Chapter 5 - 오

47 6 10
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak untuk penulis dengan cara voment

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa meninggalkan jejak untuk penulis dengan cara voment.

⚠Ff ini berisi konten sara'.
Bagi yang tidak nyaman, silahkan mundur teratur ya.

Selamat membaca...

Hoseok udah mau kelar wamil hei, tapi aku baru bisa lanjutin ini.huhuuuu
Yah,, akhirnya aku harus bilang ini lagi.😅😅
Karena ff ini up nya baru aja setelah sekian purnama. Kalian bisa balik ke chapter sebelumnya, mungkin ada yang udah lupa ceritanya.

Sebelumnya...

"Baiklah, kalo begitu senin depan kalian bertiga ikut saya ke Korea ya?"

"HAH, APA?!!!!"

"Kenapa? Kalian tidak mau ikut?"

Ketiganya sontak memandang satu sama lain. "Bukan begitu Pak, tapi memangnya ada Project apa ya? Mendadak begini Kita belum ada persiapan apa-apa." Keluh Bia dengan sok jual mahalnya.

"Hallah. Kalian lupa Saya dari negara mana. Urusan kesana itu gampang diatur." Jawab Hoya pongah.

Tubuh Bia mencondong ke samping cendrung berbisik pada Sabila. "Ini pak Hoya pede banget kita bakalan ikut? Memang Kita disuruh ngapain ya?"

Sabila menggeleng brutal nan canggung sebagai jawaban.

Disisi lain pak Hoya mulai mengeluarkan jurus andalannya, yaitu berkacak pinggang disertai omelan jenuh. "Berbisik nyaring seperti itu, kalian pikir saya tidak dengar?"

"Anu Pak, kita kan nethink ya kalo tiba-tiba disuruh keluar negri tuh, takut dijual gitu." Ujar Bia blak-blakan. Pak Hoya yang tadinya kesal seketika meledak, berubah memunculkan gelak tawanya.

"Kalian ini ada-ada saja. Memang siapa yang mau beli orang secerewet kamu ini? Diajak keluar negri harusnya senang dong." Kelakarnya lagi masih dengan gelak tawanya.

Jihan, Bia, dan Sabila seketika takjub bahkan menjatuhkan rahangnya. Hoya yang tadinya terbahak mendadak berdehem mencoba datar.

"Kenapa kalian menatap saya seperti itu?" Tanya Hoya heran tak menegerti arti tatapan bawahannya.

"Sudah bertahun-tahun kita kerja disini. Perasaan baru ini deh Bapak ketawa lepas." Oceh Bia masih nampak kagum.

"Bapak lagi bahagia ya mau pulang kampung?" Tanya Sabila asal.

"Oh iya, ini mau Chuseok kan Pak?" Tebak Jihan akhirnya bersuara, sedari tadi inya hanya ikut mengamati situasi.

"Iya. Salah satunya itu. Tapi kalian ke Korea bukan tanpa alasan." Ujar Pria itu lantas memberikan sebuah amplop kertas berwarna coklat yang disambut oleh Jihan.

"Kemarin saya dapat undangan dari salah satu Stasiun TV untuk meliput kantor mereka. Ya bisa dibilang ini sejenis Broadcast Tour." Ujar Hoya menjelaskan sesingkat mungkin.

𝐀𝐢𝐫𝐩𝐥𝐚𝐧𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang