Keempat

5 1 0
                                    

*

"Mau kemana?"

Sejak selepas zuhur, Arbelia langsung membereskan semua yang sekiranya tidak akan mengganggu kegiatan menontonnya. Dia mulai bersih-bersih rumah, membereskan cucian piring, dan mengangkat jemuran. Lalu setelahnya dia mandi dan bersiap-siap menunggu waktu Ashar.

Tentu saja hal itu menarik perhatian sang ibu, yang sejak tadi menjahit payet kebaya. Karena biasanya dia akan bersih-bersih mendekati waktu ashar.

"Mau nonton wayang di Art Centre"

"Sama siapa?" kali ini pandangan ibu tertuju ke arah Arbelia yang baru selesai memakai jilbab.

"Sama temen, kenal sama bu Rina juga kok"

Ibu ingin bertanya laki-laki atau perempuan, tetapi bertepatan dengan itu azan berkumandang. Arbelia pamit untuk sholat yang di iyakan ibunya.

Tak berselang lama, suara ketukan pintu terbuka. Arbelia tidak menggubris sampai kamarnya di ketuk oleh ibunya.

"Di depan itu temanmu?" pandangan ibunya terlihat berbeda.

"Hah?" Arbelia mengernyit, dia merasa teman-temannya tidak ada yang mengatakan akan ke rumah.

Tapi ketika ponselnya bergetar, barulah Arbelia sadar jika dia lupa mengatakan pada Saka untuk menunggu di depan saja.

Mampus!

Arbelia mengangguk cepat, lantas bergegas ke depan dan melihat Saka duduk di ruang tamu.

Sial! 

"Kok cepet?" Arbelia berusaha menyembunyikan kepanikan. Sementara Saka berdiri dan menyalami tangan ibunya.

"Tadi sholat ashar di masjid sebrang sana" ucapnya, "Mohon izin tante, nama saya Saka, saya mau mengajak Arbelia keluar menonton Wayang. Maaf jika kedatangan saya mendadak" papar Saka meminta izin.

Dia membaca kegugupan Arbelia ketika bertatapan dengannya. Ibu terdiam sejenak. Menatap Arbelia dan Saka bergantian. 

Lalu menghela napas berat, "Yasudah, pulangnya jangan terlalu malam. Lia, jangan sampai lupa sholat" di tatapnya mata Arbelia, "Ingat pesan ibu"

Arbelia mengangguk mengerti. Selain pesan yang baru saja ibunya ucapkan, terselip pesan-pesan lain yang akan selalu Arbelia ingat dengan baik.

"Nak Saka, saya titip Arbelia"

Saka mengangguk dan mengatakan akan menjaga Arbelia dengan baik. Mereka berdua pamit dan berjalan keluar dimana Mobil Saka terpakir. Karena lokasi gang rumah Arbelia yang tidak memungkinkan mobil untuk masuk.

"Hhhh" 

Di dalam, Arbelia menghela lega, "Sori, gue lupa bilang tadi"

"Santai" Saka memintanya tenang, "Wajar seorang ibu khawatir. Kalau pun elo larang buat masuk, gue bakal tetep minta izin"

Sebenarnya bukan masalah izin. Arbelia yakin baik Saka datang meminta izin atau tidak, mereka akan tetap pergi. Hanya saja ada yang membuat Arbelia merasa risih. Apalagi mobil Saka terparkir di ruko kosong depan Gang. Otomatis Saka akan berjalan kaki sampai ke rumahnya yang berada di tengah-tengah gang. Hal itu akan memicu percakapan kecil yang muncul.

Dan Arbelia yakin satu gang sudah tau jika dia berjalan keluar dengan laki-laki dan sudah menjadi topik hangat.

Ah, sudahlah. Dimana pun sepertinya dia akan selalu bertemu dengan gosip tetangga. Bahkan jika dia duduk di depan membaca buku pun akan tetap menjadi topik.

Haaahhh.. Melelahkan.

*

Pertunjukan wayang berlangsung selama 3,5 jam. Lalu berlanjut dengan teater Mahalangu IV. Mereka berdua mengambil jeda antara waktu sholat maghrib dan isya. Panggung masih ramai menampilkan tarian. Tapi karena pertunjukan utama sudah usai, beberapa kursi sudah terlihat kosong.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang