.
.
.
Satu Tahun Kemudian,
Shinichiro memutar kenop pintu kamarnya secara perlahan. Langkahnya begitu samar, bahkan [Name] saja sampai tidak menyadarinya.
"Hei," sapanya sambil mengambil tempat di tepi kasur. Sang puan menoleh dan memberikan senyum manis terbaiknya.
"Sudah makan?" tanya [Name].
Shinichiro mengangguk pelan. Pandangannya beralih pada dua sosok mungil yang tengah berada dalam gendongan sang istri.
"Mau menggendongnya?" tawarnya.
"Boleh?"
"Boleh, dong. Kan kamu ayahnya."
Lima bulan setelah menikah, [Name] dikabarkan hamil kembar. Kabar tersebut tentu membuat semua orang bahagia, tak terkecuali Shinichiro yang kini menjadi calon ayah.
Tiap malamnya, ia selalu tidur dengan mengelus-elus perut [Name] yang kian membesar. Mengucapkan kata-kata manis, seakan tak sabar menunggu sang buah hati untuk lahir di dunia. Shinichiro berkali-kali mengucapkan terimakasih kepada [Name]. Rasa bahagianya sungguh tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Sorot mata Shinichiro tampak berbinar senang ketika mengambil alih gendongan salah satu buah hatinya. Sano Ichiro, putra pertamanya memiliki mata yang sama seperti [Name]. Sementara putra keduanya, Sano Nichiro, mewarisi mata Shinichiro.
Senyumnya mengembang lebar melihat putranya tertidur pulas. "Hei, mereka tampak lucu, bukan? Bagaimana bisa kau melahirkan seseorang yang menggemaskan seperti ini."
[Name] tertawa pelan. "Bukankah itu dari gen mu? Aku kan hanya terima jadi," cibirnya pelan.
Shinichiro kembali tertawa tulus. Tatapannya begitu lembut. Siapapun yang melihatnya tentu akan menyadari rasa kasih sayang yang terpancar.
"Lihat, dia tidurnya pulas sekali. Bahkan sampai tidak sadar kini telah beralih ke gendonganku."
"Mungkin dia justru bertambah nyaman ketika kau menggendongnya. Shin, terima kasih."
Ucapannya barusan membuat Shinichiro mendongak cepat. Memasang raut muka tak setuju. "Jangan seperti itu. Justru disini aku yang merasa berterima kasih padamu. Menikah denganku, tentu keputusan yang sulit, bukan?"
"Hm, kenapa seperti itu?"
"Aku tahu semuanya, [Name]. Ayahmu berniat menjadikanmu ketua mafia berikutnya, bukan? Tapi ... entah kenapa kau justru memilih bersamaku seperti ini. Seorang laki-laki yang tak jauh lebih baik daripada mereka yang hendak meminangmu di luar sana."
Tangan lembut [Name] menangkup sebelah pipi Shinichiro. "Shin, aku sudah berkata bukan? Menikah denganmu adalah keinginanku sejak lama. Lagipula aku tidak berniat menjadi ketua mafia. Masih ada kakak-kakakku yang lebih pantas. Jadi, sekali lagi tolong jangan pernah berkata hal demikian. Aku mencintaimu."
Ucapan [Name} terasa begitu tulus. Ia tak berubah sama sekali di mata Shinichiro. Perempuan itu dari dulu sampai sekarang adalah dunia Shinichiro. Tak khayal hatinya dapat ditaklukkan oleh perangai lembutnya.
"Aku ... juga mencintaimu."
Keduanya lantas melempar senyum lebar. Namun tak lama setelah itu, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Sontak perhatian suami-istri tersebut teralihkan.
"Nii-san, kau di dalam, bukan? Semua orang sedang menunggumu. Jadi cepatlah keluar." Izana berseru sedikit kencang, berharap dua insan yang berada di dalam kamar dapat mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✓ ❝ Sano Shinichiro x Reader - Boyfriend Series
Fanfiction: ・゚✧ *:・゚✧ *:・゚✧ *:・゚.✧:・゚.✧ *:・. ┊ ┊ ┊ ┊ ┊ ┊ ┊ ❀ ┊ ┊ ✧ ┊ ❀ ✧ [Sano Shinichiro x Reader] ➹ Tokrev Boyfriend Series ➹ "Kak, nikah sekarang, yuk!" "Sekolah dulu sana." "Yahh, aku ditolak nih?!" Tokyo Revengers mi...