Jangan terlalu baik, aku mulai khawatir. Sebab semua yang baik padaku hanya ingin mengucapkan perpisahan.
-Dree Alsie-Drrrrrttttttt....drrrrrtttttt
Aku menoleh ke arah nakas disamping tempat tidurku. Pukl 6:00 tepat, aku menghela napas lesu. Aku terbangun sedari tengah malam, mataku perih hanya sekedar memejamkan mata. Jadi yang hanya aku lakukan adalah duduk menekuk lutut sembari memeluk diriku, menghalau dingin yang menusuk kulitku.
Aku beranjak dari tempat tidur, menuju kamar mandi. Pikiranku mengatakan mungkin air yang dingin bisa menyejukkan pikiranku.
____________________________________________
Aku menatap pantulan diriku didepan cermin seukuran tinggi badanku. Tidak tinggi memang, karena badanku terbilang mungil.
Aku tersenyum, aku rasa aku merindukan aktivitas harianku. Aku sudah siap dengan seragam lengkap, dengan tas bertengker di bahuku. Rambut yang biasa aku gerai, aku ikat menyisakan poni tipis.
Senyumanku sedikit memudar, aku tersenyum miris. Pagi ini mungkin aku akan mulai berdebat dengan mama, meski begitu aku yakin mama akan mengerti.
Aku mulai melangkahkan kakiku menuruni tangga menuju ruang makan, aku melihat mama sedang berada didapur.
Aku mengigit bibir bawahku, aku mulai grogi.
Tidak berani bersuara, aku hanya diam sambil memandang kaki ku yang berlapis kaos kaki putih."Dree??"
Aku mendongak, aku melihat mama berjalan menenteng mangkuk sayur ditangannya.
"Sayang kamu mau kesekolah?". Mama bertanya sambil menatapku.
Aku risih.
"Iya maa Dree boleh ya sekolah, Dree udah mendingan kok." Aku mulai merasa sedikit gugup. Meskipun suaraku terdengar meyakinkan, aku yakin siapapun yang melihat wajah dah bibirku yang pucat akan tau jika aku sedang tidak baik-baik saja.
"Dree dokter bilang kamu harus banyak istirahat, nanti kalau kamu kecapean gimana?".
Aku menatap mata mama yang menatapku sayu, aku merasakan kepalaku di usap lembut.
"Ma Dree beneran udah baikan, di sekolah juga ada Mira". Aku berusaha meyakinkan mama.
Mama menatap ku. Aku mulai merasa dadaku berdegup mataku mulai panas, jika terus begini aku yakin tidak lama lagi aku akan menangis.
Aku menundukkan kepalaku, sambil memainkan jempol kaki ku. Aku mendengar mama manghembuskan napas gusar.
"Ya udah, tapi mama yang antar ya jangan naik bis".
Aku mengangkat wajahku, senyuman diwajahku tertarik begitu saja. Aku mengangguk menyetujui.
"Ya udah sarapan dulu."
____________________________________________
Mobil mama mulai memasuki kawasan sekolahku, sebenarnya aku juga belum yakin aku bisa mengikuti pelajaran layaknya teman sebayaku. Aku ingat betul jika pada jam istirahat ke 2 aku selalu menghabiskan waktuku di uks, sekedar mengistirahatkan tubuhku.
Mobil berhenti.
Aku masih bergeming, aku menoleh. Mama menggenggam tanganku sembari tersenyum.
"Kalau belum yakin, kita bisa pulang". Suara mama terdengar lembut.
Aku tersenyum, menggelengkan kepala. Aku raih tangan mama dan menciumnya.
"Dree pamit ma." Segera aku turun dari mobil, melambaikan tangan. Aku terus menatap mobil mama yang mulai mengecil ditelan jarak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DETAK
Teen FictionMusim tahun ini cepat berlalu, tak terasa berlalu mu tak lagi membawa pilu meski masih melekat begitu pekat. Yang aku tidak paham, dari banyaknya cerita yang aku ingat hanya kesedihan setelah semua berlalu.