Happy Reading"Hachiiim...huachii..." Chika bersin di sofa. Ia tutupi tubuhnya dengan selimut lebih rapat.
Mira terbangun mendengar suara bersin Chika. Ia menghampirinya.
"Nah kan?"
"Apa? Chika kan cuma bersin." Chika melirik Mira.
"Main ujan - ujanan semalem."
Chika menggeleng cepat, ia membantah, "Chika pake payung kok," jawabnya merajuk manja seperti anak kecil yang membela diri enggan disalahkan.
"Lagian pake jemput - jemput segala."
"Chika bosen di apartemen. Pengen liat - liat, jalan - jalan, ngerasain hujan. Ya gitu deh."
"Kayak ngga ada ujan aja di Indo. Awas ya jangan flu. Gue males ngurusin lo kalo sakit."
"Iya, maaf." Chika menunduk, merasa menyesal. Ia menahan air matanya agar tidak dimarahi Mira dan dikatain cengeng.
"Maap mulu kek Idul Fitri," sergah Mira.
Mira melangkah ke dapurnya, nenyalakan kompor dan meletakkan kettle berisi air. Ia mengambil dua buah mug keramik dan membuka sebuah minuman sachet beraksara kanji. Setelah air matang, Mira menyeduh minuman itu dan mengaduknya. Segera uap panas mengepul dan asapnya beraroma wangi rempah yang tajam. Mira meletakkan satu mug di meja.
"Ini diminum kalo udah anget," ujar Mira.
"Bandrek ya? Baunya harum," Chika pun bangkit dari sofa sambil tetap menyelimuti tubuhnya. Ia mendekatkan hidungnya hanya untuk menghirup uap hangat beraroma jahe dan rempah.
"Mirip rasanya. Lumayan lah."
"Ho oh, tapi enak kok," ucap Chika. Tangannya ditempelkan di sisi mug yang panas, lalu ditempelkannya ke pipi dan leher agar terasa hangat.
Mira beranjak berpindah duduk di balkon. Kakinya bersila menatap pemandangan luas kawasan suburb yang begitu tenang dan sepi. Udara yang bersih serta lingkungan yang aman. Chika menyusul duduk di belakang Amira.
"Mira kerja?" tanya Chika.
"Engga. Kenapa?" Mira menoleh, menggeser tempat duduknya memberi ruang untuk Chika.
"Hmmm...ga jadi. Nanti Mira marah." Chika duduk di sebelah Mira.
"Ya ngomong aja, asal ngga minta beliin seblak."
"Chika...bosen. Pengen jalan. Yang deket - deket aja. Liat sungai kayak Nobita," papar Chika.
"Ikut yuk?" Mira tersenyum, melirik Chika.
"Kemana?"
"Ada deh. Ntar juga tau. Tapi ngga apa apalah seharian jalan. Mau?"
"Mau banget!" Chika antusias. Aura wajahnya berubah cerah. Ia kegirangan seperti anak kecil mendapat hadiah impian. Mira terkekeh melihat tingkah Chika yang kayak anak - anak. Menggemaskan.
"Kamu mandi gih. Bawa pakaian ganti. Nanti kita makan pas udah nyampe aja," titah Mira.
"Iya, siap Mira!" Chika bisa - bisanya memberi hormat lalu beranjak ke kamar mandi.
Mira merenung. Sejak ada Chika, apartemennya terasa sedikit berwarna. Meski ada beban, tapi dia melihat Chika menggemaskan diusianya yang bukan lagi anak - anak. Vivi, teman kuliahnya jarang sekali menghampiri apartemennya. Mereka hanya bertemu di kampus. Selebihnya sesekali berjumpa saat pertemuan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Jepang. Khususnya yang tinggal di pinggiran Tokyo. Mira pun juga beranjak, berganti pakaian. Ia malas mandi hari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Days [ChiMi] [END]
FanficDia yang hadir tanpa permisi, dia yang kemudian harus pergi. Sanggupkah cinta itu tumbuh dalam waktu yang singkat? Apakah kenangan itu akan berakhir begitu saja?