07

4.3K 770 32
                                    

‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙

.
.
.


Hari-hari berjalan seperti biasanya. Sudah seminggu berlalu, dan [Name] semakin sibuk berkutat dengan tumpukan buku yang membuat kepalanya serasa meledak. [Name] meregangkan tubuhnya lalu berkacak pinggang menatap meja belajarnya yang sangat berantakan.

Bungkus snack, kaleng soda, dan buku-buku tebal serta lembaran kertas berserakan. Ia menghela nafas pelan. Memungut semua sampah yang dihasilkannya.

Selesai dengan itu, [Name] niatnya ingin membeli stok makanan di kulkas sekalian jalan-jalan. Kebetulan sekali ada toserba yang terletak tak jauh dari rumahnya.

Tak ingin ribet, [Name] hanya membalut tubuhnya dengan hoodie berwarna hijau. Lalu ia bergegas berangkat.

.
.
.

Mata [Name] celingukan mencari soda favoritnya. Tapi begitu melihat botol alkohol ia menjadi tergiur. Otaknya berpikir; menimang-nimang untuk membelinya atau tidak.

"Ah, Kak Shin tidak mungkin tahu. Beli satu aja, deh?" pintanya memutuskan. Meskipun usianya sudah terhitung legal, namun bagi Shinichiro, [Name] itu tetap gadis kecil yang harus dimanja.

Selesai belanja semua yang ia butuhkan, [Name] ingin pergi ke toko buku untuk membeli novel terbaru. Tapi saat masih berada di depan toserba, netranya menangkap sebuah kerumunan yang tak jauh dari posisinya. Karena penasaran, [Name] berjalan mendekat.

Saat sudah berhasil menerobos kerumunan, seketika bola matanya membulat, ekspresinya terlihat sangat terkejut.

"Manjiro?" pekiknya yang langsung berlari kecil kearah laki-laki itu.

"[Name]-nee?"

[Name] menatap sekujur tubuh Manjiro yang terdapat luka-luka. "Apa yang terjadi? Lenganmu kenapa berdarah?" tanyanya beruntun.

Manjiro perlahan bangun dengan tertatih. Bibirnya tersenyum tipis, "Tidak apa-apa. Tadi aku hanya kehilangan keseimbangan jadi jatuh dari motor," jawabnya.

"Permisi, perlukah aku memanggil ambulans?" tanya salah satu orang yang berada dalam kerumunan.

[Name] menatap Manjiro dan berkata, "Kita pergi ke rumah sakit saja, ya? Nanti lukamu bisa infeksi."

"Tidak perlu, nee-san. Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lecet dan itu tidak terlalu parah," tolaknya halus.

"Kau yakin?"

"Ya, tentu saja."

[Name] menghela nafas pelan. Ia kembali menoleh kearah orang yang bertanya tadi. "Terima kasih, tapi tidak perlu. Kebetulan aku adalah kerabatnya."

"Ah, begitu. Baiklah, lain kali hati-hati."

Gadis itu mengangguk kecil. Ia membantu Manjiro menepikan motornya. Kebetulan ada tempat duduk umum disana.

"Manjiro, tunggu disini. Aku akan ke apotek untuk membeli obat," ujar [Name].

Manjiro menggeleng pelan. "Nee-san, tidak perlu. Aku baik-baik saja. Luka seperti ini sudah biasa bagiku."

"Aku tidak peduli. Yang penting kau harus menunggu disini sebentar," kekehnya yang langsung menuju apotek. Manjiro hanya bisa menghela nafas pelan karena [Name] yang cukup keras kepala.

Selama sepuluh menit menunggu, akhirnya [Name] kembali dengan terburu-buru
Tanpa babibu ia mengeluarkan beberapa obat untuk mengobati luka. Kedua insan tersebut saling terdiam, sama sekali tak ada topik pembicaraan. Hingga Manjiro tiba-tiba angkat bicara membuka obrolan.

✓ ❝ Sano Shinichiro x Reader - Boyfriend SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang