apa yang di janjikan haruto beberapa jam lalu benar dilaksanakan. sosok tegap dengan tinggi semampai itu berdiri santai di depan kelas jeongwoo, bermaksud menunggu kekasih nya keluar kelas.
maka ketika perawakan jeongwoo mulai menyapa aksa nya, haruto tersenyum. menggandeng pelan tangan yang gemar ia genggam menuju warung ibuk.
"aku suka kalau kamu gandeng aku," ucap jeongwoo membuyarkan kesunyian antara kedua nya.
"memang kenapa?"
"aku kaya berasa udah mencapai titik tertinggi kebahagiaan dan udah ada di masa depan," jawab si manis dengan kalimat magis.
magis karena kalimat sederhana namun luarbiasa dari jeongwoo sukses membuat hati nya berantakan gak karuan. pipi nya memerah lucu, di sambut ribuan kupu-kupu yang menguar dari balik perut haruto.
keduanya terkekeh pelan. benar-benar menikmati masa remaja penuh harapan dan cinta. bahkan kini haruto tengah menelisik surai yang lebih pendek beberapa senti dari nya.
merasakan lembut nya helai-helai berwarna hitam itu yang wangi nya semerbak. halus menyapa hidung, dan membuat candu.
"kamu tau gak kenapa aku merasa nyaman gandeng tanganmu?" kali ini huga bertanya. menatap dalam pada bohlam indah milik jeongwoo yang saat ini membola kebingungan.
"kenapa memang nya?"
"tanganmu di ciptakan buat ngisi rongga jariku. makanya pas, dan rasanya nyaman," haruto tersenyum setelah nya.
dan genggaman itu mengerat seiring tawa malu-malu jeongwoo mengudara.
"terimakasih ya," suara jeongwoo dengan santun, mengalun. mengelus rungu haruto yang kini menunduk malu. selalu begitu kalau jeongwoo mengusap pelan tangan nya dengan wajah lugu.
"untuk apa?"
"untuk eksistensimu. kalau kamu gak ada, aku gak bakalan tau segimana indah nya jatuh cinta dan bahagia. sekali lagi, makasih ya huga."
kala itu, pukul tiga siang lewat empat belas menit. dimana haruto rasanya ingin menjadi manusia paling pelit. gak ingin membagi jeongwoo kepada siapapun barang hanya menatap atau melakukan kontak fisik.
ingin nya mendekap jeongwoo selamanya di rengkuhan hangat haruto.
jeongwoo terduduk di bangku rotan tua yang ada di depan warung ibuk. mengamati jalanan sempit yang lengang. hanya ada ilalang tinggi juga kucing kampung yang sibuk berguling gak jelas di pinggir jalan.
lalu satu tepukan mengalihkan atensi jeongwoo. itu tangan haruto, yang memang hendak mencuri fokus pemuda manis di depan nya ini, agar ia bisa menunjukkan botol bekas yang ia rakit sedemikian rupa agar bentuk nya bisa menyamai piala kecil.
jeongwoo tertawa pelan melihat penghargaan manis dari haruto itu.
"buat kamu," kata haruto.
"hugaaa hahaha. ini lucu banget?" jeongwoo gak bohong. dia memang benar-benar gemas dengan piala dari botol bekas itu. ia pandangi lekat-lekat, dengan mata indah sewarna malam pekat.
binaran yang memancar telak seakan menambah pesona dari kekasih haruto ini. jeongwoo itu sempurna, cocok sekali dengan haruto si luarbiasa.
"kamu suka gak?" tanya si pemberi penghargaan. ia tau ini pertanyaan retoris, namun haruto tetap merasa gak percaya diri.
haruto gak mampu untuk kasih jeongwoo benda yang macam-macam. karena saat ini uang di saku nya masih bergantung dengan orangtua. haruto mau nya memberi jeongwoo dengan uang hasil susah payah nya sendiri.
"suka bangetttt. huga, terimakasih ya buat pialanya," tukas pemuda september itu antusias.
"iyaa sama-sama, jingga."
kini haruto mendaratkan badan nya di samping jeongwoo sehingga sekarang keduanya duduk di depan warung ibuk sambil menatap jalanan dan langit sore hari itu. tangan nya bergerak perlahan menjelajah punggung tangan jeongwoo, kemudian ia isi rongga kesepian itu dengan kehangatan.
"jingga, tau gak kenapa kehadiranmu penting buat dunia?" tanya haruto pelan. ibu jari nya menjelajahi halus dan indah nya kulit kecoklatan tangan jeongwoo pelan.
"kenapa memang?"
"karena kalau gak ada kamu, dunia bakalan suram. kan aku pernah bilang, senja ada karena kamu tercipta."
semburat rona kemerahan di langit seperti nya ikut meramaikan pipi jeongwoo saat ini. ia menunduk malu akan pujian indah dari haruto.
kekasih nya ini, memang hebat dalam membuat nya tersanjung. jeongwoo selalu merasa berharga dan luarbiasa penting jikalau bersama haruto. bentuk risau dan gelisah seakan sukar menyatu di lembar kehidupan jeongwoo ketila haruto masih ada di sisi nya.
"aku gak tau kalimat apa yang paling benar buat nyampein ini, tapi, kamu hadiah dari Tuhan yang paling sempurna bagi aku. terimakasih ya buat jadi salah satu manusia yang bikin aku bahagia," lontaran kalimat terimakasih itu jeongwoo ucapkan tanpa mau mengalihkan pakuan aksa nya pada mata haruto.
haruto tersenyum sampai matanya menyipit, membentuk sabit paling cantik. sabit yang ingin nya di simpan terus karena itu mahakarya.
tempat nya memang sederhana. hanya gubuk kayu tua yang menjual berbagai camilan khas anak tongkrongan yang letak nya di belakang sekolah mereka. hari ini juga hari biasa. sore di selasa minggu kedua sepulang sekolah.
tapi apa yang mereka rajut sore ini tentu gak biasa. ini kali pertama jeongwoo mendapat piala ala-ala dengan predikat mahakarya Tuhan paling luarbiasa satu semesta dari kekasih nya.
ini kali pertama mereka juga dalam beradu rayu di bawah senja dengan kalimat sederhana khas ala sma, yang kemudian di sambung dengan sebuah kejutan kecil pada ranum keduanya dengan pergerakan malu-malu juga semburat ayu.
pertama-tama saya panjatkan puja dan puji syukur karena pada akhir nya bait kesembilan nabastala bisa terpublikasi setelah......menghilang.....selama dua belas purnama.
oke jadi maafkan aku yang bikin ff ini berdebu sampai kalian pasti lupa yakan sama huga jingga karena saking lama nya gak apdet...
aku sibuk main di lapak burung biru hehehe dan juga lagi merasa tulisan ku tuh berantakan banget. jadi nya ini part udah kesekian kali nya di apus tulis apus tulis terus
dan itu...kalian peka kan kejutan di ranum sama semburat ayu tuh apa...
maaf yaaa kalau ini gak jelaas. tapi semoga kalian sukaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
nabastala
Fanfic"jingga maaf, aku belum bisa bikin kisah telenovela kita semanis punya dilan dan milea." ⋆ bxb, jangan salpak! ⋆ hajeongwoo in ur areaa!!