**
Ah! Sial!
Memang seharusnya dia tidak datang terlalu pagi. Lihat! Sekarang dia harus menunggu dua jam di kampus karena pembimbingnya belum datang.
Sial! Sial! Sial!
Jika dia menunggu dua jam disini, maka hari cutinya bekerja akan terbuang begitu saja. Tapi jika dia pulang, itu sama saja bolak-balik dua kali. Buang-buang bensin!
"Belll!!"
Panggilan itu membuatnya menoleh. Ariska - sahabatnya baru datang dengan wajah ceria. Tapi begitu melihat raut kusut Arbelia, tubuh gadis itu membeku.
"J-Jadiii.. Arrgghhh!! Tuh kannn gue bilang apaaa!!" kesal Ariska membenamkan wajahnya di bahu Arbelia.
"Sumpah demi apapun, gue buru-buru kesini karena tuh dosen ngancem gak mau TTD kalau kita telat!!"
Arbelia yang juga korban hanya bisa tersenyum tipis sambil menepuk-nepuk bahu Ariska agar gadis itu tenang.
"Mengcape!!"
"Udahh.. kita makan di warung belakang kampus aja yuk. Sambil nonton film"
Meski sebenarnya malas, Ariska menurut. Dia tidak mau menjadi arca batu gara-gara menunggu selama dua jam di lorong yang masih sunyi sepi seperti kuburan!
"Bel, lo di undang bu Rina juga kan? Pengajian di rumahnya nanti"
Mereka berdua sudah duduk di warung belakang kampus. Anak-anak kampus menyebutnya Warkus, alias warung belakang kampus. Entah siapa yang buat, namanya saja tidak nyambung.
Arbelia mengangguk, "Iya, lo juga kan?"
"Duhh... males banget gue. Mana doi gue ngajak nonton juga"
Kalau sudah begitu Arbelia tidak bisa berkata apapun. Memang dasarnya Ariska saja yang malas. Makanya dia bawa-bawa sang kekasih sebagai tameng perlindungan. Arbelia hafal betul sifat kawan sejak SMP-nya ini.
"Yaudah. Nanti gue sampein lo ada acara lain"
"Aaawww!! Thank's bestie!" pekik Ariska senang
"Hmm.. Seneng kan lo"
"Ehehee.. makanya lo terima dong kalau ada yang nembak lo, biar ada tameng juga kayak gue"
"Mati dong di tembak"
"Ishh" cubit Ariska kesal. "Bukan gitu bambang!"
Arbelia tertawa, "Iyeee gue pahamm.. Tapi gimana yaa Riss. Gue masih nyaman sendiri"
"Serah lo dehh.."
Dia hanya menanggapi hal itu dengan tawa. Lalu menyuap soto ke mulut. Rasanya pikirannya kembali tenang.
Ucapan Ariska sedikit mengusik dirinya. Sebenarnya dia sendiri ingin punya pacar. Apalagi menginjak umur 19 jalan 20 tahun, rasanya aneh saat ada yang bertanya 'sudah punya pacar atau belum' dan dia menjawab 'belum'.
Arbelia tidak pernah pacaran. Itu benar. Tapi, ada alasan mengapa dia tidak pernah berpacaran. Mengapa dia selalu menolak laki-laki yang menyatakan perasaan padanya.
Bukan. Dia tidak menunggu siapapun. Tidak juga bersikap sok jual mahal dan tukang pilih-pilih.
Dia punya janji, tidak dengan laki-laki lain melainkan dengan sang ayah. Bahwa selagi dia mengenyam pendidikan, dia tidak akan pernah berpacaran.
Lagipula...
"Jangan buat ibu merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya"
Ahh.. Benar.. Diaa..
KAMU SEDANG MEMBACA
Eu
Romance"Sejak awal, pertemuan kita adalah kesalahan. Seperti yang pernah mereka ucapkan. 'Seharusnya kita tidak saling kenal' " Pertemuan itu adalah permulaan. Dimana hidup seorang Arbelia Leriana yang semula baik-baik saja, berubah menjadi mimpi buruk yan...