"Kamu—"
Soobin memandang bingung beberapa orang yang tiba-tiba mengerumuninya sekarang. Yang lebih membuatnya bingung yaitu ada Rose yang seakan-akan menjadi pemimpin dari kerumunan tersebut.
Entah apa yang terjadi, setelah itu banyak anak kecil di tempat itu yang menangis karena tiba-tiba dipaksa oleh orangtuanya untuk berhenti bermain di sana.
"Kok temen-temen berhenti main semua ya?"
Soobin tak tahu harus menjawab apa, dia sendiri juga tak mengerti dengan situasi yang terjadi sekarang.
Yang dia tahu, tatapan orang-orang sekarang terpusat ke padanya.
"Om nggak tau, tapi itu bundamu kesini." Soobin menggandeng tangan Suvy untuk keluar dari area bermain itu dan menghampiri Rose yang memandangnya marah.
"Suvy kesini, cepat!"
Belum sempat Suvy selesai memakai sepatunya, suara Rose lebih dulu terdengar keras membentaknya. Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Rose sampai harus melakukan itu?
"Bunda, Suvy lagi main."
"Kamu kenapa bisa disini sih?! Kamu udah bikin bunda khawatir."
"Suvy emang lagi main kok—" Soobin tak melanjutkan omongannya, tatapan benci Rose yang mengarah kepadanya membuat dirinya membisu beberapa saat.
Ada apa sih? Kenapa aura tempat bermain yang harusnya tentram dan penuh suara tawa anak-anak malah menjadi suram?
"Bunda kenapa sih?" Rose menggeleng dan menunduk untuk memperhatikan putrinya itu, takut saja ada sesuatu buruk yang telah terjadi pada putrinya.
"Daripada itu, kamu sendiri nggak kenapa-kenapa kan?"
"Maksud lo apaan nuduh gue yang nggak-nggak?" Soobin menyahut omongan Rose barusan.
Walau tak disebutkan langsung apa yang membuat wanita itu marah, tapi Soobin langsung paham begitu mendengar pertanyaan yang disampaikan kepada Suvy itu.
Soobin menghentikan langkahnya setelah melihat tangan Rose begitu sigap membawa Suvy untuk bersembunyi di balik tubuhnya.
Sialan, begitu batin Soobin yang sejujurnya tak terima dituduh begitu saja.
"Gimana Bu, apa orangnya perlu dibawa ke kantor polisi karena dugaan percobaan penculikan anak?"
Soobin benar-benar terkejut mendengar salah seorang bapak-bapak berdiri tak jauh dari tempat Rose berdiri sekarang, hell yea dugaannya benar.
Apaan juga percobaan penculikan anak, skripssy nya aja belum kelar pake acara mau nyulik anak segala. Apa Rose nggak mikir sampe kesitu? Meskipun panik, Soobin juga masih bisa memikirkan hal demikian.
"Nggak pak, terimakasih. Ini bisa saya selesaikan dengan orangnya sendiri."
"Selesaikan mbahmu, hahahha gue chatt aja kaga pernah dibales." Soobin tertawa keras mengatakannya.
"Alias diblokir."
Dua temannya pun tak kalah terpingkal-pingkal mendengar cerita tentang dirinya yang kelewat apes itu.
Walau kejadian memalukan itu sudah berlalu sejak 3 hari yang lalu, tapi sampai sekarang tetap saja terngiang-ngiang di kepalanya.
Bisa-bisanya dia dituduh sebagai penculik anak. Lucu sekali.
"Ya mana ada orang ngebales chat penculik." Terus terang Yeji, alias teman seper-contekan Soobin dari jaman SMA sampai akhirnya Soobin bisa menjadi mahasiswa akhir seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Does Exist | Soobin ft. Rose
Fanfiction"Kalau gitu gue minta tiap kita ngomong, kita nggak perlu pake saya-kamu, gue-lo, atau aku-kamu lagi." "Kita ganti itu semua jadi, ayah bunda." Cerita umum tentang Bundanya Suvy, Suvy, dan Om Soobin _____ [Update ketika gabut, Edisi liburan] No.1 ko...