bab 2 : Si Perkasa

4 1 0
                                    


-----------------------------

Sudah seminggu Bayu mendekam di dalam kamar. Matanya kini terlihat lebih cekung dari biasanya. Pakain dan celana kotor berserakan di sekitaran. Sarung setengah kumal teronggok di kolong dipan. Celana dalam legendaris miliknya, khas anak kuliahan, yang dengan ajaib tak perlu dicuci, menurutnya, tersampir dengan anggun di gantungan dari paku di balik pintu kamarnya. Itu bukan kebiasaan Bayu, tapi kini pikirannya sudah sepenuhnya teralihkan oleh kesibukan yang agak kurang berarti. Mencari informasi tentang Kapal Warwijk melalui internet di komputernya menjadi "sesuatu" baginya sekarang, lebih penting daripada sekedar mencuci pakaian, merapikan kamar bahkan untuk mandi sehari dua kali sekalipun.
Ibu dan adiknya pun harus rela ber-olah vokal setiap kali jam makan tiba.

"Kenapa Mas mu itu Tang, kok tak seperti biasanya?" Tanya ibu Bayu kepada anak keduanya yang bernama Lintang.

"Mboten ngerti buk, tapi kayak e dia mau beli kapal selam deh." Jawab lintang enteng.

"Kapal selam mainan? Bocah sudah lulus kuliah kok sik keranjingan dolanan." Protes ibu Bayu. Bu Mirna.

"Ya kapal selam asli lo buk, itu di komputernya saya lihat banyak kapal-kapal, malah saya dengar kemarin dia telponan tanya tanya dokumen apa gitu." Jawab Lintang melaporkan penyelidikannya.

"Dokumen.. dokumen, oh STNK-nya kapal selam mungkin. waduh, mas mu tambah edan!"

"Lha, STNK-kapal selam, bener buk." Timpal Lintang yang saat ini masih duduk di bangku SMA.

"Waduh, duit dari mana dia bisa beli kapal selam, Tang." Tanya bu Mirna merinding membayangkan harga kapal selam itu, kalaupun bisa terbeli juga bu Mirna tak tega untuk selanjutnya membayangkan Bayu antar jemput adiknya sekolah naik kapal selam lewat kali Berantas.

"Njenengan paham sendiri to buk, kalau mas Bayu itu tingkahnya macam-macam." Lintang sendiri juga merinding untuk membayangkan dirinya harus selulup tiap hari di kali Berantas setiap berangkat dan pulang sekolah.

"Itu dia, kemarin suruh cari kerjaan malah jawabnya dia ingin jadi penulis buku, penulis novel. Apa gunanya dia sekolah tinggi kalau cuma buat jadi tukang ketik." Keluh bu Mirna menyayangkan sifat anak pertamanya yang pembangkang.

Sementara diruang tamu para wanita beda usia sedang khusyuk membicarakan dirinya, di dalam kamar, Bayu masih sibuk melotot di depan kaca komputer. Matanya berbinar saat menemukan sedikit artikel tentang sejarah keberadaan kapal Warwijk. Perasaan senang membuncah dihatinya. Setidaknya, dia tahu bahwa kapal Warwijk itu benar ada dan tercatat dalam satu artikel di hadapannya, terlepas dari segala mitos dan legenda tentangnya.
Dengan teliti dan serius dia membaca setiap kata, lalu melongok kamus bahasa Belanda -Indonesia disamping kopi dinginnya.

Didalam kamar, Bayu menemukan bahagia. Sementara di ruang tamu, para wanita beda status itu malah semakin cemas. Apalagi ketika lintang menceritakan perilaku aneh kakaknya yang sering kedapatan melihat foto- foto lawas para pria Eropa.

"Jangan jangan mas mu itu, aduh. Amit amit jabang bayi, jangan sampai Tang."

"Loh itu pasti buk, itu gejalanya.."sambung Lintang yang terkenal dengan mulut kompornya. Bu Mirna geleng-geleng kepala. Dia merasakan anak sulungnya itu sedang bermasalah mental. Sementara Bayu menganggap, justru si Lintang itu sendiri masalah utamanya.

"Bingo!" Terdengar teriakan bayu dari dalam kamar. Sontak kedua wanita penggemar rasan-rasan itu melonjak kaget.

"Nah itu tanda-tandanya sudah dimulai buk, orang yang biasa berkata - Binggo- itu pasti kaum lelaki yang ada masalah kepribadian." Entah apa motivasi Lintang suka memojokkan kakak semata wayangnya. Kalau itu persaingan akademik tentu saja tidak mungkin, karena bisa dipastikan kapasitas otak Bayu lebih unggul, beda grade pendidikan pula. Seandainya itu persaingan perebutan harta warisan juga mustahil. Karena sebagai anak seorang Pegawai Negeri Sipil yang kelewat jujurnya, tidak ada fasilitas apapun di sekeliling mereka yang tidak kena label "kredit" alias hutang.
Mungkin karena Bayu pernah menolak untuk mengikuti jejak bapaknya menjadi pegawai, maka, harapan terakhir keluarganya hanya Lintang. Tidak heran jika saat ini, pendapat Lintang lebih didengarkan ibu-bapaknya daripada pendapat Bayu.

Dari catatan artikel berbahasa Belanda yang didapatnya dari sebuah situs di internet, bayu menemukan fakta bahwa kapal Warwijk asalnya bernama Hr.Ms. Mooie Betsy yang bertugas di hindia belanda bagian timur tepatnya di sekeliling perairan Aru hingga perbatasan perairan Papua New Guinea, tahun 1939. Kapal tersebut sudah banyak menenggelamkan kapal - kapal Inggris maupun kapal Jerman. Kapal Hr.Ms. Mooie Betsy tersebut pernah mengalami skandal saat perang kemerdekaan dengan dijadikannya kapal tersebut menjadi penjara tawanan Jerman dan pribumi. Segala macam penyiksaan dan kebrutalan pernah dilakukan di dalam kapal yang tak ubahnya seperti ruang tawanan dan penyiksaan. Sehingga, pihak militer Belanda mengirim pulang kapal tersebut kembali ke Kerajaan Belanda untuk menghindari kecaman dan pantauan dari lawan politiknya. Demi menghilangkan jejak, kapal tersebut dirubah namanya menjadi Kapal Ostein Von Warwijk, merujuk kepada nama kapten baru untuk kapal tersebut. Tanpa prefiks Hr.Ms. lagi untuk mengaburkan informasi bahwa kapal itu masih sepenuhnya milik Belanda. Dengan begitu, status kapal tersebut bukan lagi milik Koninklijke Marine, tetapi sudah berganti status menjadi kapal Mercenary.

Bayu mengangguk-angguk tanda paham walaupun setengah mati dia menerjemahkan kata demi kata bahasa belanda ke bahasa bumi pertiwi nya.
Di sangat puas dengan apa yang didapatkannya hari ini. Semangatnya berhasil mengantarkan dia kepada artikel kedua yang informasinya hampir serupa fengan artikel sebelumnya. Tapi, di situs berbahasa belanda ini, dia menemukan sebuah fakta baru bahwa kapal Warwijk akhirnya kembali ke perairan Nusantara saat Agresi Militer Kedua, sebagai kapal perang Swasta yang tugasnya memburu dan memecah konsentrasi formasi musuh di perairan laut Jawa. Salah satu tugas yang diembannya adalah membombardir pertahanan darat di Surabaya. Kembali, kapal ini melakukan kejahatan perang dengan memasukkan tawanan yang akan di "permainkan" di dekat selat Malaka.

Malang, kapal yang semuala bernama "Si Cantik Betsy" itu terpantau radar U-boat Jerman dan berhasil diketahui posisi nya. Adegan saling susul dan adu ketangkasan seni perang modern itu harus berakhir di daerah segitiga Formosa. Setelah itu tidak ada catatatan lagi tentang keberadaan Kapal Warwijk maupun u-boat milik Kriegsmarine yang bernama DKM Der Machtige.
Hingga malam menjelang, Bayu masih berkutat di Komputernya mencari informasi tambahan berbekal buntut informasi terakhir tentang Kapal Selam Der MaMachtige. Nihil, dia tak menemukan apapun kecuali omelan ibunya yang dibumbui oleh mulut kompor adiknya.
..
.

"Der Matchtige, kau-lah si perkasa itu." Gumam Bayu mengakhiri petualangannya hari ini. Selanjutnya dia harus berjuang menghadapi petualangan lain malam ini dimeja makan, menghadapi sang "Kapal" tua yang tangguh beserta si "kapal" tongkang kecil yang berisik.

Apapun yang akan menjadi perdebatan nantinya, Bayu harus siap dengan "cap" lelaki tak normal yang sudah disepakati secara sepihat oleh adiknya.

WarwijkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang