house full of flowers

138 13 4
                                    

Kakinya terus ia langkahkan menjauh dari gedung rumah sakit yang sudah ia tinggali selama enam bulan terakhir. Berbekal dengan alasan bosan, lelaki ini memberanikan dirinya untuk sekedar mengelilingi wilayah rumah sakit, bilangnya. Nyatanya kini dirinya sudah berada di depan sebuah rumah sederhana yang memiliki taman yang cukup luas di bagian depan. Taman yang penuh dengan bunga itu membuat lelaki yang berbalut setelan putih khas rumah sakit ini terus berdecak kagum karena bunga yang mekar dimana-mana.

"Wahh.. bunganya bagus banget!" Seru lelaki dengan baju khas pasien rumah sakit ini dengan antusias. Matanya terus mengedar ke sekeliling, menatapnya dengan antusias.

"Pengen bunganya," lirihnya, dengan tangan kurus berusaha memetik setangkai bunga berwarna biru yang tak jauh dari jangkauannya.

"Hmm.. wangi," gumamnya pelan setelah mengendus bunga segar yang baru saja dipetik.

Rasa lelah dan nyamannya tiba-tiba saja menyerang, atau mungkin hanya alasannya yang ingin lebih lama di taman bunga ini.

Hoseok, lelaki yang mengidap kanker itu duduk di atas rumput, diantara bunga yang merekah. Tidak ada suara apapun, bahkan Hoseok hanya diam merenung. Hingga langit mulai berubah menjadi jingga, tanda Hoseok harus segera balik sebelum ibunya datang.

"Hhh, besok aku dateng lagi ya. Kalian cantik banget," gumam Hoseok sembari melihat sekeliling.

Hoseok bangkit dari duduknya, berjalan perlahan kembali menyusuri jalan memasuki Rumah Sakit, dengan seikat bunga berwarna biru ditangan kirinya. Mulutnya bergumam pelan, menggumamkan nada acak yang muncul dipikirannya. Dengan senyum manis mengiringi perjalanannya.

Suasana hatinya cukup baik hari ini, selain Jimin, teman yang sering menggantikan ibunya di Rumah Sakit, memberikan izin untuknya keluar hari ini. Juga karena penemuan hari ini yang cukup mengesankan baginya. Niatnya akan dijadikan tempat untuknya menghilangkan penat di gedung tinggi itu.

"Hoseok!" Seru lelaki yang lebih mungil dari kejauhan, ketika melihatnya baru masuk melewati pintu belakang.

Hoseok melambaikan tangannya semangat. "Jimin!" Serunya.

Dari kejauhan Hoseok melihat temannya itu berlari kearahnya. Hoseok hanya terkekeh geli melihat Jimin yang semakin terlihat jelas.

"Jimin jangan lari," kekeh Hoseok ketika temannya itu merentangkan tangannya siap untuk memeluknya.

"Hoseok!" Jimin memeluknya dengan erat, menggerakkan badannya ke kanan-kiri dengan perlahan.

"How was your day?" Tanya Jimin setelah melepaskan pelukannya.

"Liat," Hoseok memperlihatkan tangan kirinya.

"Ih bagus banget!" Seru Jimin.

"Gue nemu tempat gitu Jim," Hoseok mulai bercerita tentang apa yang ia temukan hari ini, diiringi dengan kaki yang berjalan masuk kedalam Rumah Sakit.

"Ada pemiliknya?"

"Enggak tau. Soalnya sepi banget. Jadi yaudah." Jawab Hoseok seadanya.

"Hati-hati Seok! Bahaya tau," peringat Jimin khawatir. "Takutnya itu tempat buat pembunuhan kan nggak tau." tutup Jimin.

"Iya, iya," jawab Hoseok dengan senyum tipis sebelum masuk kedalam Rumah sakit.

Sedangkan di sisi lain, Namjoon, lelaki dengan tubuh tinggi besar dengan penutup hoodie menutupi kepala dan wajahnya, meremas kantong plastik ditangannya dengan kesal. Melihat bunga yang selama ini ia rawat hilang dibeberapa bagian yang terlihat begitu jelas.

"Arrhh! Yoongi Hyung!" Seru Namjoon kesal.

Lelaki yang lebih tua itu berjalan sempoyongan dari belakang punggungnya. "Kenapa Nam?"

"Hyung, menurut lo disini apa ada musang ya?" Mata Namjoon melebar menatap ke semak-semak yang tak jauh dari rumahnya.

Lelaki berkulit putih disampingnya mengikuti arah pandang Namjoon. "Apa lo kira musang makan taneman?"

Puk

Satu pukulan ringan mendarat di pundak Yoongi, membuatnya menengok kearah sumber pukulan.

"Apa?" tanya Yoongi dengan muka polos.

"Hyung, gue nggak bilang musang makan bunga gue. Tapi musang bisa aja ngerusak bunga gue." Jelas Namjoon berapi-api. Tidak, Namjoon hanya mencari kambing hitam atas beberapa bunga yang hilang dari halaman rumahnya.

"Tapi taneman lo masih berdiri bagus semua. Cuma emang bunganya... ilang sih." Yoongi melirihkan suaranya diakhir kalimat, menatap lelaki yang sudah dianggapnya sebagai adik selama beberapa tahun terakhir- menatapnya dengan penuh amarah. "Udah, nggak usah marah. Besok gue bawain bibit bunga yang hilang." rayu Yoongi demi menenangkan hati yang lebih muda.

Namjoon jongkok di depan tanamannya, mulai mencabuti rumput liar yang sekiranya akan mengganggu pertumbuhan bunga-bunganya. "Hyung.." lirihnya.

"Ya? apa?" Yoongi bergerak mendekat. "Lo butuh sesuatu?"

Namjoon menengok kearah Yoongi, memberi tatapan aneh dan kembali melanjutkan kesibukannya. "Besok dateng lagi nggak?" tanyanya.

"Eum... nggak tau sih, tapi kalo lo butuh sesuatu, bisa aja gue mampir sebentar."

"Minta bawain paku sama cat. Besok gue mau bikin pager."

"Harus banget dipagerin ya?"

Namjoon tidak menjawab, tapi dari tatapannya saja sudah bisa tau jawabannya. "Ah.. ok ok, besok gue bawain. haha.." jawabnya dengan tertawa canggung. "Kalo gue dateng sama Seokjin nggak apa-apa, kan?"

Pertanyaan itu mampu membuat Namjoon menghentikan pekerjaannya, diam cukup lama kemudian bangkit dan membereskan pralatan perkebunannya. "Nggak perlu Hyung, lo tau sendiri dia ke gue gimana. Lagi pula Seokjin Hyung pasti takut liat gue."

🥀🐨 see ya..

the truth untoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang