30 • after

48 11 0
                                    

Hujan diluar menyambut kedatangan Tella bersama rombongan dari Indonesia. Isinya mahasiswa-mahasiswa dari Indonesia yang berhasil mendapat beasiswa pertukaran pelajar ke Paris.

Dari kampus Tella, hanya Tella sendiri yang sukses mendapat program ini sehingga ia merasa terasingkan. Beruntung beberapa mahasiswa lainnya mau menemaninya dan sesekali mengobrol.

Tella setidaknya bisa bersyukur karna Tuhan mempermudah satu hal begitu ia sampai disini, diberikan kemudahan untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.

Setelah hampir 3 bulan ini Tella menangis dan menderita, dia harus bisa bahagia disini. Tella harus benar-benar melupakan sosok Junior. Tidak ada lagi senyuman manis, tidak ada lagi tatapan dalam itu. Sekarang hanya tersisa Tella sendiri, dan sebagian kenangan yang akan dia lupakan.

Tidak, harus!

"Eh? Kamu punya cowo ya?" Tanya seorang wanita yang memang sedari pesawat menemani Tella.

"Eh?" Tella langsung reflek mengeluarkan foto kecil dari dompetnya itu dan memasukkannya ke kantong celana.

Itu foto Jun. Foto waktu mereka lagi pergi ke kebun binatang. Foto yang Tella ambil diem-diem dan malah dia print jadi seukuran pas foto dan dia masukin ke dompet. Well, Tella harus hilangin itu sekarang. Gak ada lagi Junior dalam hidupnya!

Dari bandara mereka akhirnya naik ke sebuah bus untuk segera menuju asrama tempat mereka tinggal selama disini. Jika nilai-nilai Tella bisa selalu memenuhi standart Universitas disini, maka Tella akan sampai lulus disini.

Tella gak berharap banyak. Uda bisa dapet kesempatan ini aja Tella uda bersyukur banget. Now she just hope that everything will be allright

Hujan diluar ditemani dengan lagu dari Jeremy Passion - Lemonade menemani perjalanan Tella yang katanya akan memakan waktu kurang lebih 1,5 jam.

Tella gak tau apa yang salah dari dia hari ini. Tapi jelas-jelas lagu yang terputar sekarang sama sekali gak melow atau sedih, tapi kenapa rasa dadanya sesek. Tella bahkan gak berani natap ke lain arah selain jendela buat nyembunyiin matanya yang perlahan mulai menitikkan air mata.

Tella selalu dan selalu teringat dengan semua yang pernah ia lalui dengan Jun. Padahal ia sudah di negeri orang, tidak ada kenangan yang pernah ia buat disini dengan Jun. Tapi kenapa kehadiran Jun masih terasa bagi Tella hingga disini.

"Nanti kalo aku beneran ke Paris bisa survive ga ya?"

"Ya bisalah Tell, emang nya kamu disana mau disiksa? Kan mau belajar. Kamu nakutin apa?"

"Aku takut gak bisa beradaptasi sama lingkungannya. Gak bisa makan makanan disana, gak biasa sama cuaca disana. Gak bisa..."

"Gak bisa apa?"

"Gak bisa ketemu kamu!"

Jun tertawa lalu mengelus kepala Tella. "Teknologi itu ada. Kita bisa video call, aku mau kok nemenin kamu walaupun beda jam. Aku pasti usahain! Kamu gak akan sendiri aku janji"

"Tapi kasihan kamunya, kalo gitu namanya aku egois donk"

"Kok egois? Kan itu kemauan dari aku. Lagian uda resiko kalo orang LDR kan?"

"Kamu janji ya ada disaat aku butuh, walau kita beda jam dan..."

"Iya janji. Asal kamu juga janji gak akan gebet cowo eropa"

Kini gantian Tella yang tertawa dan mengelus pipi Jun dengan gemas. "Janji ya" ucap Tella lagi lalu mengangkat jari kelingkingnya.

Jun membalas dengan senyumnya yang paling lebar, menyematkan jari kelingkingnya juga dengan jari Tella. "I promise i always there"

Heartfelt | Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang