The End of Life as The Grand Duchess of Russia
╔════════════╗
The His-Fic Cutscene
╚════════════╝
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏Di salah satu bagian dari Pegunungan Ural, ada sebuah rumah yang cukup besar—tempat tinggal Kaisar Nikolai II dan keluarganya setelah melepaskan tahta.
Malam itu tanggal 16 Juli 1918, ketika angin beku yang membawa salju sedang menerpa kawasan rumah pengasingan Keluarga Romanov.
Ada bunyi ketukan pintu di tiap-tiap kamar anggota Keluarga Romanov. Dilanjut dengan sepatah kata yang diucapkan oleh sang pengetuk pintu. "Yang Mulia, tolong Anda bangun sekarang juga dan cepat ganti pakaian. Ini situasi darurat, jadi kami akan mengevakuasi Anda lewat jalur bawah tanah sekarang juga."
Setelah itu, keadaan rumah yang semula tenang seketika berubah menjadi gaduh.
Di salah satu kamar, seorang gadis berambut pirang gelap tengah duduk sambil menatap pantulan dirinya sendiri di cermin meja rias. Gadis itu membiarkan lampu kamarnya tetap dalam keadaan padam walau dirinya sedang merias wajah, demi terjaganya identitas seseorang yang bersembunyi di balik bayang-bayang.
Tak berselang lama, bunyi ketukan pintu kembali terdengar. "Grand Duchess Anastasia, apakah Anda belum bangun? Kalau begitu izinkan saya masuk—"
"Tidak perlu," balas gadis itu cepat. "Saya sudah bangun dan akan keluar sebentar lagi."
"Baiklah. Semuanya sudah menunggu di ruang tengah, jadi tolong segera menyusul ke sana."
Gadis itu menghela napas panjang. Dadanya terasa sesak, sementara iris birunya memancarkan rasa khawatir yang mendalam.
Sosok yang bersembunyi di balik bayang-bayang kini mulai mendekat, kemudian berdiri tepat di belakangnya. "Jangan terlalu banyak bicara, suaramu parau," ucap sosok tersebut sambil memakaikan sebuah kalung berantai emas yang memuat gambar seseorang ke leher gadis tersebut. "Kupercayakan semuanya padamu."
Manik biru laut milik sang gadis sontak berpendar begitu melihat kalung emas melingkar di lehernya. Rasa bahagia mengalahkan kekhawatiran yang mengganggu pikirannya. Pandangannya menjadi kabur, bersamaan dengan jatuhnya butiran air dari kelopak matanya.
Gadis itu segera menghapus air mata menggunakan punggung tangannya yang dibalut sarung tangan berwarna hitam sebelum menjawab, "Baik, Tuanku."
"Sekarang keluarlah. Mereka pasti sudah menunggu dirimu—" Sosok itu menggantung ucapannya. Ia memasangkan sebuah bandana ke kepala gadis itu, lalu membelai rambutnya dengan lembut.
"—Grand Duchess Anastasia," sambungnya.
Gadis itu menunduk dengan hormat kepada sosok yang bersembunyi di balik bayang-bayang, sebelum beranjak meninggalkan kamar.
Di balik pintu, seorang pelayan sudah menunggu dan mengajaknya bergegas ke ruang tengah.
Sesampainya di ruang tengah, seorang pria berpakaian militer sudah berdiri dengan siaga, juga sang Kaisar, Permaisuri, beserta tiga kakak perempuannya Anastasia dan seorang adik lelakinya, Alexei. Beberapa pelayan dan anjing peliharaan Keluarga Romanov juga sudah berada di sana.
Melihat semuanya sudah berkumpul, sang pria berpakaian militer yang bernama Yakov Yurovsky memimpin mereka menuju jalur bawah tanah.
Tidak banyak kata-kata yang keluar dari tiap-tiap individu. Semuanya seolah tenggelam dalam kekacauan pikirannya masing-masing. Entah mengapa bau kematian tercium begitu kuat meskipun mereka tahu kalau penjagaan sudah diperketat.
Gadis yang sejak tadi dipanggil sebagai Grand Duchess Anastasia kini melangkah sambil menggandeng tangan Alexei, pun dengan Sang Permaisuri, Aleksandra Fyodorovna, yang juga menggandeng tangan Alexei dan bersikap waspada untuk menjaga anak-anaknya.
Mereka mulai menuruni anak tangga menuju ke jalur bawah tanah.
Kegelapan total melingkupi mereka. Aroma tanah lembap yang begitu kuat bercampur dengan bau bubuk mesiu dan senjata api lainnya. Embusan angin sama sekali tidak terasa, tetapi hawa dingin yang mencekam mampu membuat bulu kuduk berdiri.
Pintu masuk ke jalur bawah tanah tiba-tiba tertutup rapat begitu semuanya sudah masuk. Dalam kegelapan, Anastasia dapat merasakan bahwa pria berpakaian militer yang tadi berjalan di depan—berdampingan dengan Kaisar Nikolai sudah tidak lagi berada di tempatnya.
Anjing peliharaan Keluarga Romanov sontak menggonggong dengan keras. Di saat yang bersamaan, sang Kaisar berseru, "Yakov, apa yang kau lakukan?!"
Kedua manik biru milik Anastasia membulat sempurna begitu ia mampu melihat apa yang ada di depan sana—sekelompok orang, termasuk Yakov Yurovsky, berdiri sambil mengarahkan senapan ke Keluarga Romanov.
Yakov mengangkat tangan kirinya alih-alih menjawab pertanyaan sang Kaisar. "Tembak!"
"Tidak!!!" Permaisuri langsung bergerak memeluk Anastasia dan Alexei dengan erat.
Dalam waktu yang sama, ratusan peluru segera menghujani Keluarga Romanov beserta para pelayannya—menggoyak kulit, daging, serta tulang mereka hingga berhamburan ke mana-mana.
Kolam darah segera tercipta, dengan mayat-mayat yang berbaring di atasnya.
***
Sosok yang bersembunyi di balik bayang-bayang menghela napas berat. Ia menyaksikan semuanya dengan jelas, tentang bagaimana orang-orang bawahan Dewan Rezim Komunis Soviet Rusia itu menghabisi Keluarga Romanov.
"Semuanya sesuai dengan ucapanmu, Grigori Rasputin." Ia menggerakkan gigi. Rasa kesal sekaligus sesal memenuhi lubuk hatinya.
"Seharusnya aku tidak meragukanmu—"
Ia mengepalkan tangan kuat-kuat. Andaikan dirinya langsung percaya pada peringatan yang diberikan oleh orang yang sudah meninggal dua tahun lalu itu, mungkin ia masih bisa menyelamatkan seluruh anggota Keluarga Romanov. Namun, penyesalannya sudah terlambat.
Ia membuang napas kasar, kemudian berbalik pergi.
"—temanku."
[]Karanganyar, 1 Februari 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Kisah Dusta
De Todo[Kumpulan Cerpen] _____ Baca saja. Lapak ini isinya penuh dengan cerpen yang pernah kutulis, genre dan temanya pun berbeda di setiap cerpen. Tidak ada cerita bersambung di sini. Enjoy!