagaimana pun ekspresi sesuai dengan suasana hatinya sendiri. Begitulah yang sepertinya ia pikirkan.

特別へ
たどり着くと信じて

"Terlalu murni juga tidak baik, tetapi tidak ada salahnya juga menjadi kejam." (Name) mengatakan sesuatu, namun artinya tidak ada. Bagaimana mereka bisa mengerti? Entahlah, ia tidak memikirkan hal itu hanya saja kata-kata itu langsung terlintas diotaknya. "Apa maksudmu?"

Yang semula (Name) memalingkan wajahhya dari mereka kini menatap ke arah mereka. Sedangkan yang lain memiringkan kepala mencoba memahami ucapan tersebut. "Mau bagaimana pun, Hokuto kalau berekspresi pasti terlihat aneh, jika dipaksakan. Ya, kurasa kalimat itu akan berlaku pada orang yang kaku akan ekspresi. Walaupun sebenarnya yang ku maksud bukan itu saja," jelasnya sambil membuang napas panjang.

"Kalau seperti itu, berarti yang (Name)-chan maksud adalah kalau sangat baik mungkin saja orang itu akan menjadi sangat jahat, seperti itu?" Menoleh ke arah Anzu (Name) pun menjawab hal itu, "Tidak salah juga, cukup mendekati kata benar."

Terdengar helaan napas kasar dari Subaru, "Huh! (Name) juga membuat kata-kata yang sulit dicerna. Aku bingung memikirkannya," selanya sembari mengeluh. "Tidak ada yang menyuruh untuk memahami artinya, bahkan aku sendiri tidak paham artinya," jawab (Name).

"Batasilah pemikiran kalian, terlebih dengan kata-kata yang mungkin sulit untuk dipahami. Kalau kalian sudah bahasnya seperti ini, mungkin dilain kesempatan kalian akan seperti Hibiki-buchou," tegur Hokuto, menengahi. Dan disaat itulah suara helikopter terdengar. "Ya ampun, orangnya benar-benar hadir sekarang."

ドラスティックなまま 背を向ける
Two of us ... Just two of us
自分の手で 限界など決めるわけもない

"Ohohoho ~ sepertinya ada yang memanggilku ♪ ufufufu. Oh, ini menakjubkan sekali! Hokuto-kun memanggilku, rasanya uh ---" sosok yang sepertinya adalah orang yang disebutkan dalam ucapannya tadi, kini sudah membuka jendela dan memasuki jendela kelas ini.

Beberapa murid kaget, tetapi hanya beberapa saja selebihnya tidak juga, masih tetap tenang. "Sudah ku duga, pantas saja akhir-akhir ini aku merasa ada yang mengawasi," gumam Hokuto, yang sepertinya disadari oleh pendengarnya. "Oya ~ ternyata kau selalu menyadari keberadaanku," ucapnya dengan tangan memeluk tubuhnya sendiri.

Disaat itu pula Makoto kembali datang, cukup kaget tetapi akhirnya ia bisa memahami hingga diakhiri oleh keberadaan Hibiki-buchou yang dimaksud Hokuto menghilang kembali secara tiba-tiba. "Sampai jumpa, saat Hanami~"

Hokuto menghela napas panjang, ketika mendengar Wataru yang saat ini sudah berada kembi diluar jendela. Menatap punggung yang kini kian menghilang dari balik kaca jendela yang sudah tertutup. (Name) pun berdecak karena hal tersebut dengan nada pelan, tentu saja.

-

To be continued

SPRING'S SYMPHONY! Hidaka Hokuto. ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang