15: Traitor

362 93 16
                                    

Saat itu, dia ada di masa-masa memberontak layaknya anak muda.

Kalau bisa dibilang Jake itu dulu bocah yang super nakal. Saking nakalnya dia sampai bisa menyembunyikan itu semua dari kedua orangtuanya karena terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka.

Saat menginjak bangku menengah pertama, ia terkena doktrin nakal ya dari teman-teman sebayanya. Dulu nama panggilannya bukan Jake tetapi Noval, tapi terkadang suka kena pleset jadi Nopal sebab kawanannya terlalu katrok untuk bisa memanggil nama Jake yang katanya Inggris banget.

"Nop, kuy nyebat."

"Gas."

Benar, Jake saat itu sudah belajar merokok. Ia bahkan melakukan hal itu diam-diam di gudang sekolah atau belakang kantin yang biasanya sepi manusia.

"Pulang sekolah, tipis-tipis, yuk?"

"Gue sih yes."

"Gue ikut."

Percakapan-percakapan itu tak pernah lewat dalam kesehariannya menjadi anak SMP. Gengnya dulu ada sekitar 10 orang, dia tidak begitu memerdulikannya, yang pasti ada lumayan banyak orang dalam gengnya.

Yang dia ingat hanya beberapa saja yang benar-benar akrab dengannya. Saking akrabnya sampai tega menusuknya dari belakang.

Semua itu akhirnya berlanjut hingga dua tahun lamanya, dan ia pun menginjak kelas 3 SMP.

"Nop, lo gak mau ikut?" tanya kawannya.

Jake balik bertanya. "Ngapain? Minum? Ngumpul?"

"Ada yang lebih seru dari itu."

"Apaan, tuh." Jake pun mulai menerka-nerka apa yang dimaksud 'lebih seru' oleh temannya itu.

"Datang aja sore besok ke rumah gue. Lo bakalan tahu sendiri."

Jake hanya mengangguk mengiyakan. Dan, untungnya Tuhan berkehendak lain. Ternyata Tuhan masih sayang dengannya dan tidak ingin menghancurkan masa depan Jake sendiri. Larangan untuk pergi ke tempat itu pun berwujud melalui anjing peliharaannya, Layla.

Layla tiba-tiba jatuh sakit. Alhasil Jake lebih memilih untuk mengantarkan Layla ke dokter hewan daripada ke rumah temannya.

Selama ini ia pikir hubungan pertemanannya itu sehat. ia pikir teman-temannya tidak akan mengkhianatinya. Tetapi, ia salah. Ia telah dibutakan dengan yang namanya slogan 'Satu jatuh semua ikut jatuh'. Betapa bodohnya Jake menganggap bahwa itu adalah simbol dari kesetiaan seorang teman.

Tepat setelah UN selesai. Dia kena tuduhan kalau ia memakai narkoba. Jake terperanjat kaget. Dia linglung, panik, dan cengo. Ia seratus persen tidak tahu apa-apa.

Kedua orangtuanya sampai dipanggil pihak sekolah untuk datang. Mereka kecewa berat mengetahui bagaimana kelakuan Jake selama tiga tahun ini di sekolah.

Padahal Jake sudah meluruskan, ia sudah mengatakan dengan jelas bahwa dia sama sekali tidak pernah mencoba apalagi menyentuh narkoba.

Meski ia akui terkadang teman-temannya memang sering bercanda soal akan 'memakai' narkoba. Tetapi Jake masih waras, dia tidak mau menghentikan masa depannya diumur 15 tahun.

Semua hal yang ia tutup-tutupi dari orangtuanya mulai terbongkar di hari itu. Dari Jake yang merokok diam-diam, Jake yang sudah meminum minuman keras di usia dini, dan Jake yang terkadang suka bolos kelas.

Dari sana, Jake sudah tidak mau percaya lagi dengan yang namanya tali pertemanan. Kebodohan demi kebodohannya terus terputar dalam kepala. Ia tak bisa sama sekali menghapus memori kelam itu. Ekspresi mamanya yang lebih terlihat sedih daripada marah, papanya yang membentaknya dengan keras lalu menangis tanpa suara, hingga para tetangga dan teman-temannya yang berbisik sambil melihatnya berjalan di depan mereka.

Hari itu adalah hari dimana Jake sebenarnya ingin mengakhiri hidupnya yang ia pikir sudah tidak ada gunanya. Ia benar-benar berada di titik paling terendah dalam hidupnya.

Lalu, sebulan kemudian mulai terungkap siapa pelaku aslinya. Kepala sekolahnya sendiri yang menyampaikan. Maka, dengan begitu ijazah Jake yang ditahan itu sudah bisa diambil.

What a shame. Kebenaran itu terungkap disaat semua teman-teman sekolahnya telah lulus dan sedang menempuh pendaftaran ulang SMA. Dan mereka pergi dari sana tanpa tahu kebenarannya.

Jake menangis. Ia benar-benar menangis di balik bantal kasurnya. Mungkin ini karma dari yang Maha Kuasa untuknya, ya? pikirnya.

Tak lama setelah kejadian itu, Keluarga Jake memutuskan untuk pindah saat itu juga. Orangtuanya yang ikut merasa bersalah karena tidak memercayai anaknya sendiri itu rela pindah kecamatan hanya untuk menghindari lingkungan di sekitar rumahnya yang toxic.

Nah, sejak saat itulah Jake memilih untuk homeschooling daripada harus menempuh jalur SMA. Selama setahun itu dia sibuk homeschooling, sampai ia bertemu dengan Jiya dan mula berteman dengan gadis itu. Ia menjadi percaya kembali bahwa teman itu tak selalu mengajaknya ke dalam hal yang buruk. Teman sejati itu selalu ada di saat-saat terburuknya.

Berkat itu, dia jadi berani lagi untuk menempuh pendidikan lewat sekolah umum. Mulai dari tahun kedua SMA dia melanjutkannya. Dan bertemulah ia dengan Sagara dan Jay yang ternyata jauh lebih baik dan seru dibanding teman-temannya saat SMP dulu.

[ ].

"Jangan mau pacaran sama badboy. Tapi kalo Jake bisa diomongin baik-baik." -Jiya, 2k20
😭😭😭😂😭😂😭😭😂

Ours (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang