00. Epilog

143 17 0
                                    

PENTING.

Bacanya pelan-pelan ya, soalnya di bawah ada bonus.

Bacanya pelan-pelan ya, soalnya di bawah ada bonus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok! Tok! Tok!

Cklek!

Citra membuka pintu kamar Syakir perlahan. Netra jernihnya bergulir, lalu terkunci oleh sosok Kakaknya yang tengah duduk termenung menghadap tepat ke arah rumah seberang melalui jeruji jendela kamarnya.

Itu rumah Yukira.

Kening gadis ayu itu mengeryit heran. Belum pernah ia lihat Kakaknya semurung ini sebelumnya. Yang tadinya hanya menatap dari cabang pintu kamar Syakir, tanpa sadar Citra berjalan mendekati Syakir karena begitu penasaran apa yang telah terjadi pada yang lebih tua selama sebulan belakangan ini.

"A," panggil Citra, namun Syakir masih belum juga bersua. Netranya senantiasa menatap kosong sebuah rumah dua tingkat dengan lapisan langit gelap tanpa bintang di belakangnya.

Citra terdiam sejenak. Menahan napas, lalu membuangnya secara kasar. Sudah sebulan berlalu sejak Kakaknya seperti ini. Ada sebuah fakta yang membuat Citra keheranan: Bersamaan ketika Kakaknya murung seperti ini, Yukira sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya, atau mengunjungi rumah ini lagi. Padahal rumah mereka saling berhadapan.

Tatkala lelah dengan pemikirannya, Citra duduk di tepi kasur Syakir perlahan. Kedua manik matanya kembali menatap Syakir. Seketika wajahnya merengut sebal.

Jari-jemari lentik milik Citra yang tadinya berada di permukaan wajahnya mulai beranjak mendekati ujung kemeja hitam lengan panjang yang tengah Syakir pakai, lalu menarik-nariknya merengek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jari-jemari lentik milik Citra yang tadinya berada di permukaan wajahnya mulai beranjak mendekati ujung kemeja hitam lengan panjang yang tengah Syakir pakai, lalu menarik-nariknya merengek. "Aa,"

"A,"

"A Syakir, kenapa, sih? Aku itu nggak peka, makanya kasih tau aku dong Aa kenapa,"

Citra menunduk dengan wajah murung. "Aku nggak mau Aa cuekin aku terus.."

Merasakan beberapa tarikan pada ujung kemeja hitamnya, Syakir menghela napas. Dengan perlahan dia membalik badan, menatap Adiknya yang tengah murung karenanya.

[✔️] Vermilion Class : You Know What To DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang