Chapter 7

11 5 0
                                    

                              VOTE
                            KOMEN
         FOLLOW ME AND MY FRIEND:agathavalerie23

Empat sekawan tengah memutari Mall dengan masing masing memegang plastik pembungkus belanjaan mereka sendiri sendiri, juga sama sama dengan rambut tergerai berwarna hitam, bedanya salah satu diantara mereka mempunyai warna yang mencolok yaitu mera...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Empat sekawan tengah memutari Mall dengan masing masing memegang plastik pembungkus belanjaan mereka sendiri sendiri, juga sama sama dengan rambut tergerai berwarna hitam, bedanya salah satu diantara mereka mempunyai warna yang mencolok yaitu merah jambu atau pink.

Memang Sintia atau Sinting ini kerap mencari sensasi, rambut sebahu berwarna pink nya selalu mencuri perhatian. Tak jarang pula, Sindi selalu menyindir nya, walaupun begitu mereka tetap selalu bersama sama. Biasanya ada si Sapak, namun gadis itu tengah demam dan harus di rawat oleh Mbak Fidi jadi tidak bisa kemana mana.

Zena sendiri sebenarnya sudah lelah, kakinya sudah lemas dan ia butuh air untuk meredakan tenggorokannya yang kering. Mereka bertiga memang sama saja menyiksanya, menyuruh untuk melakukan satu hal sekaligus.

"Istirahat dulu lah weh! Capek bangsat" Zena menumpukan kedua tangannya ke lutut, membuatnya sedikit membungkuk.

Cyra yang merupakan tipe teman yang pengertian lantas ikut berhenti di samping Zena, membuat akting seolah-olah ia tengah kepanasan. Namun memang itu benar adanya, walaupun mall ini dilengkapi dengan pendingin udara, namun tetap saja siapa yang kuat saat harus dipaksa berjalan selama satu jam nonstop mengitari tempat yang begitu besarnya.

"Beli minum lah woi! Kaki lo dibuat dari apasih? Baja?!" Cyra menyenderkan tubuhnya ke tembok dibelakangnya.

"Gitu aja kagak kuat cemen lo" Cibir Sindi.

"Halah! Lo aja tadi ngeluh kan?! Ngomong bakar lemak tapi tiap hari makan" Balas Sinting tak kalah panas.

"Ya kalo gue kagak makan, mati setan"

"Udah weh! Cari resto atau cafe dulu kek, bisa pingsan ni bocah" Cyra sudah menepuk nepuk punggung Zena, seperti seseorang yang tengah membantu orang muntah.

Akhirnya mereka kembali berjalan, kali ini tujuan mereka adalah kelantai dua dimana restoran berada. Demi cd mermaid man yang gak pernah di ganti Zena sungguh lelah, ia benar benar ingin beristirahat.

Sesampainya di resto itu, ia langsung memilih tempat duduk yang kosong meninggalkan teman-teman yang masih tertinggal dibelakang. Dia menjatuhkan barang belanjaannya begitu saja di lantai, mendongak menatap langit langit resto yang di cat berwarna putih.

"Ting! Sinting!" Yang di panggil hanya menoleh dengan wajah kusut.

"Sono pesen, ini kan giliran lo" Sindi memberikan uang kepada Sinting, dan hanya di balas decakan kesal dari gadis cantik itu padahal ia baru saja duduk.

Jika tau seperti ini, lebih baik Zena ikut dengan Reno saja, tadi pagi lelaki itu sempat pengirim nya pesan mengatakan jika lelaki bermata bulan sabit itu mengajak nya untuk bersepeda pagi sambil mencari sarapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SMA or SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang