Bab 1 (Badai Lautan)

30 7 3
                                    

Badai telah menghantam lautan luas, sebuah kapal tradisional yang dirakit dengan kayu giam melawan ombak ganas dari pelayarannya itu. Seorang Kapten tua bernama Arman memimpin lajunya kapal ini, dia memberikan arahan kepada awak kapal karena angin yang begitu kencang membuat tiang layar yang ke 2 berubah dari posisi semula. Suara petir yang berkolaborasi dengan teriakan Kapten tua membuat suasana bertambah tegang.

"Lihat posisi layar ke 2! Tarik ke sisi kanan, kru 1 maksimalkan kondisi arah angin!" Teriaknya dengan keras.

Langit Samudera yang terlihat buas memberikan rasa cemas pada setiap kru disana, sambaran petir meledak memberikan kelip di atas cakrawala. Ini menegaskan ombak akan semakin mengerikan ditambah buliran keringat dingin menetes disetiap wajah awak kapal yang penuh dengan rasa cemas dan lelah, lalu terdengar kembali teriakan si Kapten tua.

"Tetap dalam kondisi masing-masing! Situasi akan semakin memburuk, berdo'a dan percayalah! Kita akan kembali kepada keluarga kecil kita! Semua dengar!" Ucap sang Kapten ditengah badai.

"Mengerti Kapten!" Teriak semua kru.

Semua fokus pada tugasnya masing-masing, Kapten Arman kembali ke tempat kemudi membaca situasi dari arah depan, sementara kemudi kapal dipegang oleh asisten kepercayaanya. Mereka terus bertahan, tapi alam begitu kuat ombak yang terlihat lebih tinggi dari kapal ini membuat panik sang Kapten.

"Astaga." Gumamnya.

Dia bergegas berlari keluar dari tempat kemudi, dan berteriak memberikan arahan untuk ke 3x nya.

"Seluruh awak kapal Kembali ke tempat pengaman!" Teriakannya membuat suasana bertambah tegang, ini arahan terakhir dari setiap kondisi yang tidak bisa dipastikan.
Semua Awak kapal mengangguk paham, mungkin akan terjadi kejadian yang membuat keselamatan bisa terancam.

"Layar sudah maksimal Kapten." Teriak salah satu kru dari arah utara.

"Pastikan tidak ada yang berada diluar! Semua masuk kedalam ruang pengamanan!" Teriaknya dalam arahan terakhir dari Kapten tua.

Situasi semakin memburuk, Kapten Arman yang membaca situasi menduga akan mengalami kejadian sulit, hanya harapan yang dia punya. Jika ombak dan angin ini tidak bisa bekerja sama, sudah dipastikan layar dan kepala kapal akan terbentur ombak yang bisa menyebabkan guncangan keras juga mungkin bisa merusak keseimbangan kapal.

Ombak dahsyat mulai menghadang mereka, jaraknya tidak lebih dari 100 meter. Kondisi ini hanya bisa dihitung dalam hitungan menit saja, Kapten tua ini memprediksi adanya gelombang tinggi. Persiapan mental dan kunci kemudi ada ditangan Kapten dan sang Asisten, badai ini telah membuat kacau ketenangan para kru juga, penuh rasa khawatir. Kapten Arman dan Asistennya perlahan mulai bersiap menghadapi ombak itu. Air laut yang semula dalam kondisi stabil kini membuat kapal terasa bergetar. Sang Kapten yang berdiri dengan tatapan cemas tetap berusaha untuk percaya.

"Zhack, tetap fokus! Bersiaplah kita akan hadapi raksasa itu!" Kata sang Kapten yang memberi aba-aba.

"Mengerti, kapten!" Timpal Zhack.

Nafas keduanya tidak stabil, detak jantung semakin cepat, dengan tatapan mata yang dipenuhi harap. Dalam jarak dekat mereka akan menghantam ombak besar.

Ketegangan pun mulai terjadi, laju kapal yang mengalami getaran keras membuat guncangan menakutkan. Raksasa itu perlahan mendekat dan bersiap melenyapkan mereka. Tetapi Kapten Arman berpaling dalam situasi ini, dia melihat sebuah kotak dengan ukuran 1 Meter terombang ambing ditengah badai. Kapten Arman segera bergegas melihat lebih dekat, rasa penasarannya membuat dirinya bertindak bodoh.

Sang Kapten yang tiba-tiba meloncat ke lautan, membuat Zhack panik dan berupaya memanggil para kru melalui radio suara kapal ini, sementara gelombang laut semakin dekat.

Reyther AndrushaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang