Chapter 4

20 11 27
                                    

Dalam bayangku terlalu banyak jika
Sebab luka masih begitu nyata
Setelah kamu datang membawa bahagia
Aku bahkan hampir lupa dengan yang nyata
-Dree Alsie-


"Dree bangun nak udah pagi."

Tok tok tok....

Sayup-sayup gendang telingaku menangkap suara lembut, tapi mataku masih enggan terbuka. Ketukan pintu dan suara mama terus menggilku begitu mengusik, kubuka mata perlahan. Mata ku mengerjap memandang sekitar, kulihat jam di atas nakas pukul 7:15 pagi.

"Dree ayo bangun." Suara mama terdengar lebih keras, seperrinya mama mulai kesal.

"Iya ma dree bangun." Sautku.

Aku tidak lagi mendengar suara mama, segera aku beranjak dari tempat tidurku berjalan mengarah ke kamar mandi.

Aku menuruni tangga menuju ruang makan, ini hari minggu jadi aku hanya mengenakan pakaian rumahan biasa. Kaos oblong hitam dangan celana pendek di atas lutut, hari ini aku hanya ingin bermalas-malasan.

Aku dan mama hanya tinggal berdua, alasan mama tidak menyewa pembantu adalah mama masih bisa mengerjakan pekerjaan rumah selayaknya ibu rumah tangga lain, selain itu juga menghemat biaya.

"Pagi ma." Aku menyapa mama sembari duduk.

"Pagi sayang, buruan makan nanti dingin." Ujar mama sambil tersenyum.

Aku mengangguk.

Ting dongg~

Bel rumah berbunyi, aku dan mama sontak menoleh ke arah pintu.

Pagi sekali.

"Biar Dree aja ma." Ujar ku.

Mama menghentikan gerakannya yang ingin beranjak kemudian mengangguk setuju. Aku berjalan menuju pintu.

Tukang pos??

"Iya ada apa ya pak??". Aku bertanya bingung sebab ini pertama kalinya ada tukang pos ke rumahku.

"Ini dek ada kiriman untuk Dree Alsie." Kata pak pos.

Aku mengernyit, siapa ya yang mengirim. Semua kerabatku sudah lama sekali tidak pernah datang berkunjung ataupun menghubungi, kalaupun perbuatan mira diakan bisa datang langsung saja kerumah.

Pak pos memberikan ku bingkisan berbentuk kotak dibungkus kertas berwarna coklat, sepertinya buku. Aku menerima bingkisan itu.

"Dari siapa ya pak?". Tanyaku heran.

"Mmm gak ada nama nya dek, kalau gitu bapak pamit ya." Kata pak pos.

Aku mengangguk dan mengatakan terimakasih. Aku lihat lagi pak pos yang sudah pergi dengan sepedanya.

"Aneh." Aku bergumam lirih.

Kututup kembali pintu rumahku, kembali melangkah menuju ruang makan.

"Siapa Dree?". Tanya mama.

"Gak tau ma, tukang pos nganterin bingkisan tapi gak tau pengirimnya siapa." Kata ku sambil meletakkan bingkisan di atas meja.

"Gak salah orang bapaknya?." Mama kembali bertanya.

"Gak ini alamatnya bener ma." Aku menjelaskan.

"Wahhh jangan-jangan pengagum rahasia kamu tu." Mama tersenyum jahil pada ku.

"Apa sih ma." Kata ku.

"Siapa tau kan ada yang suka kamu diam- diam." Kata mama sambil menyendokkan sesuap nasi ke mulutnya.

DETAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang