Reflection

27 7 2
                                    

Aku menatap ke dalam cermin. 

Seperti melihat sebuah film sedang dirancang.

Menerka-nerka sisi lainku yang mana sedang mengambil peran.

Menerka-nerka sisi lainku yang mana sedang mengambil peran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu masa perkuliahan telah dilewati. Semakin lama Aku, Mahesa, Azan, Pradipta dan Kelvin juga semakin dekat. Lalu, bagaimana dengan Lara? Entahlah, aku sendiri bingung dengan teman sekamarku itu. Seminggu ini dia jarang sekali pulang ke kos. Ia lebih memilih menginap di kos temen satu jurusannya. Saat kutanyai kenapa gadis itu jarang tidur di kos ia juga tak menjawab. Membuatku merasa ada sesuatu yang salah terjadi di sini.

Aku menatap lurus ke depan, menghitung mundur jam perkuliahan akan berakhir. Jujur saja, ini adalah pelajaran paling membosankan menurutku, pelajaran yang membuatku lebih memilih bermain game diponsel sendiri dari pada memperhatikan apa yang sedang dosen itu jelaskan. Semua yang ia jelaskan sudah ada di buku materi yang kami beli, ia hanya membacakan.

Tring!

Dering ponsel yang lupa kuubah menjadi mode diam itu membuat seluruh penjuru kelas melihat ke arahku. Bahkan dosen perempuan dengan setelan merah dan hijab merah dengan konde seperti milik ibu pejabat itu juga menatap ke arahku sebentar. Tanpa mengucapkan apa-apa dosen yang biasa kami sebut dengan ibu Er itu kembali membacakan isi buku ditangannya.

Pradipta

Key, hari ini kamu kuliah sampai jam berapa?

Dahiku mengeryit seketika saat mendapati pesan masuk dari Dipta. Tumben sekali ia tiba-tiba bertanya langsung seperti ini padaku. Biasanya kalaupun Dipta memang ada keperluan denganku, ia lebih memilih menyampaikan hal itu pada Azan dan setelahnya Azan akan menyampaikannya padaku. Seperti itu terus, seolah-olah Azan adalah pos surat kamu berdua.

Keyra:

Hari ini aku selesai kuliah jam 3 Ta, kenapa?

Kutelungkupkan ponselku saat buk Er tiba-tiba saja sudah berjalan ke arahku. Bukan ke arahku sih, lebih tepatnya ia berjalan ke arah meja dibelakangku. Aku menghela nafas lega saat buk Er yang bisa dikatakan baik namun killer saat mahasiswanya tak membawa buku cetak saat pelajaran itu melewatiku.

"Agus, semalam kamu ngapain aja?" ucap Buk Er, ini belum seberapa. Masih kata-kata tanpa nada yang keluar.

Seluruh mata kini tertuju pada kursi di belakangku yang dihuni oleh Agus. Lelaki urakan dengan rambut lurus hampir sepanjang bahu itu mengucek matanya, membersihkan sisa-sisa air liur yang tanpa sadar keluar saat ia tertidur.

"Hehehe...maaf buk, kemarin saya begadang ngerjain tugas dari Pak Tono yang banyaknya minta ampun," ujar lelaki itu.

Aku menganggukan kepalaku tanpa sadar, karena merasa ucapan Agus memang benar. Pak Tono jika memberi tugas memang selalu banyak, dan tugas itu harus dikumpulkan tepat waktu. Terlambat saja satu detik maka nilai untuk tugas yang sekaligus nilai untuk ujian itu tidak akan keluar. Singkatnya, jika dalam satu semester Pak Tono memberikan tiga jenis tugas dan salah satu ada yang tidak dikerjakan. Jumlah nilai setiap tugas yang dikumpulkan akan tetap dibagi tiga dan nilai itulah yang akan menjadi nilai akhir perkuliahan. Atau biasa disebut dengan IP (Indeks Prestasi).

Dismiss (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang