Chapter 1 - 일

164 15 2
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak untuk penulis dengan cara voment.

Ff ini berisi konten sara'.
Bagi yang tidak nyaman, silahkan mundur teratur ya.

Selamat membaca♡♥

Suatu hari yang terbilang masih terlalu pagi, seorang gadis berbekal tas jinjing kerja dengan style casual melangkah cepat menuju kantor penyiaran- setelah turun dari bus yang membawanya ke halte terdekat darisana 30 menit yang lalu.

Wajah pendiam dengan sorot tegas terkesan datarnya mengisyaratkan ia sebenarnya tak suka jika dipaksa ke kantor di luar jadwal hariannya.

Dengan kata lain saat ini ia sangat amat terpaksa.

Gadis itu kemudian masuk ke ruangan dimana tempat berkumpulnya para Dubber dan Subber yang sering terlibat untuk menerjemahkan serial drama atau variety show dari luar negri.

"Ciyee... Kak Jihan tumben datang pagi-pagi?" Sapa salah seorang staff yang tengah mengambil beberapa file untuk dibawa ke studio penyiaran.

Jihan mendelik bingung karena merasa ia tak salah informasi "Bukannya disuruh atasan datang lebih pagi, Bil?"

"Hah kata siapa? Kak Bia aja blm dateng tuh!" Oceh gadis yang umurnya tidak jauh dengan Jihan, bernama Sabila.

"Kalo Bia emang bilang sengaja telat." Sahut Jihan datar nyaris tanpa ekspresi.

"Kenapa?"

"Ke Rumah Sakit, katanya mau ke spesialis THT" sahut Jihan memberitahu. Sabila yang tadinya berniat keluar ruangan urung melakukannya karena terkejut.

"Hah? Kak Bia sakit hidung?"

"Bukan hidung sih tapi tenggorokan. Katanya gara-gara nge-dubbing peran Songya kemaren" jeda gadis itu berdecak singkat "kasihan. Di drama itu suara dia kalau gak dipakai teriak marah-marah, ya teriak nyanyi" ungkap Jihan menjelaskan keadaan teman sekamar kos sekaligus rekan kerjanya itu.

"Oh- tapi aku salut banget kak, kalian berdua yang paling totalitas ngisi suara." Ujarnya sambil menunjukkan jempolnya, "tapi sekarang belum jadwal kalian ngisi suara sih." Gumamnya pelan.

"Lah- trus aku ngapain disuruh datang pagi-pagi?" Tatap Jihan heran.

Tiba-tiba ada seorang pria membuka pintu dan menyapa mereka berdua singkat lantas menunjuk gadis yang tadi masih bingung apa alasannya disuruh datang lebih pagi. "Jihan karena kamu sudah sampai, cepat ke ruangan saya!" Titahnya disusul menghilang, sampai-sampai gadis itu hanya bisa mengekori pasrah sang atasan.

𝐀𝐢𝐫𝐩𝐥𝐚𝐧𝐞

Beberapa saat setelahnya- pria yang belum dikatakan tua bernama Pak Hoya, kini duduk dan Jihan yang berdiri di hadapannya dengan perantara meja. Gadis itu sempat mencuri tatap sang Bos yang menarik napas cukup panjang sebelum bertanya. "Oh ya Jihan, weekend ini kamu sibuk gak?"

Gadis itu termenung sesaat, ada urusan apa bosnya menanyakan hal semacam itu. Bukan mengajak kencan kan? Karena fakta si bos; pria keturunan Korea yang masih melajang saat umurnya sudah hampir 40 tahunan. "Hm.. paling kondangan pak." gumam gadis itu pelan.

"Sabtu dan minggu?" Tanya si Bos lagi.

"Sepertinya hanya hari minggu" sahut Jihan tak kalah singkat.

"Siang apa malam?" Tanyanya lagi, seolah tengah melakukan interview untuk pelamar kerja. Jihan mendengus lemah karena ia malas jika harus berdiskusi tentang sesuatu yang bukan dalam lingkup pekerjaannya. Tapi sepertinya obrolan ini akan menjadi urusannya.

𝐀𝐢𝐫𝐩𝐥𝐚𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang