Bagian 11: Kenapa?

177 32 4
                                    

Sanaya mengerjapkan matanya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sanaya mengerjapkan matanya pelan. Gadis itu merasa sangat heran dengan tingkah laku Yukira yang tidak seperti biasanya.

Ini sangat aneh.

Sanaya menghampiri meja Haris. Lelaki itu tengah senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya.

Seperti orang gila.

"Ris." Panggilnya.

Haris tidak menjawab.

Sanaya berdecak. "Dasar conge." Gumamnya sebal.

Brak!

Karena tidak didengarkan, dengan geram Sanaya menggebrak meja Haris kencang hingga lelaki itu melompat terkejut.

Haris mendelik. "Kenapa sih?" Tanyanya sebal.

Berbeda dengan Haris, Sanaya menatap lelaki itu santai. Gadis itu menunjuk Yukira yang tengah menunduk menumpukan wajahnya di atas meja. Murung. "Adek lo kenapa, tuh?" Tanyanya penasaran.

Haris mengangguk-angguk. "Oh, dia lagi waktunya stress, Nay. Jadinya begitu." Jawabnya kalem.

Dengan bodohnya Sanaya percaya. "Oh, gitu." Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya sok mengerti. Padahal tidak.




Tuk!

Yukira mengernyit. Gadis itu membuka paksa kelopak matanya. Melihat ke arah sebuah novel yang baru saja Sanaya lempar ke mejanya.

Sanaya duduk ditempat duduknya seraya mengepalkan tangannya tepat didepan tubuhnya. Mulutnya mengucapkan beberapa kata yang tidak terdengar 'Lo harus semangat!'

Hanya itu yang Yukira tangkap dari bibir gadis itu.

Yukira mendengus. Tangan gadis itu meraba sampul novel itu. "Semangat ya?" Tanyanya lirih.

"Kayaknya nggak bisa deh."

***

Yukira mengernyit jijik. "My possesive bad boy. Alay banget judulnya."

Selanjutnya, gadis itu mulai membaca satu-persatu kalimat yang ditorehkan sang penulis.

Sangking seriusnya, gadis itu bahkan sampai mengernyitkan dahi. 'Ternyata seru juga' batinnya. Bibirnya mengulas senyum tipis.

Syakir yang sedari tadi sudah duduk di bangku yang sama dengan Yukira ikut mengulas senyum tipis.

Lelaki itu memerhatikan dalam diam. Ketika Yukira tersenyum, cemberut, dan segala macam ekspresi yang dikeluarkan oleh gadis di sampingnya tidak Syakir lewatkan sedikitpun.

Lelaki itu tersenyum kecil. Tampak sangat manis di wajahnya. Tanpa sadar Syakir memanjangkan lengannya, dan menyampirkan helaian rambut Yukira ke belakang telinga menggunakan ujung pulpen miliknya.

Yukira yang sedang serius membaca terkesiap. Gadis itu spontan menoleh ke arah samping. Tempat Syakir berada.

Manik mata mereka saling bercumbu satu sama lain. Terkunci.

Cukup lama mereka bertatapan. Saling menyelami dalamnya relung hitam jernih milik lawannya.

Syakir yang pertama kali tersadar. Lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya pada rak buku di perpustakaan, enggan menoleh kembali ke arah Yukira.

Syakir berdeham. "Ehm, g-gue duluan ke kelas ya. Bentar lagi bel." Ucapnya kikuk.

Lelaki itu langsung berdiri dari tempat duduknya, dan berjalan cepat keluar dari area perpustakaan.

Yukira mengernyit, menatap kepergian Syakir dengan tanda tanya di otaknya.

Mata Yukira terbelalak kaget. Gadis itu menyipitkan matanya mencoba memperjelas pandangan matanya.

Iya, benar itu Syakir.

Temannya.

Tapi... mengapa telinganya memerah?

Gadis bermata kucing itu menggelengkan kepalanya pelan ketika sebuah jawaban yang kemarin ia pikirkan menyeruak masuk ke dalam pikirannya. Yukira ini sebenarnya peka, namun gadis itu hanya berpura-pura bodoh.

Tidak. Itu tidak mungkin.

Dia dan Syakir itu teman.

Dan selamanya akan menjadi seperti itu.

Dan selamanya akan menjadi seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[ rab, 21 jul 2021 ]

[✔️] Vermilion Class : You Know What To DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang