Give and Take

28 6 2
                                    

Tanpa sadar, aku terlalu banyak memberi pupuk pada harapan. Sehingga saat ia bertambah besar dan saat tak kudapati sesuai yang kuingini, lukaku berbanding lurus dengan besarnya harapan itu.

 Sehingga saat ia bertambah besar dan saat tak kudapati sesuai yang kuingini, lukaku berbanding lurus dengan besarnya harapan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata kuliah "Drama" ternyata tak cukup kuat untuk membuatku berpaling dari kejadian semalam. Hidupku bahkan konfliknya lebih hebat dari drama kebanyakan. Meskipun ucapan itu tak kudengar dari Azan langsung, tapi dari wajah serius yang kemarin Mahesa tampil semakin membuatku kepikiran.

Gak Mahesa, gak Gerhana keduanya sama saja, gerutuku dalam hati.

Ponselku bergetar, saat kulihat dari notifikasi chat, yang mengirim pesan padaku adalah Azan. Jujur saja, setelah mendengar penuturan Mahesa kemarin, sebagian diriku ingin sekali menjauhi Azan. Bukan karena tak nyaman dengan fakta bahwa Azan menyukaiku, tapi aku tak mau Azan sakit hati apalagi dia sering kujadikan tempat curhat tentang Mahesa sedari dulu.

Keyra:

Lagi ada kelas.

Kubalas pesan dari Azan seadannya. Semoga saja Azan tak lagi membalas pesanku.

Azan:

send a picture.

Aku tersenyum, melihat wajah tersenyum Mahesa yang baru saja dikirim Azan. Sebenarnya disana bukan hanya ada foto Mahesa, melainkan foto Azan dan Mahesa. Tapi, seperti gadis kasmaran pada umumnya, yang jadi pusat perhatianku kini hanya Mahesa.

Azan:

Sengaja aku kirim biar kamu semangat kuliahanya.

Aku tak ingin bersikap dingin pada Azan, apalagi ia sebaik ini padaku. Tapi, kembali lagi pada diriku sendiri. Jika kubiarkan terus-terusan begini Azan akan semakin menaruh rasa padaku dan aku tak ingin hal itu terjadi. Azan itu adalah teman yang baik. Aku tak ingin ia terluka apalagi karenaku.

"Keyra Derandra Gabriella!"

Aku menoleh saat dosen laki-laki yang terkenal asik dan jenaka itu memanggil namaku. Aku melihat sekeliling saat teater tertutup kampus yang kini kami jadikan kelas untuk mata kuliah Drama ini sudah gelap. Entahlah, aku sendiri tak tau kapan lampu teater tertutup ini dimatikan. Di panggung kecil yang kini ada di hadapanku sudah terpampang masing-masing nama dengan judul besar "Kelompok Drama."

"Keyra Derandra Gabriella!" sekali lagi namaku dipanggil dan aku semakin panik dibuatnya. Teman-temanku yang tadi duduk di sebelahku bahkan kini sudah berpencar mengumpul di beberapa titik.

"Key, ini lagi pembagian kelompok," bisik teman sekelasku yang bernama Maya.

"Saya pak!" teriakku balik. Untunglah masih ada Maya yang berdiri di belakangku.

"Kelompok 4 ya,"

Aku mengangguk, setelahnya bergegas mendekati teman sekelompokku. Lagi-lagi aku bersyukur karena Maya memberitahuku dimana posisi kelompok empat berdiri.

Dismiss (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang