[1] - Kumat

508 118 8
                                    


9 Bulan setelah Karantina.

  Keringat bercucuran. Jatuh pada pelipis hingga bergilir pada rahang tegang pemuda disana. Rasa gerah dengan sensasi lengket di sekujur tubuh membuat tubuhnya menggeliat tidak nyaman.

  Entah sudah berapa kali ia menyeka keringatnya yang kian bercucuran. Yang ia pedulikan hanyalah satu.

  Ia ingin segera pulang, dan mandi.

  "Kerja bagus Omi-kun!" atensi seorang pria bernama Sakusa Kiyoomi itu beralih pada sosok dengan surai kuning yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Yang dipanggil hanya mengangguk sekilas sebelum kembali meneguk air putih dari tumbler olahraga miliknya.

  "KERJA BAGUS SEMUAA!" kali ini suaranya menggelegar. Sudah dapat dipastikan bahwa pemiliknya adalah Bokuto Koutaro. "Berisik." ujar Sakusa sembari mengernyitkan dahinya.

  Bokuto terkekeh girang seperti biasanya, lalu meneguk air minum dari sebuah botol yang berada di tangan kanannya. "Lo keliatan lebih semangat hari ini." lanjut si pemilik surai putih beraksen hitam itu.

  Kiyoomi segera berdiri. "Hm? Biasa saja." tukasnya sembari berdiri dari posisi duduknya. Gerak-geriknya mengarah pada area loker, membuat yang disekitar menyadari bahwa sudah waktunya untuk pulang.

  "Balik juga ah," sahut Atsumu. Pria itu mengekori Sakusa dari belakang. "Sam, tunggu-- Hinata ayo balik!" Bokuto bangkit dari duduknya, melirik pada sosok dengan surai oranye yang masih duduk sembari mengambil nafas yang hampir tak beraturan.

  "Duluan aja kak, aku nyusul."

  Setibanya di ruang loker, tanpa membuang waktu, pria itu langsung berkemas. Ia menanggalkan kaos pada tubuhnya yang sudah dibasahi keringat, lalu memasukkannya kedalam sebuah plastik klip berukuran sedang. Setelah selesai dengan semua itu, pria itu meraih tasnya, lalu mengunci lokernya agar tidak terkontaminasi dari satupun jenis kuman.

  Beberapa saat kemudian, terdengar beberapa langkah kaki yang mendekat. Diiringi dengan bincang-bincang tipis, suara itu kian terdengar lebih jelas. Ternyata yang disana adalah Atsumu dan Bokuto, yang diikuti oleh Shoyo dari belakang.

  Kiyoomi tidak menggubris akan hal itu. Tujuannya hanya satu, ia ingin pulang. "Loh, langsung pulang, Mi?" Atsumu terkejut dengan Sakusa yang sudah bergegas untuk meninggalkan tempat itu.

  "Gue buru-buru." balas Sakusa. Hal itu dibalas dengan tatapan tidak percaya dari ketiga orang lainnya yang berada disana. "Kotor, mau mandi." tambahnya. Setelah melihat ekspresi curiga dari ketiganya.

  Shoyo yang sedari tadi hanya menyimak serta mengiyakan perkataan dari kakak-kakak tingkatnya itu akhirnya bersuara. "Mau mandi atau mau ketemu nee-san?"

  Perkataannya barusan disambut oleh tawa girang dari kedua sosok yang terkenal introvert disana. "Nah, ketauan kan lo!" ucap Bokuto di sela-sela tawanya.

  Shoyo terkekeh kecil setelah sukses menjebak calon kakak iparnya itu dengan pertanyaan skatmat barusan. Pria dengan surai hitam pekat disana hanya menghela nafas pasrah.

  Toh, apa boleh buat?

  "Salah satuya juga itu," tukasnya malu-malu. Tawa Atsumu dan Bokuto makin terdengar, menggema di penjuru ruangan.

𝙏𝙝𝙚 𝙋𝙖𝙩𝙝 𝙊𝙛 𝙐𝙨 |  𝘚𝘢𝘬𝘶𝘴𝘢 𝘒𝘪𝘺𝘰𝘰𝘮𝘪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang