Terima kasih semua untuk vote, komen, dan atensinya. Cerita ini memang masih jauh dari sempurna dan konflik. Mudah - mudahan bisa jadi bahan bacaan singkat di hari Minggu.Happy Reading
Usai mandi dan makan malam yang menghadeh, Chika merayu Mira lagi. Ia mendekati Mira yang sedang merapikan tempat tidurnya. Chika mencolek lengan Mira.
"Apa, Chik?"
"Boleh bobo sama Mira?"
"Kaga dah. Sempit." Mira menggeleng keras, menolak.
"Tapi di sofa juga sempit. Boleh yaa..." rengek Chika menarik - narik piyama Mira.
"Yeee, malah tambah sempit di kasur berdua lah. Seneng ya kalo jatoh dari kasur?"
"Kan bisa pegangan sama Mira?" rayu Chika lagi.
"Tidur gue ngorok!" Mira menarik lengan bajunya yang ditarik Chika. Ia rebahkan tubuhnya di tempat tidur dan memunggungi Chika.
"Chika buatin sarapan deh." Nampaknya Chika tak terpengaruh alasan Mira.
"Telor gosong lagi?" Mira melirik.
"Janji! Chika masakin yang bisa dimakan."
"Ngga. Gue lebih percaya Vivi bisa masak aer daripada lo masak telor."
"Vivi? Siapa Vivi?" tanya Chika curiga.
"Artis JAV! Udah lah. Lo diem aja di apartemen besok. Jangan keluyuran. Dan ngga usah ngerjain apa - apa," tutur Mira tegas. Ia membalik badannya memunggungi Chika.
Tubuh Chika melorot terduduk di lantai, bersandar di tempat tidur Mira. Wajahnya sedih dan sendu.
"Chika kan pengen ngga dianggap cuma numpang tidur sama makan." Air matanya mulai menetes lagi, terisak. Memakai lengan baju, Chika menyekanya.
"Chika..." panggil Mira.
Chika menoleh, menghapus air mata dan ingusnya cepat, ia menarik sudut bibirnya.
"Tidur ya? Jujur gue ngantuk banget. Kaga bisa mikir lagi. Lo ngga usah overthinking apa - apa. Tidur. Istirahat. Jaga kesehatan." Tangan Mira meraih bawah mata Chika, mengusap air mata yang masih mengalir. Lalu Mira kembali memunggungi Chika.
Plok plok
Mira menepuk tangan. Lampu pun padam.
Chika beranjak ke sofa. Merebahkan tubuhnya dan menutupi dengan selimut tebal. Meski musim panas, hawa udara Jepang masih cukup sejuk baginya.
°°°
Pukul setengah enam Chika terbangun. Setengah jam lebih cepat dari kebiasaan Mira bangun. Ia bangkit dari sofa dan melipat selimutnya sampai terlipat rapi. Bantal dan selimut Chika letakkan hati - hati di tempat tidur Mira. Sejenak ia merasa agak kedinginan. Ia melirik dapur dan berinisiatif membuat minuman hangat.
Chika mengambil whistling kettle dari rak dapur. Ia mengisinya dengan air keran sampai penuh. Chika nyalakan dan letakkan di atas kompor. Sambil menunggu air matang, Chika mengambil dua buah cangkir dan teh celup buatan Indonesia beraroma melati. Lalu Chika beranjak membuka pintu balkon apartemen, menghirup udara pagi yang segar dan sejuk.
Hatinya merasa tenang memandangi lingkungan apartemen Mira yang tenang, bersih, dan membuatnya nyaman. Sayang, ia tak punya waktu banyak untuk menikmati keindahan Jepang. Arah pandang matanya berlari menelisik setiap detail yang ia lihat, agar ia bisa rekam semuanya dalam memori. Ia akan rindu tempat dan suasana ini.
Tuuuuuuut
Chika panik, air yang dimasaknya sudah matang. Ia melangkah cepat menuju dapur namun....
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Days [ChiMi] [END]
أدب الهواةDia yang hadir tanpa permisi, dia yang kemudian harus pergi. Sanggupkah cinta itu tumbuh dalam waktu yang singkat? Apakah kenangan itu akan berakhir begitu saja?