020 [ BME ]

476 77 5
                                    

──────────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──────────

Gelap, pengap, serta pencahayaan temaram adalah bukti situasi tak mengenakan jika kalian berani macam macam atau menjadi tahanan di istana vampire liar.

Hanya beralas jerami, tanpa kasur empuk serta pencahayaan yang cukup itulah kamar sementara Hoseok selama beberapa jam lalu. Setelah tak sadarkan diri dan dibawa terbang oleh Jihoon, saat ini ia tengah mencoba mencerna apa yang baru saja ia alami.

Dengan kepala yang masih berdengung, serta jari yang sesekali mengusap mata nya untuk memperjelas penglihatan, Rungu Hoseok berhasil menangkap suara derap langkah kaki yang tengah berjalan ke arah tempatnya di tahan.

"Sudah bangun?"

"S - siapa kau? Tolong saya." Orang itu semakin mendekat, mengikis jarak yang hanya beberapa meter antara dirinya dan juga Hoseok.

Mata Hoseok membelalak sembari menghembuskan nafas nya lega, setidaknya itu teman serta sahabat dari masa kecil nya, tak mungkin ia akan setega itu membiarkan sahabatnya di tahan disini bukan?

"Jim, syukurlah itu kau. Lepaskan aku."

"Maaf seok, aku tak bisa melakukan apapun, apalagi membantumu untuk bebas dari sini. Sekali lagi maafkan aku."

"Tapi kenapa?" Cecarnya, Jimin menggeleng dan tersenyum simpul. Mengusap lembut jemari Hoseok yang tengah memegang besi pembatas lalu melenggang pergi. Menghiraukan teriakan Hoseok yang mohon untuk di bebaskan.

🎞️

"Sudah menemuinya nak?"

"Ayah, jangan seperti ini."

"Kamu sudah berjanji tak akan berdebat lagi Park Jimin."

"Tapi bukan seperti ini, yah."

Chanyeol menghela nafasnya panjang, menetralkan emosi yang hampir meluap karena lagi dan lagi sang putra sulung mempermasalahkan hal yang sama dengan nya.

Bukan kah kehadiran Hoseok akan membawa keberuntungan juga kejayaan Clan nya, lalu untuk apa vampire itu mempermasalahkan apa yang sudah di putuskan oleh ayahnya dan beberapa petinggi.

"Hyung, mau jalan jalan?"

🎞️

Saat ini, Jihoon dan Jimin sedang berjalan santai menyusuri rawa di belakang mansion nya.

Udara segar menerpa kulit kedua vampire berbeda usia itu, sejujurnya Jihoon pun tak tega melihat sang kakak harus berjuang sendirian guna membebaskan Hoseok yang mana ia tahu adalah cinta pertama bagi kakak nya setelah hidup beratus tahun lama nya.

Tapi, tugas tetap lah tugas. Kelangsungan Clan Lucita lah yang menjadi prioritas sekarang.

"Aku tahu apa yang ada dipikiranmu sekarang." Mulainya, terdengar helaan nafas berat dari arah yang lebih tua.

"Kenapa harus Hoseok?"

"Tepat sekali." Jawabnya, Jimin masih diam menunggu kelanjutan dari omongan yang lebih muda.

"Kau tau kan siapa Hoseok, hyung? Hanya itu alasan nya, bahkan kau mengikuti pertemuan bersama para petinggi, aku yakin kau menangkap jelas maksud dari ayah."

"Maksudku, kenapa ayah mempertaruhkan nyawa orang lain demi kelangsungan Clan"

"Aku yakin kau tau hyung."

"Aku tak tahu Jihoon, aku ingin Clan kita tetap ada namun aku tak ingin jika Hoseok lah yang menjadi tameng untuk kelangsungan Clan kita."

"Kau mencintainya kan?" Jihoon tersenyum kearah kakak nya lalu kembali melanjutkan berjalan santai sembari beberapa kali bersiul kecil guna meringankan beban pikiran akibat kegalauan sang kakak.

Di lain tempat.

Hoseok masih duduk memeluk lututnya gemetar, bukan karena ia terlalu takut berada di tempat gelap. Namun karena harapan untuk bisa keluar rasanya semakin jauh dari jangkauan nya.

Harapan satu satu nya adalah Jimin, sang sahabat kecil. Namun tak mungkin lagi setelah mengetahui ketidak berdayaan vampire itu. Serta ia mengingat ucapan Suga yang bilang jika Jimin sama dengan nya. Saat itu, ia menolak mentah mentah dan menganggap omongan dari Suga adalah bualan belaka yang di rancang karena rasa cemburu nya.

Namun kali ini ia mengakui kebenaran itu, Jimin bukanlah manusia dan Jimin bukanlah makhluk yang baik. Ia sama seperti ayah dan adik nya.

"Hosiki ku yang malang."

"S - siapa kau? J - jimin?"

Suara derap kaki semakin mendekat, Hoseok memundurkan dirinya dan menempel sembari memeluk lebih erat kedua lututnya. Disana, di bawah lampu yang sengaja di letakkan di atas pintu terdapat satu orang dengan perawakan tinggi tegap tengah menatap ke arahnya.

Seringai tipis di sudut bibirnya semakin meyakinkan Hoseok kalau dia, bukanlah sosok yang menjadi tameng nya, bukan sosok lemah lembut, serta bukan sosok yang selalu memberinya kasih sayang melimpah.

Semua nilai plus dalam dirinya melebur seketika bersama suara tawa nyaring yang membuat Hoseok sontak menutup telinga.

"Ini ayah, hosiki".


***
Sampai Jumpa

***Sampai Jumpa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BOY MEET EVIL [ YONSEOK/SOPE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang