At a Distance
"Siapa kau?!" Xiao Zhan sangat terkejut mendapati seorang bocah tiba-tiba ada dalam kamarnya. Anak kecil yang ia yakini bukan tuyul itu sedang mengobrak-abrik isi lemari dan memakai kaos miliknya sehingga nampak kebesaran di badannya.
---
Xiao Zhan menatap penuh selidik pada bocah yang duduk berseberangan dengannya, sementara yang ditatap justru asyik menikmati semangkuk nasi dengan scrambled egg.
"Kita saling kenal?"
Anak lelaki yang sedang sibuk mengunyah dan menyumpit nasi mengangguk polos. Namun, tak berselang lama mengubah gerakan menjadi menggeleng. "Tidak. Aku tidak mengenal Zhan Ge."
Xiao Zhan mengangkat sebelah alisnya. Maling kecil dihadapannya ini tidak mau mengaku dan tidak pandai berbohong. "Siapa namamu?"
"Wang ...," jawab kikuk bocah tengil tersebut sembari menggaruk kepalanya dengan sumpit, "Wangyi."
Tidak ada tanda-tanda kebohongan. Mahasiswa Universitas Penerbangan itu hanya menemukan kepolosan di balik wajah kecil Wangyi. Terlihat menggemaskan hingga membuat pipi Xiao Zhan merona. Tangan terjulur untuk menyentuh dada, ada desiran aneh yang tiba-tiba menggelitik hati.
Wangyi menahan senyum. Dia tahu daya tariknya selalu mampu melumpuhkan otak Xiao Zhan. Berdeham lalu berucap dengan penuh percaya diri, "mengagumiku?"
"Huh?" Xiao Zhan langsung salah tingkah karena kepergok jatuh pada pesona anak bau kencur di hadapannya.
"Hei, Wangyi. Berhentilah berpikir terlalu dewasa." Mengangkat pantat dari kursi, Xiao Zhan mulai berjalan pergi. "Lebih baik kau cepat pulang sebelum aku berubah pikiran dan melaporkanmu pada Polisi. Lagipula, aku tidak punya waktu untuk mengurus Bocah Ingusan sepertimu. Aku harus segera berangkat ke kampus."
"Aku ingin kau keluar dari Universitas itu."
Xiao Zhan langsung terdiam tatkala telinganya mendengar suara berat tersebut. Ketika ia membalikkan badan, Wangyi sudah berdiri beberapa meter darinya dengan tatapan setajam elang, seolah siap mengulitinya detik itu juga. Remaja berumur sembilan belas tahun itu menelan ludah ketakutan. "Apa, apakah kau sedang menasihatiku? Beraninya kau---"
Semua terjadi begitu cepat, ketika Wangyi berjalan mendekat dengan langkah tegap, menarik kerah bajunya agar sedikit menunduk dan langsung mencuri satu ciuman di bibirnya.
Xiao Zhan mengerjapkan kedua matanya sebagai tanda ketidakpercayaan. Ini bukan mimpi. Xiao Zhan bisa memastikan itu karena ia bisa merasakan terpaan napas hangat di permukaan wajahnya.
---
Klontang!
Wang Yibo tak mengindahkan suara benda jatuh di luar ruangannya. Dia sudah terlampau tak punya tenaga. Menghempaskan tubuh di kursi, lelaki tampan berbalut jas putih itu hanya bisa tergolek lemas. Ia tutup kedua kelopak mata dengan sebelah lengan. Dirinya tak boleh menangis meskipun seluruh hatinya remuk redam. Aku berhasil melompati waktu.
"Yibo." Tanpa menoleh Wang Yibo tahu orang yang baru saja masuk adalah asistennya.
"Ini bukan malam Jumat Kliwon, 'kan?" Ji Li mematung di dekat pintu dengan gelas kosong di tangannya. Wajahnya pucat pasi dengan tatapan kosong. "Xiao Zhan, aku di dapur---"
Lelaki mungil itu seketika terjerembab dengan tak eloknya karena dorongan pintu yang didobrak. Seorang lelaki manis muncul dengan spatula di tangan dan apron merah muda yang terpasang cantik di tubuh rampingnya.
"Profesor Wang! Jangan hanya mengeram dalam laboratorium. Cepat jemput anakmu atau kubakar komputermu!"
Yibo terperangah. Otaknya berusaha menarik tali rasional untuk menyimpulkan apa yang sebenarnya tengah terjadi. Aku mengubah masa depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Phoenix writers
De Todokumpulan drabble geje tentang hitam dan putih. Lapaknya para leluhur dan tetua ngasih komentar pedas :D Yang lain juga boleh komentar, asal yang membangun, ya :) Menerima semua kritik dan saran dengan lapang dada dan hati ikhlas.