Chapter 2 - 이

108 15 7
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak untuk penulis dengan cara voment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa meninggalkan jejak untuk penulis dengan cara voment.

Ff ini berisi konten sara'.
Bagi yang tidak nyaman, silahkan mundur teratur ya.

Selamat membaca

Sebelumnya....

“Kau ingin beli hape baru kan? Inilah kesempatanmu. Tidak apa-apa begadang dua hari asal tak menggunakan gajih bulanan.” Bujuk Bia pada sang rekan yang sedang ingin membeli ponsel tapi tak mau mengurangi pemasukan bulanannya.

Itulah kata yang bisa mengubah pendirian Jihan dalam sekian detik, gadis itu akhirnya menerima pekerjaan menjadi juru bahasa membantu panitia konser untuk beberapa jam.

Padahal nyatanya Jihan termasuk orang yang berada. Pada akhirnya gadis itu menarik napas panjang sebelum melenguh pasrah “baiklah.”

“Tapi aku masih bingung!”

“Tentang apa?”

“Sebenarnya gajih bulananmu kemana sih? Padahal orangtuamu pensiunan dan cukup- ” Bia melipat bibirnya canggung karena Jihan tiba-tiba menatapnya tajam. Tak ingin ditanya lebih jauh.

“Baiklah. Aku diam.”

“Ayo kita cari makan saja.” Ajak Jihan mencairkan suasana.

𝐀𝐢𝐫𝐩𝐥𝐚𝐧𝐞

Dan tibalah saatnya- weekend yang sudah direncanakan. Jihan, Bia dan beberapa orang tertentu yang sudah direkrut hari ini telah bersiap di area Venue Konser.

“Nih! Dibayar full dua hari” Ujar Bia menyerahkan amplop berwarna coklat berisikan nominal yang terbilang cukup untuk membeli ponsel keluaran terbaru dengan spesifikasi menengah, seperti keinginan Jihan.

“Serius, mereka bayar dimuka? Berapa isinya?” Tatap Jihan tak percaya jika ia dan Bia yang baru sampai di Venue 10 menit lalu sudah menerima pembayaran.

“Serius tau! Isinya lumayan lah. Bisa makan bakso segerobak!” Bisik Bia pelan seakan takut ada yang mendengar. Padahal mereka semua yang berada disana mendapat amplop yang sama.

“Wah...” cicit Jihan pelan.

“Hebat kan?!”

“Ya~ hebat tapi- apa kau tidak curiga, ini bisa saja uang tutup mulut jika disini terjadi sesuatu.” Bisik Jihan penuh selidik. Seketika memudarkan senyum Bia besert amplop di tangannya.

“Kau jangan bicara berlebihan begitu, jadi mengusik ketenanganku, membuat takut saja.” Keluh Bia bersungut, amplop dengan nominal cukup besar itu bahkan tak mampu membuat cengirannya kembali.

“Habisnya, biasanya kan kita kerja dulu baru dibayar tapi ini malah sebaliknya.” Sahut Jihan menegaskan kecurigaannya.

“Mungkin inilah yang dinamakan Korean style~” oceh Bia dengan logat sok inggrisnya. Bermaksud mengatakan orang Korea akan menggaji mereka dimuka.

𝐀𝐢𝐫𝐩𝐥𝐚𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang