7. Monyet Lepas Kandang (re: 11 IPA 4)

6 4 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Dan yak, hari ini hari Senin. Hari dimana gue bakal mulai sibuk dengan tugas gue sebagai murid dan tanggung jawab gue sebagai pengurus kelas.

Suasana kelas di hari Senin pagi lumayan ribut, beberapa pada heboh meminjam beberapa atribut upacara seperti topi, dasi atau ikat pinggang mengingat sebentar lagi upacara bendera akan segera dimulai.

Kalau gue sih tenang tenang aja karena punya gue udah lengkap semua, gue duduk dikursi guru yang ada didepan memperhatikan anak anak sekelasan yang lagi heboh sana sini.

Gue numpuin dagu gue ditangan kanan dengan mata yang masih mantau anak anak sekelasan biar ga ada yang kabur buat bolos.

Atensi gue langsung beralih ke arah pintu kelas yang terbuka "Sekre, siapa sekre?" Tanya Jevan yang baru masuk.

Tania selaku sekretaris kelas berdiri "Gue Jev, kenapa?" Tanya Tania sambil berjalan menghampiri Jevan dan mereka berdua berbicara diluar kelas.

Gue kurang tertarik sama pembicaraan mereka, gue lebih tertarik dengan pertikaian Arka dan Giandra yang sedang memperebutkan satu topi tersisa.

"KA, LO NGALAH KEK SAMA CEWE. LAKI MACEM APA LO?"

"DIH, GA ADA YA HUKUMNYA KALAU COWO HARUS NGALAH SAMA CEWE."

"ITU HUKUM ALAM, ARKAA!"

"ALAM APA GUE TANYA? ALAM BAKA?"

"ARKANSTARA YEHEZKIELLL!!"

"APA MANGGIL MANGGIL? NAKSIR LO? SORRY YA, GUE UDAH PUNYA HATI YANG HARUS DIJAGA."

"DIH PEDE BANGET NAJIS."

HAHAHAH, ayo gelud! Gue ga suka damai!

Dan tiba tiba pintu dibuka dengan lumayan keras, atensi kelas IPA 4 langsung tertuju kepada Tania yang baru saja membuka pintu. Dada gadis itu terlihat naik turun dan diwajahnya terukir senyum sumringah.

Hening. Tidak ada yang membuka suara, masih menunggu sekretaris kelas IPA 4 itu bersuara.

"Tania? Lo kenapa?" Tanya gue memecah keheningan.

Tania yang tadinya menatap anak anak sekelasan kini beralih ke arah gue, gadis itu berjalan ke arah gue dan memegang bahu gue dengan erat.

"LIVIAAA!" Pekiknya kegirangan sambil memeluk tubuh gue.

Gue langsung kebingungan "Eh? Eh? Kenapa Tania?" Tanya gue.

Tania melepas pelukannya tanpa melunturkan senyuman diwajahnya "DUA BULAN LAGI KITA BAKAL TOUR KE JOGJAAAA!!!" Pekik Tania yang disambut dengan sorakan anak anak IPA 4.

"Lo serius Nia?" Tanya Lia.

Tania mengangguk semangat "Barusan Jevan ngasi tau gueeee!!" Sahut Tania.

"Wah, pengkhianatan macam apa ini? Gue wakil loh, masa ga dikasi tau?" Tanya gue.

"Ayo nangis bareng Livia, gue bendahara tapi ga dikasi tau." Timpal Alena.

"Lo berdua ga penting kali makanya ga dikasi tau." Ucap Arka.

"Bersisik lo, Arka!"

"Yang bener itu berisik, Alena dongo." Sahut Arka.

"Ya suka suka gue dong, mulut juga mulut gue." Sahut Alena.

Oke, abaikan saja dua manusia yang memiliki hubungan darah itu.






Sekarang jam istirahat, gue lagi diloker buat ngerapiin buku buku yang ada disana. Dan pastinya itu kerjaan Arka, dia sering minjem buku gue sembarangan, mana ga bilang bilang lagi. Emang rada kurang ajar sih anaknya.

Gue ngehela nafas pelan "Capek banget punya temen macem Arka." Gumam gue pelan.

"Capek punya temen kayak Arka?" Gue tersentak pelan saat mendengar suara dari belakang gue.

Gue menoleh ke belakang dan menemukan Juan sedang berdiri beberapa langkah dibelakang gue. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah gue "Sama woy, gue juga." Sahut Juan.

Gue tertawa pelan lalu kembali merapikan loker gue sementara Juan beranjak bersandar ke loker yang ada disamping loker gue. Juan cuma diem sambil merhatiin gerak gerik gue.

Gue ngelirik dia sekilas "Ngapain Ju? Lo mau sesuatu?" Tanya gue.

Juan menyengir "Hehe, Lipia tau aja dehh." Ucapnya "Jajan donat yuuu."

"Donat?" Tanya gue "Di kantin ga ada donat, Juan gantengg."

"Pulang sekolah maksudnya," Ucap Juan "Mau ya? Mau yaaa?"

Gue tersenyum tipis lalu mengangguk "Tapi traktir ye."

"Emang lo ga dapet uang jajan dari tante Leta?" Tanya Juan mempertanyakan uang jajan dari nyokap gue.

"Dapet sih," Sahut gue "Tapi kapan lagi nguras duit anaknya general manager ye kann?"

Juan mendengus "Yaudah gue traktir." Sahut Juan disambut dengan sorakan kecil gue.

"Jangan lupa ya lo, nanti pulang sekolah. Gue tunggu diparkiran." Ucap Juan sambil berjalan mundur.

"Iya bawel, jalan yang bener nanti jatoh." Tegur gue.

"Iyaa." Sahut Juan lalu ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh.

Gue cuma senyum kecil dan ngeraih beberapa buku pelajaran setelah ini. Setelah selesai gue langsung jalan balik ke kelas gue.

Baru aja gue buka pintu kelas, udah kedengeran teriakan jahanam dari bendahara kelas alias Alena.

"BUN, HIDUP BERJALAN SEPERTI ARKANSTARA."

"Kok gue? Dari tadi gue diem loh, Len..." Tanya Arka dengan nada suara dramatis seperti orang yang paling tersakiti didunia.

"Ya soalnya lo bajingan," Sahut Alena tanpa dosa "Diem aja ngeselin."

Arka langsung mengumpat saat mendengar sahutan Alena sedangkan Alenanya malah ketawa ketawa.

Gue ngehela nafas pelan. Udah gatau lagi mau gimana sama tingkah mereka yang kayak monyet lepas kandang.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝙲𝙻𝙰𝚂𝚂𝙼𝙰𝚃𝙴Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang