Bab 8 : Untung

5 2 0
                                    


Bayu dan Mbah Kaseri beriringan memenuhi tangga. Walaupun lebar tangga yang menghubungkan ruang tengah dengan kamar Bayu itu sempit, mereka tak juga saling mengalah. Mbah Kaseri terburu-buru karena ingin segera bertemu dengan orang yang bernama lik Bonaji itu, sementara Bayu terburu-buru karena ingin mengecek motornya, yang kuncinya dilemparkan mbah Kaseri tadi. Entah dari mana si kakek itu bisa mendapatkannya.

Bruk!

Mereka secara tak sengaja bertubrukan dengan pak Untung yang juga terlihat terburu-buru di halaman samping rumah Bayu.

"Walah Tuuuung..." Teriak Mbah Kaseri memegangi dagunya yang nyeri karena baku tubruk dengan pak Untung.

"Jo... eh Kaseri, sst. Sini!" Pak Untung langsung menggelandang tangan mbah kaseri menuju tumah gubuk di kebon rumah Bayu tempatnya menginap. Mbah Kaseri melongo, tak percaya, setelah selama ini pak Untung menganggapnya sebagai musuh bebuyutan, sekarang si mbah mendapatkan kepercayannya lagi.
"Kau lihat, Ri. Itu apa." Tunjuk pak Untung ke rerubtuhan rumahnya di seberang sungai yang lebarnya lebih dari dua ratus meter.

"Rumah mu Tung, dilihat dari sini kok semakin mengerikan ya,"

"Lihat jendela situ Ri, kalu lihat apa." Pak Untung memutar kepala Mbah Kaseri sedikit kearah yang dia maksud. Mbah Kaseri terbelalak melihat pemandangan yang tak biasa. Dari jendela rumah yang sudah kosong itu, dia melihat ada cahaya berkedip-kedip tak beraturan, lalu terlihat beberapa bayangan seperti wujud seseorang berlalu lalang dirumah itu.

"Gawat." Pekik mbah Kaseri tertahan.

"Iya gawat sepertinya, jangan-jangan itu..."

"Bener Tung, rumahmu ternyata berhantu." Potong Mbah Kaseri yang tak sabar mengutarakan pendapatnya atas apa yang baru saja dilihatnya.

"Duh, Gusti..." pak Untung menepuk jidat.

"Aku guyon (bercanda) Tung.. itu yang saya maksud tim protokol-91," Potong Mbag kaseri lagi mengkoreksi penyataan sebelumnya. Bayu dibuat melongo mendengar nama itu keluar dari mulut seorang Kaseri. Bukankah nama itu hanya familiar di telinga sebagian orang? Bayu semakin penasaran, siapa sebenarnya Mbah Kaseri ini.

"Protokol-91. Siapa sebenarnya kamu, siapa sebenarnya kalian berdua?" Bayu mengambil jarak sari mbah kaseri. Dia mengubah tubuh dan pikirannya menjadi posisi siaga. Dia siap melakukan perlawanan apa bila ada gerakan yang mencurigakan dari kedua orang tetangganya itu.

"Aku.. aku sebenarnya.. " Mbah Kaseri tergagap menjawab pertanyaan sederhana dari Bayu tadi. Hal itu semakin membuat Bayu curiga. Sekilas mbah Kaseri melirik pak Untung yang menggelengkan kepala perlahan mengisaratkan sesuatu.

"...Desy Ratnasari yang menyamar jadi laki-laki..." Lanjut Mbah Kaseri tanpa beban sambil berjalan mendekati Bayu. Bayu yang sudah siaga segera melakukan perlawanan. Namun, kakek si mantan preman yang lebih berpengalaman itu berhasil mementahkan serangan Bayu lalu memiting lehernya.

"Antar dulu kerumah Aji, nanti tak jelaskan disana, oke." Lanjut Mbah Kaseri menggelandang Bayu menuju motornya.
_________________________

Tahun 1971

Jamroni segera berdiri setelah mengetahui Jono berlari keluar ruangan. Dia melihat kebingungan di wajah seseorang bermata sipit yang dipanggil Sinyo itu. Selepas si ketua tim dan Aji berlari keluar menyusul jono, pucuk pimpinan diambil alih oleh Sinyo.
Dia segera membagi timnya menjadi dua. Satu orang berjaga di pintu ruangan Jamroni, sisanya beserta Sinyo bergegas menyusul ketua tim. Sebelum beranjak pergi, Sinyo menitipkan bungkusan kain kepada si penjaga itu sambil berbisik mengatakan sesuatu. Si penjaga tampak kaget, dia melirik kearah Jamroni. Jamroni dan si penjaga baku pandang lalu petugas itu memalingkan muka. Setelah Sinyo menepuk pundak si penjaga, dia segera pergi meninggalkan mereka berdua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WarwijkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang