Chapter 5

10 6 12
                                    

Terkadang orang yang paling jahat dalam hidupmu adalah orang yang paling dekat denganmu, cepatlah sadar tidak ada manusia yang benar-benar menganggapmu lebih dari mereka.
selada_biru

Siang hari ini begitu terik membuat setiap orang merasa jengah dengan suhu yang benar-benar menyengat. Di taman belakang sekolah aku duduk di bawah pohon rindang sambil membaca novel, sesekali tangan ku membalik halaman novel yang aku pegang.

Jam istirahat sebentar lagi usai tapi entahlah rasanya di sini lebih nyaman dari pada mendengar suara dan derap langkah yang bising.

Kututup kembali novel ku memandang lurus ke depan sembari berpikir apa aku harus pergi ke uks saja membaringkan tubuh disana, tentu saja rasanya lebih nyaman dari pada harus kembali ke dalam kelas yang penuh dengan kesesakan.

Sepertinya yang diakatakan Ara tempo hari tentangku benar, aku memanfaatkan keadaanku untuk kesenanganku.

Aku mendengar bel berbunyi pertanda istirahat telah usai. Aku menghela napas merasa frustasi aku benar-benar malas berjalan menuju kelas.

Dengan langkah gontai aku berjalan, membawa langkah kakiku menuju kelas.

Koridor masih ramai meski bel telah berbunyi, suara berisik masih tetap mengisi tiap kelas. Aku berdecak kupingku rasanya berdengung, terus aku langkahkan kaki ku tanpa henti menuju kelas.

Di ambang pintu aku tertuju pada bangku tempatku duduk, Sarah dan Mira sedang mengobrol sekedar melempar gosip yang beredar.

"Dree kamu dari mana?". Tanya Mira tepat saat aku duduk di bangkuku.

"Dari taman belakang." Kataku.

"Owhh". Mira kembali melanjutkan celotehannya dengan Sarah.

Kebisingan kelas terhenti tepat saat Pak Rahman masuk tapi tidak bertahan lama kericuhan kembali terdengar karena Pak Rahman datang tidak sendiri melainkan bersama dengan seseorang yang tampak asing.

"Anak-anak bisa diam? Ayo perkenalkan nama kamu ke teman-teman kamu." Kata Pak Rahman kepada pemuda di sampingnya.

"Saya Regar Husain Admaja salam kenal". Katanya singkat.

Alis ku terangkat nama belakangnya sama dengan Sagar, Sagar Husain Admaja. Apakah hanya kebetulan? Aku terus menatap pemuda itu tanpa sengaja tatapan kami bertemu sangat singkat tapi sangat menyeramkan, dia beralih menatap Sagar bukan tatapan biasa tapi tatapan permusuhan. Ada apa ini? Apakah kebetulan lagi?atau hanya perasaanku.

"Silahkan duduk Regar di bangku pojok ujung." Kata Pak Rahman sembari menunjuk ke arah bangku pujok ujung.

Tatapanku terus mengikuti langkah Regar, penampilannya bisa dibilang biasa saja seperti siswa pada umumnya tapi tatapannya yang tajam menurutku tidak lazim.

Aku mengalihkan pandanganku pada Sagar, dia hanya terdiam dahinya sedikit berkeringat. Kenapa? Apakah Sagar terintimidasi oleh tatapan Regar tadi. Tidak mungkin pasti aku salah menduga.

Ku alihkan perhatianku ketika Pak Rahman yang mulai menerangkan pelajaran.

Saat bel istirahat aku Mira dan Sagar memilih pergi ke kantin, aku memilih ikut karena yah aku rindu suasan ramai kantin.

Belum mencapai daun pintu langkah kami terhenti.

"Hey adik kecil." Suara Regar mengintrupsi pendengaran kami, suaranya terkesan menghina. Ku alihkan perhatianku pada Sagar yang mengepalkan tangan. Tidak tadi bukanlah kebetulan, seperti yang aku duga ada sesuatu antara Sagar dan Regar.

Regar berhenti tepat didepan aku dan Mira.

"Cihh banci beraninya dibelakang cewek." Ujar Sagar menatap Regar remeh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang