3

3 2 0
                                    

Semilir angin di sore hari yang menerbangkan beberapa anak rambutnya dan bau petrichor yang menusuk hidungnya.

"Seger. Emang paling mantep kalo habis hujan gede nih udara." Gumam Tera.

Tak sampai 5 menit merasakan udara sore hari, teman Tera tak lain Cedar memprotes dirinya untuk menutup pintu balkon dengan alasan dingin.

"Gak asik lo, enak gini." Tak ayal ia menutup pintu mengikuti perintah temannya itu.

"Enak dari hongkong, dingin say dedek butuh kehangatan." Satu bantal melayang tepat ke wajah Cedar setelah mengatakan kalimat yang menurut si pelempar menjijikan.

Cedar melotot kepada si pelempar bantal. "Apa, gak usah melotot gitu. Gak cocok." Ucap Fadin. Ya dia si pelaku pelempar bantal.

"Udah elah. Nih kalian jadinya mau kemana?" Tera mencoba menarik atensi mereka dengan membawa topik seputar perkuliahan. Karena mereka tidak diterima lewat jalur SNMPTN sehingga saat ini mereka akan mencoba melalui jalur SBMPTN.

Dan Tera berhasil. Mereka langsung mengalihkan tatapan kepada Tera.

"Gue kek nya bakal kuliah disini deh, karena orang tua gue gak bolehin kuliah jauh." Ucap Cedar.

"Kalo gue sih, mau nyoba ke luar kota dan juga mau nyoba ke ikatan dinas. Pengen berpetualang." Ujar Fadin.

"Kalo lo gimana Ra?" Tanya Cedar.

Tera duduk bersila dihadapan kedua temannya yang sudah terlebih dahulu ada disana. "Gue kayanya sama kek lo Ce, bapak sama ibu ngelarang anaknya ngerantau. Padahal kan gue pengen ngerantau, pengen ngerasain jadi anak kos." Sedih Tera.

Fadin merangkul bahu Tera yang kebetulan ada disebelahnya. "Udahlah yang penting kita berjuang sama-sama, masuk ke universitas yang dipengen, jurusan yang sesuai. Jadu sekarang mending kuy belajar." Ajak Fadin. Memang dia satu-satunya teman yang banyak memberikan aura positif bagi mereka yang negatif.

Tapi sebelum memulai belajar, Cedar menanyakan sesuatu yang membuat Tera harus mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu yang membuat dirinya malu setengah mati.

"Gue udah jarang liat bukan jarang sih tapi gue yang menghindar dan juga perihal si teteh-teteh yang jawab salam gue, ternyata dia pacarnya si mas jefri." Tera pun baru mengetahui hal tersebut akhir-akhir ini karena sang ibu yang mengajak ngobrol Jefri. Biasa jiwa kepo seorang emak-emak.

Sebenarnya Tera bukan jarang melihat tapi ia menghindari untuk melihat Jefri dengan alasan malu.

"Terus keadaan lo sekarang gimana?"

"Untuk saat ini agak sakit sih ya, tapi mau gimana lagi, dianya juga udah punya pacar. Gak mungkin kan gue jadi pelakor."

"Terus dia masih sering main kesini?" Tanya Fadin. Untuk yang ini, Jefri masih main ke rumahnya. Karena ternyata dia seumuran dengan Galih-kakaknya.

"Ya masih, kan ketemu sama aa' gue. Udah ah napa jadi bahas mas Jefri, mending sekarang kita belajar." Tera menghentikan pembicaraan tentang Jefri. Pasalnya temannya yaitu Cedar tidak akan pernah puas untuk menanyakan ini itu alias jiwa keponya sangat kuat.

Fadin dan Cedar pun mengikuti perkataan Tera. Mereka belajar dengan serius sampai panggilan dari Galih untuk Tera menyuruh Tera untuk menghampirinya.

"Apaan?"

"Beliin rokok L.A bold di warung mang apip." Titahnya.

Mendengar kata 'rokok', Tera pun memukul, mencubit seluruh badan Galih. "Gak ada rokok-rokok-an, gue gak mau beliin."

"Ah elah Ra, baru sekali gue nyuruh lo beli rokok. Beliin ya."

"Gak, lo beli aja sendiri." Tera keukeuh dengan pendiriannya sebelum Galih menawarkan akan membayar P.O novel yang Tera ceritakan padanya dan hal itu membuat Tera bimbang.

Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang